“Itu aku menggunakan sedikit sihir…”
“Bukankah kau tidak memiliki uang?”
“Dengan sihir aku––ah aku melakukan barter, Pak!”
Aduh, aku nyaris saja mengatakan padanya tentang uang palsu! Aku mencoba untuk menghindari tatapan Claude.
“Aku mengerti. Aku khawatir kau kesulitan untuk bertahan hidup dan akhirnya mati diluar sana.”
Aku menatap padanya dengan bingung dan suara rendahnya masih bergema dalam telingaku.
Kami saling menatap untuk berapa lama tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Claude nampak jauh lebih hancur dibanding saat aku bertemu dengannya di taman bunga mawar dan juga ketika aku bertemu dengannya dikamar tidurnya waktu itu.
Oh, sekarang ia telah menyadari bahwa aku telah diperlakukan layaknya sampah. Itu sangat cocok dengannya––terutama untuk kepribadiannya––untuk tetap berdiri meski sudah memuntahkan begitu banyak darah.
Aku menatap padanya yang diam dan mulai berbicara.
“Tapi kau bilang kau bukanlah Ayahku.”
“Bukan, aku memang bukan Ayahmu.”
Pertanyaanku diikuti dengan jawaban yang menyakitkan.
“Tapi kenapa kau begitu peduli padaku?”
Aku merasakan emosinya bergejolak terlihat dari matanya dan mengajukan padanya satu pertanyaan lagi.
“Kenapa kau bertingkah seolah kau adalah Ayahku?”
Dia bertanya padaku seakan ia mengkhawatirkan aku dan itu tida terlihat seperti dia yang menungguku untuk membunuhku suatu waktu.
Saat ini, keheningan yang sngkat diikuti dengan jawaban yang bodoh.“Aku juga tidak tahu mengapa.”
Aku menatap ekspresi wajah Claude dari penuh kemarahan dan menggertakan giginya, berubah menjadi tenang dan halus.
“Tapi saat kau memanggilku begitu, aku merasa aneh.”
“……”
“…”
“Melihatmu membuat ekspresi begitu juga membuatku merasa tidak nyaman.”
Aku tidak mengerti apa yang dia maksud dengan wajahku tapi tatapannya membuatku merasa asing. Dia terlihat seperti sudah menelan sekantung paku.
“Aku sama sekali tidak memahami alasan mengapa aku merasa seperti ini setiap kali aku melihatmu.”
Tinju Claude semakin mengeras.
“Aku tetap tidak dapat mengingat siapa dirimu, da aku juga tidak bisa menjadi sosok orang yang kau inginkan.”
Kata-katanya begitu menyedihkan, tapi…
“Mungkin aku tidak akan pernah tahu.”
Tapi aku pikir terhadap diriku sendiri Claude mungkin juga mulai memiliki ketakutan yang sama seperti yang aku rasakan saat ini.
“Baaimanapun…”
Claude mengeluarkan ultimatumnya.
“Aku tidak bisa mengijinkanmu pergi dari sini.”
Matanya sekali lagi dipenuhi aura dingin.
“Kau harus berada setiap kali aku ingin melihatmu, dan ketika aku ingin meraihmu kapanpun kuinginkan.”
Atmosfer disekeliling Claude mulai dingin dan nyaris membeku dan ini mengingatkanku pada saat aku dua kali menghilang dari hadapannya. Kata-katanya tertahan digendang telingaku sama seperti anak panah yang tertancap di papan target.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mendadak Menjadi Putri!
General FictionAku tertidur, dan ketika aku terbangun, dimana aku?! Aku ada ditempat asing, didalam dunia novel yang baru saja kubaca. Dan sialnya, dari semua karakter novel yang ada, aku menjadi putri terbuang, anak dari Raja keji dan tirani. Claude de Alger Obel...