Bab 8

1.5K 255 18
                                    


Beriringan dengan Nia, Prilly berjalan dengan penuh percaya diri menyusuri lobby rumah sakit. Penampilannya yang begitu mempesona mampu membuat beberapa orang perawat dan Dokter laki-laki yang melintas di lobby terpesona bahkan ada yang sampai 'mengantar' Prilly dengan tatapannya.

"Cantik banget." Puji salah seorang Dokter yang kebetulan melihat Prilly sebelum memasuki lift yang akan membawanya ke kamar inap calon majikannya.

Begitu pintu lift tertutup yang otomatis tidak lagi menampakkan sosok Prilly, terlihat beberapa orang dari kerumunan perawat berdecak pelan.

"Ck! Kalau pemandangan indah-indah memang cepat banget berlalu ya? Sial!"

Tawa mereka terdengar seiring dengan lontaran pujian demi pujian pada sosok wanita cantik bertubuh mungil namun begitu mulus bahkan mereka nyaris meneteskan liur saat melihat mulusnya betis sang gadis.

Tinggalkan keriuhan di lobby yang sibuk mengagumi kecantikan Prilly.

"Kamu senang banget pake baju ketat begini ya?"

Prilly menoleh tepatnya melirik sekilas Nia yang entah kenapa tiba-tiba berbicara yang terdengar sewot pada Prilly. "Kenapa?" Tanyanya cuek.

Prilly tidak perduli pada mereka yang menilai negatif penampilannya selama dia nyaman ya dia akan pakai perduli setan dengan tatapan miring yang dilayangkan padanya toh yang memiliki sifat bak malaikat seperti Keira saja bisa berkhianat.

Keira yang anggun baik hati dan lemah lembut bisa sepicik itu jadi berhentilah menilai seseorang dari penampilannya! Prilly memang hobi mengenakan pakaian yang bisa dikatakan seksi tapi dia tidak murahan bandingkan dengan Keira yang selalu memakai pakaian formal nyaris selalu tertutup eh bisanya hamil diluar nikah mana sama kekasih sahabatnya sendiri lagi.

Menjijikkan!

"Saya lihat pakaian kamu kurang cocok."

Prilly mengerjap pelan kali ini dia tidak lagi melirik tapi langsung memusatkan perhatiannya pada sosok Nia yang entah kenapa tiba-tiba mencari masalah dengan dirinya.

Oh come on! Jika wanita ini keberatan dengan pakaiannya kenapa baru sekarang Nia protes kenapa tidak sejak tadi.

"Saya tidak merasa ada yang salah dengan pakaian yang saya kenakan." Tegas Prilly dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba berubah kaku hingga membuat Nia salah tingkah seketika.

Wanita bertubuh tambun itu tidak menyangka jika sosok mungil ini memiliki aura intimidasi yang mampu membuat lututnya sedikit bergetar.

"Sa..saya rasa klien saya tidak akan suka melihat pakaian yang kamu kenakan." Rupanya wanita ini masih bersikeras mengkritik penampilan Prilly.

Oke baiklah, akan Prilly ladeni keusilan mulut wanita ini.

"Mbak dengar! Saya tahu Mbak merasa rendah diri berjalan di samping saya bukan?" Nia sontak membulatkan matanya dia tidak menyangka jika Prilly memiliki mulut sepedas itu.

Prilly tidak perduli jika kata-katanya menyinggung wanita ini karena apa? Karena wanita ini sudah terlalu berani menganggu ketenangannya.

"Tapi bukan begini cara Mbak melampiaskan kekesalan Mbak pada saya. Bukan salah saya jika saya diberi kecantikan lebih oleh Tuhan dan bukan salah Mbak juga karena memiliki tubuh lebih besar dari saya. Semua yang Tuhan berikan untuk kita itu yang terbaik Mbak, syukuri aja." Prilly memberi jeda sejenak menatap Nia yang tiba-tiba menundukkan kepalanya. Ah kenapa sekarang Prilly malah merasa bersalah sih?

Prilly tidak berniat menghardik hanya saja dia kesal ketika Nia melayangkan tatapan melecehkan padanya.

Dengan perlahan Prilly mengulurkan tangannya menyentuh pundak besar Nia lalu mengusapnya pelan.

"Kalau Mbak nggak nyaman dengan penampilan Mbak sekarang, silahkan berusaha untuk berubah Mbak tapi jangan dengan cara menaruh keirian hati pada orang lain karena setiap manusia mereka sudah memiliki takdir masing-masing termasuk lahir dalam keadaan cantik seperti saya jadi tolong jangan pelihara sifat iri ya Mbak karena itu bisa menghancurkan hidup Mbak sendiri. Oke?"

Prilly segera keluar dari lift yang kebetulan terbuka setelah dia memberi 'ceramah' singkat pada Nia. Eh tapi tadi dia kasar nggak sih ngomongnya?

Kasar nggak tapi nyelekit iya.

***

"Permisi."

"Iya silahkan masuk."

Prilly refleks menyentuh dadanya ketika mendengar suara berat dari dalam kamar yang seketika menghantarkan debaran kuat di dadanya.

Seksi.

Itu kata pertama yang terlintas di kepala Prilly setelah mendengar suara berat pria dari dalam kamar yang baru saja diketuk oleh Nia.

Prilly memilih abai saja pada sikap Nia yang sedikit menjaga jarak dengannya mungkin wanita ini masih tersinggung akibat perkataannya tadi.

Bodo amat!

Prilly memang tidak perduli pada perubahan sikap Nia toh salah wanita itu sendiri mencari gara-gara dengan dirinya.

"Ayok masuk!"

Prilly mengerjap pelan saat tangan Nia menyentuh lengannya dia terlalu banyak melamun rupanya hari ini.

Menghembuskan nafasnya pelan, Prilly semakin berdebar saja bahkan lututnya seperti bergetar saat kakinya mulai melangkah memasuki kamar VVIP tersebut.

"Selamat pagi." Sapa Prilly yang masih belum menyadari jika dirinya sedang diperhatikan oleh sosok pria tampan yang duduk tegap di atas sofa.

"Selamat pagi."

Prilly seketika menoleh saat suara bariton seksi tadi yang sempat membuat dadanya berdebar kembali terdengar.

Seketika pandangan mereka bertemu, jantung Prilly kembali berulah apalagi ketika mata hitam legam itu begitu intens menatap dirinya.

Tidak ada yang mengalah hingga akhirnya suara deheman Nia menyadarkan keduanya.

"Pak ini Prilly yang ingin melamar kerja menjadi asisten rumah tangga seperti yang Bapak minta Prilly ini salah satu lulusan terbaik magister di kampusnya."

Diantara Ali dan Prilly sama-sama tidak mendengar rentetan perkataan Nia yang sedang menjelaskan latar belakang Prilly. Baik Ali maupun Prilly sama-sama sibuk meneliti satu sama lain.

Ali terlihat begitu betah memindai gadis didepannya ini begitupula dengan Prilly yang begitu terkesima dengan ketampanan sosok pria di depannya ini.

"Jadi Pak silahkan Bapak wawancarai--"

"Saya terima dia."

"Ya?"

Nia dan Prilly serempak terkejut dengan perkataan Ali.

Menaikkan sebelah alisnya Ali menatap Nia dan Prilly dengan seksama. "Kenapa? Ada yang salah?"

Sontak Prilly dan Nia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada Pak." jawab mereka serempak.

"Baiklah. Mulai besok kamu sudah boleh bekerja dan tugas utama kamu adalah menjaga Ibu saya."

"Baik Pak." menjaga Bapak juga saya mampu kok.

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang