Bab 39

1.9K 380 40
                                    


"Mama nggak apa-apa tinggal sama Mama Julia dulu?" Tanya Prilly setelah mereka menyantap sarapan pagi bersama di meja makan rumah Prilly.

Haris dan Tama sudah berangkat terlebih dahulu ke kantor masing-masing sedangkan Prilly dia harus menunggu mobilnya tiba terlebih dahulu.

Haris juga tidak mengharuskan putrinya untuk segera tiba di kantor terlebih ada calon mertuanya di rumah bahkan jika Prilly ingin bolos juga tidak apa-apa.

"Nggak apa-apa kami juga ada rencana lain untuk hari ini." Kata Ratna sambil mengedipkan matanya kearah Julia yang kontan terkikik geli.

Prilly mengerutkan keningnya menatap bingung dua wanita yang sangat disayanginya itu. "Apa sih Ma? Mama-mamaku tercinta hari ini ada rencana apa rupanya?"

Tawa Ratna dan Julia terdengar berderai keduanya serempak untuk tidak menjawab pertanyaan Prilly hingga membuat gadis itu manyun seketika.

Tin..

Ketiganya yang memang berkumpul di teras rumah Haris sontak menoleh saat sebuah sedan keluaran terbaru memasuki pekarangan rumah megah itu. Warnanya yang merah berkilau itu mampu membuat siapa saja berdecak kagum termasuk Ratna dan Julia yang menjerit heboh.

Melihat kelakuan Mama-mamanya Prilly sontak menggelengkan kepalanya. Mobil itu miliknya namun justru Ratna dan Julia yang memekik heboh dan berlarian menuju mobil baru itu.

Ratna dan Julia serentak mengagumi mobil sejenis sport itu. "Wih dua pintu Rat." Kata Julia yang diangguki oleh Ratna. "Kece badai kalau kita yang tunggangi mobil ini Lia." Sahut Ratna sertai decakan kagum yang tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.

Prilly menuruni tangga teras rumahnya dengan perlahan kepalanya tak berhenti menggeleng melihat kelakuan Ratna dan Julia yang seperti tidak pernah melihat mobil baru padahal tidak perlu dijelaskan bagaimana kekayaan anak dan suami dua wanita itu.

"Mama mau pakek mobil ini?" Tanya Prilly setelah berdiri tak jauh dari mobil baru itu diparkirkan.

Prilly tersenyum sopan pada supir yang mengantar mobilnya setelah supir itu pergi Prilly kembali menatap kedua Ibunya dan kembali mengulang pertanyaan yang sama.

"Memangnya boleh kami pakek mobil kamu Nak?" Tanya Ratna yang diangguki oleh Julia.

Prilly tersenyum lembut pada Ibunya. "Tentu saja boleh Ma."

"Terus kamu ke kantor naik apa?" Tanya Julia yang dijawab anggukan juga oleh Ratna.

"Gampang aku bisa pesan taksi online."

"JANGAN!!"

Prilly nyaris terjengkang ketika Ratna dan Julia serempak berteriak padanya. "Kamu nggak boleh naik taksi online bahaya."

"Benar kata Mama Ratna mu Nak. Bahaya."

Prilly nyaris memutar matanya jika tidak mengingat kesopanan yang selama ini selalu dipelajari olehnya. "Nggak apa-apa kok Ma kan nggak semua supir taksi online itu tega berbuat kriminal."

"Tetap nggak boleh!"

"Iya tetap nggak boleh!"

Prilly nyaris menangis menghadapi dua wanita kecintaannya itu. "Kalau nggak boleh terus Prilly ke kantornya gimana Mama-Mama." Tanya Prilly dengan suara begitu frustasi.

Ratna dan Julia saling pandang sebelum sebuah senyuman yang menurut Prilly mengerikan terbit di kedua sudut bibir para Mama itu.

Prilly yakin Mama-mamanya ini sedang merencanakan sesuatu yang tidak bisa di katakan baik tapi apa yang sedang Ratna dan Julia rencanakan?

