Bab 40

2.3K 346 43
                                    


Setelah dibujuk tepatnya di paksa oleh Julia dan Ratna akhirnya Prilly bersedia berangkat bersama Ali tepatnya diantar oleh Ali menuju kantornya.

Arah mereka memang berbeda namun Ali tetap bersedia mengantar Prilly hingga membuat gadis itu semakin emosi saja. Apa coba maksud pria ini? Sudah menolaknya eh sekarang malah sok-sokan kasih perhatian. Menyebalkan.

"Kamu sudah sarapan?"

Lihat kan? Sok perhatian banget sumpah!

"Udah." Prilly menjawab singkat. Enak saja pria itu setelah apa yang Ali perbuat jangan harap Prilly akan memudahkan jalan pria itu untuk bersama dengannya.

Memangnya Ali ingin bersama dengan dirinya? Perjodohan mereka saja di tolak mentah-mentah oleh pria itu jadi untuk apa Ali repot-repot mencari cara untuk bersama dirinya?

Mood Prilly semakin buruk saja karena pemikirannya yang sial nya benar itu.

Ali melirik Prilly sekilas gadis itu sejak menaiki mobilnya sekalipun tidak menoleh kearahnya, Prilly lebih memilih menatap keluar jendela dari pada menatap Ali dan entah kenapa Ali tidak menyukai hal itu.

"Kamu langsung ke kantor?"

"Ya menurut kamu?"

Sial!

Ali kehabisan kata-kata untuk menghadapi kejudesan Prilly padanya, jujur Ali lebih menyukai Prilly yang kemarin-kemarin manis dan tutur bahasanya begitu lembut tidak sejutek sekarang.

"Kamu kenapa sih?"

Prilly seketika menoleh menatap Ali dengan tatapan tajam yang selama ini tidak pernah dia perlihatkan pada pria itu.

"Kamu nggak jijik ngomong sama babu?" Sindir Prilly dengan ekspresi kerasnya yang sengaja tidak dia tutupi, dia ingin Ali tahu jika penghinaan yang pria itu berikan padanya belum dia lupakan sama sekali bahkan mungkin sampai mati Prilly akan mengingatnya.

Ali memejamkan matanya, dia ingat perkataannya tempo hari namun Ali tidak bermaksud untuk menyakiti hati Prilly dia hanya refleks hari itu.

"Bisa nggak kita jangan bahas lagi masalah itu."

"Enggak bisa enak aja. Kamu pikir kamu siapa? Setelah ngehina aku eh malah sok-sok dekat kayak sekarang. Ke laut aja sono!" Emosi Prilly benar-benar sulit dia kendalikan, terlebih ketika melihat wajah Ali yang sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.

Prilly kembali membuang pandangannya keluar jendela, lama-lama menatap Ali dia tidak yakin mampu menahan tangannya yang sudah gatal ingin menjambak rambut Ali yang hari ini terlihat begitu klimis.

Ali melirik Prilly sekilas sebelum kembali memfokuskan tatapannya ke depan. Setelah perkataan tajam Prilly tadi ini suasana di dalam mobil semakin hening dan mencekam saja bahkan suara alunan musik sama sekali tidak mampu mencairkan suasana tegang di dalam mobil Ali itu.

Setengah jam kemudian fortuner putih milik Ali memasuki parkiran kantor Prilly, gedung bertingkat itu berdiri kokoh menandakan jika tempat dimana HP Group bernaung itu bukanlah tempat biasa.

Prilly membuka pintu mobil dan berniat segera turun dari sana sampai suara Ali menghentikan gerakan tangannya.

"Ayok kita memulai semuanya!"

Prilly bergeming dia masih enggan menerka-nerka memulai seperti apa yang Ali maksudkan. Melihat kebekuan Prilly, Ali kembali mengeluarkan suaranya.

"Maaf atas sikapku kemarin. Tapi sekarang bisakah mencoba memulai semuanya dari awal?" Suara Ali terdengar mengiba hingga membuat Prilly menoleh menatap ke arah Ali berusaha mencari kebohongan di mata legam itu.

Sial! Sepertinya Ali bersungguh-sungguh dengan perkataannya.

"Memulai yang seperti apa maksud kamu?" Prilly memberanikan diri untuk bertanya, jujur hatinya berharap Ali ingin memulai semuanya dari awal dalam artian pengenalan pribadi masing-masing sebelum mereka terikat pernikahan.

Dalam artian lain Ali bersedia menerima perjodohan mereka. Bisakah?

***

"Jadi gimana?"

Prilly yang sedang menyesap coklat hangat miliknya mendongak menatap Ali yang duduk kaku di depannya. "Kenapa tiba-tiba?"

"Maksud kamu?"

Prilly meletakkan cangkir miliknya lalu memfokuskan dirinya menatap pria yang tiba-tiba menyeret dirinya ke sebuah cafe yang tidak jauh dari kantornya.

Menurut Ali mereka butuh privasi untuk membicarakan masalah mereka. Dan di sinilah mereka sekarang.

"Kenapa tiba-tiba kamu ingin memulai semuanya denganku bukankah kemarin kamu yang ngotot menolak usulan orang tua kita?"

Ali bergeming. "Kamu juga pernah menolaknya bukan?" Tanya Ali yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly. "Pernah dan itu sebelum aku tahu siapa pria yang akan dijodohkan denganku."

Ali mengernyit bingung menatap Prilly yang sekarang memilih menatap padatnya jalanan di luar melalui kaca disamping mereka.

"Jadi?" Prilly kembali bersuara setelah keheningan mengambil alih keadaan di tengah mereka.

Ali masih meluruskan  pandangannya menatap Prilly yang berusaha keras untuk tidak tersipu. Demi Tuhan bagaimana mungkin seorang perempuan yang sudah menaruh hati pada seseorang ketika ditatap seintens ini tidak bersemu merah.

Prilly tidak perduli dengan rona merah di wajahnya meskipun jantungnya nyaris meledak melawan tatapan Ali yang seperti ingin melahap bulat-bulat dirinya.

"Aku menerima perjodohan kita."

Jujur Prilly terkejut namun dia sangat lihai menyembunyikan perubahan ekspresi wajahnya. "Kenapa?"

"Ya karena aku mau!" Ali nyaris frustasi menghadapi perempuan keras kepala di depannya ini. Prilly terlalu tangguh untuk ukuran perempuan tanpa Ali tahu jika saat ini Prilly hanya berusaha memastikan jika hatinya akan baik-baik saja saat dia serahkan pada Ali seutuhnya.

Prilly tidak ingin ketika harapannya sudah tinggi pada pria didepannya ini Ali kembali berbalik dan berubah pikiran maka dari itu Prilly ingin memastikan semuanya terlebih dahulu sebelum menerima ajakan Ali untuk memulai semuanya.

"Kalau aku tidak mau." Tantang Prilly yang membuat wajah Ali berubah merah padam. Wanita ini pandai sekali memainkan emosinya.

"Aku akan melakukan segala cara supaya kamu mau menerima tawaranku!"

Prilly menganggukkan kepalanya, dia salut dengan kegigihan Ali tapi tetap saja dia tidak akan membuat semuanya jadi mudah.

Prilly meraih tasnya tanpa menghiraukan Ali yang menganga menatap dirinya yang memilih beranjak dari sana tanpa menjawab atau memberi tanggapan atas pernyataan Ali.

Setelah meraih tasnya Prilly berhenti sejenak memangku tatapannya pada Ali yang masih mendongak menatap dirinya.

"Ayo kita lihat seberapa banyak cara yang akan kamu lakukan untuk membuatku menerima tawaran mu!" Ucap Prilly sebelum meninggalkan Ali yang nyaris menendang meja didepannya.

Sialan! Ternyata mendapatkan Prilly tidak semudah yang dia kira.

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang