aku, selingkuhan Dhani ?

68 36 6
                                    

Hari itu, Bulan Desember. kukuatkan hati untuk menghibur diri. Setidaknya aku tak akan menelfon Putri untuk datang menghiburku. Aku, hanya ingin merebahkan badan dan pikiranku setelah mandi air hangat, berdiam meringkuk di bawah shower yang menyala. Baru kali ini aku benar- benar merasa kehilangan Dhani. Memang berat ketika kamu harus mengikhlaskan dia untuk gadis lain.

Jam tujuh malam..
Aku duduk di depan Tv cembung seperti biasanya, mengubah chanel setiap tombol kecil diremote. Entah, apa yang aku lakukan semua terasa membosankan.

-telfon berdering-

"Assalamualikum," sapa ku

"Hai, Rinjani." suara Dhani terdengar dari sebrang sana .

"Dhani, ngapain telfon?" Suaraku mendadak terkejut mendengar Dhani yang menelfonku, setelah aku benar-benar ingin melepasnya, dia datang membuatku bimbang.

"Aku Rindu." suara nya terdengar lirih tapi jelas masuk ke gendang telinga. Menyambar relung rasa yang sudah ku latih untuk melupakan laki-laki itu.

"Rindu, bukannya ...." Suaraku terputus karena terdengar ada yang memanggil Dhani dengan sebutan.
"sayang."

"Eh, udah dulu ya." suara Dhani terputus, membuatku berfikir lagi apakah Dhani benar-benar ingin pergi dari kehidupanku atau hanya mencari selingan disaat bosan saja .

Telfon sudah tertutup, suasana kembali hening hanya suara TV saja yang bergemuruh ditelingaku, aku masih saja memikirkan kata-kata rindu dari Dhani, saat ini aku sudah tak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Namun, kenapa hati ini jadi tak rela melepaskan Dhani.
Bahkan, aku masih punya Dira yang selalu menemaniku, saat aku benar benar sakit hati karena semua tingkah Dhani.

Dira daritadi belum menelfonku, dia apakah tau perasaanku saat ini, ketika semua pikiran terlalu jauh merasuki otakku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu rumah.

"Dhani!" suaraku bergetar melihat sosok yang ingin kulupakan ada di depan rumah datang menemuiku.

"Maaf, aku datang." wajahnya lesu seperti seseorang memendam rindu.

"Kamu, kenapa kesini ?" ku kerutkan kening menatap wajah lesunya itu. Mencoba mengamati raut nya yang tak senang.

"Aku ngga bisa jauh dari kamu!" Serunya, mencoba memelukku tapi kutepis karena aku tau ada hati perempuan lain di sisi Dhani saat itu.

"Dhan, kamu udah punya gadis lain. Hargai dia." Ku tatap wajahnya, meyakinkan Dhani untuk segera pergi. Sebelum, rasa itu kembali ke hati nya.

"Rinjani, aku salah maafin aku." tatapanya begitu dalam, membuatku membiarkannya memeluk tubuhku untuk sekian detik saja.

"Aku harus apa Dhan, kamu sudah bersama gadis lain." Ku tatap lagi wajahnya, menegakkan kepalanya agar terlihat lebih kuat seperti Dhani yang ku kenal.

"Kamu, apa benar sudah tidur dengan Dira ...,"ucap nya terputus, Dira datang menariknya dari pelukku.

"Rinjani, tidak serendah apa yang kamu pikirkan." Kepalan tangan Dira menghatam wajah Dhani. Mereka berdua terlibat perkelahian hebat hingga aku hanya pasrah duduk melihat kepalan tangan saling memukul dan wajah mereka mulai berdarah.

"STOOOPP. MAU AKU TERIAK AGAR SEMUA WARGA DATANG MEMISAH KALIAN!" Seruku kesaal, membuat Dira dan Dhani berhenti berkelahi. Wajah mereka penuh dengan lebam dan darah. Tepat di sisi mata kanannya tergores karena cincin Dhani mengenai nya.

"Lihat kalian. Kayak anak kecil aja! " Gerutuku mengambilkan kotak obat untuk mereka.

"Kamu ngapain kesini. Bukannya sudah ada perempuan lain?" Dira masih saja dengan nada tinggi, membuat Dhani membela diri dan hampir terpancing amarah lagi.

Tentang Rasa  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang