P E M B U K A
Altair sedari tadi hanya terdiam diruang inap Zella. Keadaan Zella masih sama. Zella masih memejamkan matanya. Tak terhitung sudah hampir dua minggu Zella terbaring dengan alat-alat bantu rumah sakit.Keadaan Altair juga tampak kacau, rambut yang mulai biasannya ditata rapih kini hanya asal-asalan. Altair seperti mayat hidup. Zella sangat berpengaruh untuk Altair.
Entah berapa puluhan nyawa sudah melayang dua minggu ini. Altair membantai manusia-manusia tidak bersalah untuk melampiaskan hasrat membunuhnya yang membuncah.
Satu minggu yang lalu Zella juga sudah dipindahkan kerumah sakit yang lebih dekat dengan rumah. Jadi Andi dan Anita tidak harus menginap dihotel.
Altair menggenggam tangan Zella erat. Sesekali ia mengecupnya.
"Sayang, kamu kapan bangunnya? Aku kangen, kangen denger suara kamu, kebawelan kamu, aku kangen banget." Lirih Altair.Air mata Altair menetes. Ia rapuh tanpa Zella. Zella nafasnya, Altair tidak ingin terjadi sesuatu dengan Zellanya.
Sedangkan ditempat lain, Zella sedang bermain ayunan dihamparan bunga yang sangat luas. Disini Zella merasa sangat bahagia, tidak ada kebohongan dan masalah.
"Zella!" Panggil seorang gadis.
Zella menoleh dan tersenyum pada gadis yang selama ini menemaninya disini.
"Elira, kenapa?" Tanya Zella.
Ya Elira lah yang menemani Zella dialam bawah sadarnya. Elira duduk dihamparan bunga.
Zella turun dari ayunannya dan ikut duduk disamping Elira.
"Kamu ngga mau pulang Zell?" Tanya Elira.
"Ngga deh, kasian kamu disini sendirian, Pasti sepi." Jawab Zella.
"Kamu belum waktunya Zell disini. Jalan hidup kamu masih panjang. Banyak orang yang sayang sama kamu. Orangtua kamu, bang Kenan, Qila, dan kak Altair." Jelas Elira.
"Tapi El, nanti kamu gimana kalo aku pulang?" Tanya Zella.
Elira tersenyum. Ia memeluk sahabatnya.
"Aku bakal ikut nenek, dia bentar lagi bakal jemput aku. Jadi aku ngga akan kesepian." Jawab Elira."Tapi El-"
"Ngga Zell. Titip salam buat mama sama papa aku ya. Bilang aku udah bahagia disini jangan nangisin aku terus."
Baru saja Zell akan menjawab Elira. Tempat yang tadinya adalag hamparan bunga yang sangat luas kini adalah ruangan serba hitam.
"Zell kamu ikuti pintu yang didalamnya ada cahaya putih. Kamu akan kembali sama keluarga kamu."
Elira memberikan pelukan terakhir. Ia mengusap bahu Zella yang bergetar menahan tangisnya.
"Aku pergi" ucap Elira pelan. Perlahan tapi pasti tubuh Elira menghilang dan akhirnya lenyap.
"Elira!!" Teriak Zella.
Zella mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, gelap itulah yang dirasakan Zella saat ini. Zella berlari tak tentu arah sampai dari kejauhan ia melihat cahaya terang.
Tubuh Zella seperti tersedot masuk kedalam pintu yang penuh dengan cahaya.
Tiiiiitttt
Suara alat monitor berubah lurus. Semua yang ada diruangan Zella sudah menangis histeris. Mereka tidak menyangka Zella pergi secepat ini.
"Pak bu, kita sudah melakukan yang terbaik tapi sayang putri bapak sudah dipanggil terlebih dahulu. Saya turut berduka cita." Ujar sang dokter.
Tubuh Altair seolah mati rasa.tubuhnya luruh kelantai. Zellanya pergi. Pergi untuk selamanya.
Anita dan Andi sudah tidak bisa membendung tangisnya. Mengapa Zella mereka pergi secepat ini. Anita bahkan sekarang terjatuh pingsang saking schock.
Qila yang berada dipelukan Kenan menangis histeris. Ia kembali kehilangan sahabatnya. Kenan juga menitikan air matanya. Zella sudah pergi, siapa yang akan ia jahili sekarang?
Dokter mulai melepas satu persatu alat yang melekat ditubuh Zella. Namun saat akan melepas alat pernafasan Zella. Tangan Zella bergerak dan matanya mengerjap. Alat monitor yang tadinya lurus kini sudah bekerja lagi.
"Alhamdulillah bu. Allah masih menghendaki anak ibu untuk tetap hidup, pasien sadar bu."
Semua yang diruangan yang tadinya menangis sedih kini menangis bahagia. Alat-alat yang tadi sempat dilepaskan dipasang lagi.
"Keadaan pasien sudah stabil. Saya pergi dulu." Ucap sang dokter.
Zella mengerjapkan matanya perlahan.
"Mi..n..um" ujar Zella terbata.Anita segera mengambilkan air untuk Zella dan membantunya minum.
"Alhamdulillah Zell, kamu sadar juga." Ujar Anita.Zella masih tak bergeming. Tenggorokannya masih terasa sakit jika akan digunakan untuk berbicara. Jadi dia hanya diam.
Anita memaklumi itu lalu menagajak Andi dan menyisakan Altair.
Altair memeluk tubuh Zella erat. Ia bahkan sampai menangis.
"Terimakasih kamu mau berjuang." Lirih Altair."Kamu siapa?" Tanya Zella.
"Hah?!"
**
TbcTetap jaga kesehatan ya,
Jangan lupa vote dan kommenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR PSYCHO || Tamat
Teen Fiction-> Follow sebelum membaca P R O S E S R E V I S I Altair Gemma Orion_ pria goodboy dan sorang ketua osis Tapi satu hal yang harus kalian tahu, altair tidak suka jika ada yang menyentuh miliknya. Dan kegiatan OSIS tersebut membuat Altair kembali den...