Malam kemarin Dira tidur dikursi ruang tamu, saat itu aku mulai berfikir Ibu sudah memberiku lampu hijau untuk Dira.
Pagi hari, ibu sudah berangkat ketoko bersama Rani. Sedangkan aku baru saja bangun dari tempat tidurku.
Berjalan kearah ruang tamu melihat Dira masih terlelap, bahkan mendengkur seperti suara kerbau tidur, kudekati Dira lalu kupandang wajahnya. - ah manisnya hingga sekarang aku masih mengingatnya . Kuurai rambutnya, menyisir dengan sela jari-jariku.sedikit lebih dekat dengan wajahnya, Tiba-tiba "brukkk" Dhani datang menghantam Dira membuat suasana pagi yang cerah menjadi mencenkam. Dua pria berkelahi, saling menyalahkan dengan nada tinggi.
"Apa- apain sii lu!" Dira bangun dari tidur nya mengepal genggaman tangan tapi berusaha ku tahan
"Lu yang apaaan, berduaan sama Rinjani dirumah tanpa ibu! " Bentak Dhani dengan suara lantang
"Gue mana tau kalau Ibu ngga ada dirumah!" Muka Dira mulai memerah marah, suaranya nyaring berteriak. Sedangkan aku hanya duduk menutup telinga.
"Udah, Dira ngga salah!" Ku lerai mereka, menghentikan perkelahian yang bisa mengundang warga untuk datang.
"Lu sama aja Jan, brengsek, murahan!" Kata kata itu menyayat perasaanku, aku duduk di kursi. Menangis tanpa mau tau apa yang mereka lakukan.
"Rinjani, kamu ngga apa-apa?" Tanya Dira menatapku, berusaha menenangkan perasaan yang hancur.
"Lu, jangan pegang Rinjani!" Dhani menunjuk kasar ke arah Dira, rasa terluka membuatku pergi meninggalkan Dhani dan Dira keluar rumah. Dira, laki-laki itu berusaha mengejarku tapi aku sudah terlalu jauh dengan ojek yang mangkal di depan gang.
"Neng, mau kemana?" Tanya laki-laki yang mengendarai motor
"Ke jalan pahlawan ya pak." kataku menunduk, menahan tangis tanpa berani melihat jalan dibalik helem yang ku pakai.
"Baik neng "
Rumah Putri, perempuan yang katanya fans Dhani. Dia sudah menjadi temanku, saat berberapa waktu lalu mengibarkan bendera putih, katanya tak ingin mengejar Dhani lagi. Ia mau berteman denganku. Jarak lumayan jauh dari rumahku.
Putri, ia berbeda kelas denganku. pamornya lebih terkenal sebagai cewek nakal karna suka pergi ke klub malam. Namun, buatku tak masalah. Aku berteman dengan siapapun asal dia juga baik terhadapku.
"Asalamualikum." panggilku, berdiri didepan rumah yang lumayan besar
"Iya siapa?" Jawab perempuan datang dari dalam rumah
"Putri." sapaku, sedikit malu-malu. Wajahku tertunduk. Menyembunyikan mata sembab.
"Rinjani. Putri menyuruhku masuk kedalam rumahnya.
"Maaf aku mengganggu." kataku saat melihat seorang laki-laki keluar dari kamar nya.
"Ngga apa-apa, maaf itu cowokku." Putri mmemperkenalkan laki-laki yang baru saja keluar dari kamarnya itu, aku hanya tersenyum malu karna wajahku yang sembab
"Kamu kenapa?" Tatapnya.
"Dhani...." Kata-kataku bergetar, lututku lemas.
"Dhani lagi. Udahlah lupain cwok brengsek itu!" Cecarnya
"Tapi ...."
"Udah, nanti malam ikut gue,"ucapnya
"Kemana?"
"Ikut aja."
"Aku ngga bawa baju." Putri melihatku dari atas kebawah mencarikan baju yang cocok untukku nanti malam
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Novela JuvenilIni ceritaku, dimana kisah kasih terlarang di mulai. Entah, mengapa bisa terlarang. Mungkin karena aku jatuh hati kepada sahabatku sendiri, di saat aku sedang menjalin rasa dengan Dhani, laki-laki yang menyebutku "sayang". Hidupku semakin runyam. S...