A L T A I R J U J U R ?

925 64 0
                                    

P E M B U K A

***

Altair dan Kenan menunggu dengan cemas didepan ruang UGD. Sedari tadi mereka terua mondar-mandir membuat orang-orang pusing di buatnya. Altair hanya berharap, Zellanya baik-baik saja. Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya Alatair tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Pintu ruang UGD terbuka dan muncul seorang Dokter perempuan yang menggunakan jas kebanggaannya.

"Gimana keadaan Zella dok?"

"Gimana keadaan adek saya dok?"

Altair dan Kenan sepontan bertanya berbarengan. Dokter perempuan itu yabg ber tag Rina tersenyum. Ia memaklumi kalau mereka berdua sangat khawatir.

"Kondisi Pasien saat ini sudah stabil. Pasien hanya kelelahan dan kepalanya mungkin sedikit terbentur batu saat terjatuh dari jurang tersebut dan tidak terlalu parah. Disarankan Pasien agar menginap semalam dan besok boleh pulang." Jelas Dr.Rina.

"Terimakasih dok." Ujar Kenan.

"Sama-sama. Kalo begitu saya pamit dulu" kata Dr. Rina lalu beranjak pergi.

"Lo masuk duluan aja thar. Gue mau urus pembayaran" kata Kenan hanya di angguki Altair.

Setelah Kenan pergi Altair menuju bangkar Zella dan melihat gadisnya yang masih tertidur mungkin karena efek obat biusnya. Altair memandang wajah Zella yang pucat dan banyak luka lebam ditangannya. Kepalanya juga diberban. Altair tidak bisa membayangkan jika saja ia telat sedikit saja mungkin Zella tidak akan bersamanya lagi.

"Maaf aku belum bisa jadi pacar yang siaga. Tapi, setidaknya aku bersyukur kamu bisa selamat" Altair berujar lirih.

"Eughh...." Lenguh Zella.

"Zella" panggil Altair lembut.

"A...air....kak" kata Zella terbata.

Altair dengan sigap mengambilkan minuman diatas nakas. Dan membantu Zella untuk minum.

"Apa ada yang sakit? Kepala kamu ngga pusing kan? Punggung kamu nyeri? Bilang kalau ada yang sakit nanti aku panggilin dok....." Zella meletakan jari telunjuknya di bibir Altair.

"Kakak nanya nya satu-satu dong! Aku bingung nih mau jawab yang mana dulu. Lama-lama kakak kay Reporter lagi," kekeh Zella.

Altair menyunggikan sudut bibirnya naik keatas membuat senyuman manis. Bahagia menurut  Altair itu sederhana, Zella disampingnya dan selalu tersenyum maka lengkaplah kebahagian Altair.

"Kakak seneng liat kamu bisa senyum lagi. Jangan sakit lagi" kata Altair lembut.

Zella tersenyum. Ia mengusap rambut hitam tebal milik Altair yang terasa halus. Altair yang memang semalaman belum tidur mulai memejamkan tangannya saat tangan Zella dengan penuh kasih sayan mengelus rambutnya.

"Dek! Lo ngga papa kan?" Seru Kenan yang baru datang.

Zella melotot pada Kenan dan mengisyaratkan agar Kenan diam.
"Jangan berisik. Kak Altair baru tidur"

"Inna.... bocah baru tinggal sepuluh menit udah tepar," gerutu Kenan. Tak bisa dipungkiri Kenan juga merasa mengantuk.

"Bang, ayah bunda tahu kalau gue sekarang di Klinik?" Tanya Zella pelan agar tidak menganggu tidur Altair.

"Hah? Ngomong apa sih lo?" Tanya Kenan agak keras.

"Anjir...jangan keras-keras bego! Ayah bunda tahu nggak kalau gue disini?" Gerutu Zella sambil melayangkan tatapan tajamnya.

"Oh ayah bunda. Belum gue kabarin saking paniknya sama lo" jawab Kenan.

Zella mengangguk." Jangan dikasih tau, takut ayah bunda kepikiran terus pulangnya ditunda-tunda."

ALTAIR PSYCHO || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang