Pagi ini terasa ada yang berbeda bagi Prilly, biasanya pagi seperti ini hal pertama yang dia lakukan adalah berberes lalu sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Ali dan Ibunya.Ah, dia jadi merindukan Mama Ratna kesayangannya itu.
Sejak mengetahui dirinya adalah putri dari sahabatnya Ratna begitu baik dan menyayangi dirinya meskipun sejak awal sikap Ratna memang tidak jahat.
Prilly baru saja menyelesaikan ritual mandinya dan bersiap-siap untuk kembali ke kantor untuk bekerja. Perihal mobil Ayahnya sudah memesan mobil keluaran terbaru untuk dirinya yang mungkin akan datang sebentar lagi.
Prilly benar-benar beruntung lahir di tengah orang tua yang begitu menyayangi dirinya. Papa dan Mama selalu berusaha memenuhi kebutuhannya tanpa kekurangan satu apapun.
Prilly sangat terharu dengan kasih sayang orang tuanya. Orang tuanya rela bekerja banting tulang hanya untuk memakmurkan hidupnya. Dan alangkah bodohnya Prilly kemarin yang membuat orang tuanya menangis hanya karena Cinta seorang pengkhianat yang bernama Genta.
Ah mengingat pria itu bagaimana kabarnya mereka sekarang? Prilly masih menunggu undangan pernikahan duo pengkhianat itu dan Prilly berjanji di kutub Utara sekalipun pernikahan mereka diadakan dia tetap akan datang.
Dan semoga saja dia tidak datang sendirian saat hari itu tiba karena Prilly ingin menunjukkan bahwa dirinya juga bisa berbahagia bersama yang lain dan jauh di lubuk hati Prilly dia berharap saat datang ke pesta pernikahan Genta dan Keira ada Ali yang bersedia memeluk pinggangnya.
Bolehkah dia berharap seperti itu? Apa harapannya terlalu berlebihan?
Prilly membuka lemarinya lalu meraih satu stelan kerja warna coklat muda yang akan dia kenakan hari ini. Prilly sudah kembali melakukan rutinitasnya seperti biasa.
Bekerja, bekerja dan bekerja.
Satu jam kemudian Prilly sudah siap dengan setelan kerjanya dan juga salah satu koleksi tas jinjing seharga 1 unit mobil baru.
Penampilan Prilly selalu modis dan mempesona seperti biasa. Rambut panjangnya dia kuncir kuda yang semakin membuat kesan cantik di wajah putih yang hari ini sedikit dia poles dengan make up miliknya.
Prilly menuruni tangga dengan pelan ketukan suara yang berasal dari heels yang dia kenakan terdengar beradu dengan lantai.
Prilly mengerutkan keningnya ketika mendengar suara tawa yang sepertinya tidak asing dari ruang makan rumahnya.
Prilly mempercepat langkah nya hingga matanya membulat lebar saat melihat sosok yang sangat dia rindukan sedang bercengkrama dengan kedua orang tuanya.
"Mama Ratna!" Panggil Prilly setengah histeris.
Merasa ada yang memanggilnya Ratna menoleh dan seketika senyumannya mengembang lebar saat melihat sosok cantik Prilly yang berdiri tak jauh dari darinya.
"Calon mantu Mama." Balasnya tak tahu malu. Haris dan Julia serta Tama hanya mampu tertawa apalagi ketika melihat semburat merah yang mulai menjalar di wajah Prilly.
Sial. Prilly malu sekali.
***
Ali keluar dari kamarnya dengan sedikit mengernyitkan dahinya ketika mendapati keadaan rumahnya begitu hening.
Kediamannya begitu sepi, tidak ada suara Ibunya. Ali berjalan menuju ruang makan dan sedikit terkejut ketika mendapati hanya sosok Laras yang ada di sana.
"Mas mau makan apa? Aku masakin banyak loh buat Mas nasi goreng hati kesukaan Mas juga ada." Laras langsung mempromosikan hasil racikan tangannya yang sudah dia tata di atas meja makan pada Ali.
"Mama saya mana?" Tanggapan yang Ali berikan jelas jauh dari khayalan Laras. Pria itu sama sekali tidak menaruh minat pada apa yang Laras tawarkan.
Ekspresi wajah Laras sontak berubah ketika Ali sama sekali tidak menanggapi perkataannya. "Mama saya dimana Laras?" Ali kembali mengulang kali ini dengan nada yang sedikit keras.
"Pergi sama Mas Tama." Kata Laras dengan wajah cemberut.
Sial!
Refleks Ali mengumpat pelan, dia tidak menyangka Ibunya benar-benar mengunjungi rumah Prilly bersama Tama.
"Mas kenapa?" Laras memberanikan diri bertanya saat melihat wajah Ali berubah kusut.
Ali menggelengkan kepalanya menatap Laras dengan tatapan yang sulit diartikan hingga membuat Laras salah tingkah.
"Mulai besok kamu akan tinggal di kos-kosan yang tidak jauh dari puskesmas kamu bekerja."
Laras membulatkan matanya. "Kos-kosan?" Beonya tak percaya.
Ali menganggukkan kepalanya dengan tegas. "Kamu tidak berniat merepotkan saya selamanya bukan?"
Laras kembali dibuat terkejut dengan kata tajam Ali. "Merepotkan?"
"Iya saya sangat-sangat merasa di repotkan dengan kehadiran kamu di sini Laras. Kamu tidak mandiri jauh dari apa yang dikatakan Pak Kades pada saya." Ali tidak lagi mempersoalkan jika Laras mengadukan perkataannya ini pada Pak Kades karena Ali benar-benar mulai gerah dengan sikap Laras.
Mata Laras sontak berkaca-kaca. "Bapak kamu bilang kamu gadis yang mandiri bisa melakukan semuanya sendiri tapi lihat sekarang jika saya tidak mengantar maka kamu tidak bekerja apa itu bisa dikatakan mandiri?" Ali semakin memperjelas ucapannya supaya Laras sadar jika trik yang wanita itu lakukan sama sekali tidak bisa menarik perhatian Ali.
"Saya ingi pulang!" Kata Laras sebelum tangisannya terdengar yang membuat kepala Ali semakin pusing saja.
"Nanti sore."
"Ya?"
"Nanti sore saya akan pesankan tiket kereta untuk kamu. Sekarang siapkan semua barang-barang kamu jangan sampai ada yang ketinggalan di rumah saya."
Laras shock berat ketika mendengar perkataan Ali yang sama sekali tidak berusaha menahan kepergiannya. Ali tega sekali padanya!
"Sekarang kamu makan saya tidak ingin kamu sakit dan kembali merepotkan saya!" tegas Ali sebelum berbalik meninggalkan Laras yang terpaku didepan hidangan yang susah payah dia siapkan untuk Ali.
Laras kembali mengingat bagaimana ucapan Ratna sebelum wanita itu pergi bersama Tama tadi pagi-pagi sekali.
"Silahkan rayu putra saya dengan cara kamu jika kamu berhasil maka lusa saya akan langsung melamar kamu pada orang tuamu dan jika kamu tidak berhasil maka kamu harus segera angkat kaki dari rumah saya!"
Mengepalkan tangannya kuat-kuat Laras menahan diri untuk tidak berteriak setidaknya sebelum deru mesin mobil Ali terdengar menjauhi pekarangan rumah.
"Arrghh!!!"
Teriakan Laras terdengar mengisi kekosongan rumah Ali. Wanita itu berteriak histeris sebelum menangis tergugu meratapi harapannya yang kini benar-benar kandas. Ali tidak akan pernah menjadi miliknya sampai kapanpun.
Ali terlalu sulit untuk dia gapai. Sialan!
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Hati
RomansaStory terbaru aku setelah Lingkar Cinta jangan lupa dibaca yaa.. Ceritanya juga nggak kalah seru dengan ceritaku yang lainn.. Terima kasih..