Tolong jangan buat pagi Prilly yang cerah ini berubah muram karena keisengan para Mama-mama cantik ini.

Please..

***

Namun sepertinya doa Prilly di pagi hari ini tidak dikabulkan oleh Tuhan karena lebih dari sekedar muram pagi Prilly benar-benar berubah buruk tatkala sebuah fortuner putih keluaran terbaru memasuki pekarangan rumahnya.

Prilly seketika menahan nafasnya saat melihat sosok pria yang sejak semalam dia rindukan turun dari mobil dengan gayanya yang khas.

Dan pria itu adalah Ali.

Benar dengan sejuta ketampanannya Ali melangkah mendekati teras rumah Prilly di mana para Ibu-ibu berada meskipun melangkah dengan terburu-buru namun pesona Ali sedikitpun tidak luntur. Ratna langsung berjalan menghampiri putranya ternyata tidak sia-sia dia belajar akting karena berkat aktingnya Ali bersedia menginjakkan kakinya di rumah Prilly.

"Mama baik-baik saja. Mana yang luka Ma? Mana?"

Hilang sudah kewibawaan Ali, wajah tenang pria itu sontak berubah keruh dan panik saat mendapati telfon dari Ibunya yang mengatakan beliau terkena serangan jantung ringan.

Dan sekarang berkat cengiran lebar yang Ibunya perlihatkan Ali tahu dirinya baru saja memasuki perangkap wanita kecintaannya itu.

Ini jebakan. Sialan!

Ali nyaris meraung jika Julia tak ikut berdiri di samping Ibunya. "Nak Ali ya?"

Ali memaksakan sedikit senyumannya ketika menyadari sosok Julia didekat Ibunya. "Iya Tante. Saya Ali." Ali mencium sopan punggung tangan Julia.

"Wah akhirnya ketemu calon mantu juga aku Rat." Pekik Julia dengan heboh.

Ali melongo dan matanya seketika membulat saat menyadari di mana dirinya sekarang. Sialan ini rumah Prilly.

Dan belum selesai dengan keterkejutannya Ali kembali dibuat bungkam saat suara ketukan sepatu berhak tinggi terdengar mendekat kearahnya.

Tubuh Ali berubah kaku ketika matanya kini beradu dengan bola mata madu milik Prilly. Mata indah yang mampu membuat tubuh Ali lumpuh, dia tidak kuat menahan desakan dalam dirinya yang entah kenapa begitu ingin merengkuh tubuh mungil Prilly yang kini berdiri tepat di sebelah Ibunya.

Prilly menatapnya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya dari Ali. Kening Ali berkerut ketika Prilly sama sekali tidak menyapa bahkan seperti tidak menganggap kehadirannya di sini.

Apa-apaan itu!

"Taksinya udah datang aku ke kantor dulu ya Ma." Prilly mencium punggung tangan Ibunya dan juga Ratna yang terkejut memangnya kapan Prilly memesan taksi online?

"Suruh pulang! Mama nggak ijinin kamu naik taksi online Prilly!" Julia terlebih dahulu bereaksi terhadap tindakan putrinya.

"Tapi Ma--"

"Nggak ada tapi-tapian sekarang batalin pesanannya cepat!"

"Nggak mungkin dong Ma kan kasihan bapaknya udah jauh-jauh kesini."

"Ya sudah Mama bayarin taksinya 10 kali lipat." Julia jika sudah berkeinginan sangat sulit untuk dibujuk dan Prilly benar-benar dibuat kewalahan dengan sikap ibunya yang satu itu.

Ali dan Ratna yang melihat keributan kecil Ibu dan anak itu memilih diam sampai akhirnya Ratna buka suara. "Kamu sama Mas Ali saja ke kantornya Nak. Terjamin aman."

"Nggak mau!"

Ali membulatkan matanya ketika Prilly secara terang-terangan menolak pergi bersamanya. Hell! Memangnya apa salah dirinya sampai Prilly begitu antipati terhadap dirinya?

Ouh! Tidak bisa dibiarkan.

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang