kereta tebu membawa Rasa

60 35 7
                                    

Hujan membawa Dira datang malam itu, menjadikan dia teman makan nasi goreng hangat diruang tamu.

"Makan bareng ya, kamu pasti laper "kuberikan sendok dan piring untuk Dira

"Buat apa piring?"

"Kita bagi dua, buat kamu."

"Kita makan sepiring berdua aja, biar romantis." senyumnya membuatku tertawa kecil, memandang wajahnya yang teduh dengan lahap memakan sedikit demi sedikit sampai habis .

"Hujan, kamu naik apa kesini ?"

"Motor," jawabnya singkat, masih mengunyah nasi goreng yang tinggal sedikit

"Kamu parkir dimana?"

"Di pos satpam, aku titipin disana."

"Yaudah, nanti hujan berhenti buruan pulang ya." senyumku, membuat Dira menatapku aneh.

"Ngusir ceritanya." Dira menatapku kesal. Meskipun begitu, laki-laki itu tak marah, ia hanya meninggikan suaranya saja.

"Aku cuma ngikutin apa kata ibu, Dira ngga boleh lewat jam sepuluh malam ada dirumah ini, apalagi nginep!" Ku ikuti gerak tubuh Ibu, saat ia mengingatkanku tentang jam malam untuk Dira.

"Masa Ibu bilang gitu."

"Iya." kuhabiskan suapan terakhir, lalu ku ambilkan dua gelas jus jeruk di kulkas.

"Besok ikut aku mau?"

"Kemana?"

"Udah ikut aja, besok pagi ku jemput." senyuman Dira menyembunyikan maksud tertentu. Aku, hanya tak menghiraukan raut wajahnya.

Selesai makan, aku dan Dira duduk di teras. Ketika hujan belum juga reda ku berniat mengantar Dira ke gerbang untuk pulang kerumahnya. Sebenarnya, aku lebih senang jika Dira tetap menemaniku di rumah tapi sesuai amanah ibu, Dira ngga boleh lebih dari jam sepuluh malam apalagi menginap dirumah hanya berdua denganku.
Baik akan ku laksanakan perintahnya.

Hujan belum juga bersahabat denganku. Ia datang lagi setelah lima menit berhenti. Membuat dingin menusuk ke dalam kulitku, aku hanya memakai kaos tipis dan celana pendek diatas lutut. sedangkan Dira hanya memakai kaos hitam dan celana panjang.
Aku tak tega mengusirnya, saat hujan masih berkunjung ke Bumi dengan butiran butiran air turun membasahi aspal.

"Udah jam sepuluh, tapi hujan belum juga reda." ku lihat dari balik jendela ruang tamu, melirik ke Dira membuatku membiarkan Dira dirumah sampai hujan berhenti.

"Habis ini juga berhenti," ucapnya dengan santai melihat wajahku yang tampak gelisah

"Iya." ku jawab, lalu duduk kembali ke kursi ruang tamu. Duduk disampingnya melihat TV cembung dengan gelas yang sudah berganti menjadi teh Hangat.

Malam semakin larut, hujan sudah reda tepat pukul sebelas malam. Dira segera berjalan ke arah pos satpam untuk mengambil motornya.

"Ingat, besok pagi ku jemput!" Serunya, mengingatkanku.

"Mau kemana?" Tanyaku penasaran

"Mau ngajak kamu naik kereta." Jawabnya, sambil berjalan meninggalkanku sendiri di ambang pintu rumah. memikirkan banyak hal untuk esok hari.

Pagi, matahari belum juga muncul di peraduan. Membuat ku masih malas malasan untuk bangkit dari tempat tidurku.
Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul lima subuh.

"ya allah, belum shalat subuh."
Kakiku turun dari hangatnya selimut, menuju kamar mandi untuk berwudhu dan shalat subuh sebelum matahari benar-benar muncul untuk membatalkan shalatku.

Tentang Rasa  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang