"INI APA HAH? KENAPA SAMPAH SEPERTI INI KALIAN PERLIHATKAN PADA SAYA?!!"Teriakan dahsyat terdengar dari ruangan Ali, sejak menapaki kantornya Ali tak henti-hentinya memarahi karyawan atau siapa saja yang berbuat tidak sesuai keinginannya.
Dua orang karyawan dari bagian keuangan menunduk takut, sejak bekerja di sini belum pernah sekalipun mereka melihat kemarahan sang Bos semengerikan ini.
Ali memang tegas dan bengis namun tidak akan sekasar ini pada karyawannya. Entah apa yang merasuki Bos besar itu.
"Maaf Pak."
"Maaf kata kalian? APA DENGAN MAAF KALIAN KERTAS SAMPAH INI BISA BERSIH KEMBALI HAH? KALIAN KIRA SAYA BELI KERTAS INI NGGAK PAKAI UANG?!"
Jadi yang Ali permasalahkan sebenarnya kesalahan data yang mereka ajukan atau kerugian karena kertas yang mereka print beberapa lembar itu?
Ali melemparkan map berisi kertas-kertas yang menurutnya sampah itu. "Perbaiki dan jangan pakai kertas kantor! Kalian beli kertas lain sebagai konsekuensi kesalahan kalian! Mengerti?"
"Siap Pak kami mengerti."
Ali menghempaskan tubuhnya keatas kursi kebesarannya. "Keluar kalian!"
"Permisi Pak." Dua orang karyawan itu langsung melesat keluar dari ruangan Ali yang auranya berubah seram bak kandang macan.
"Gila! Jantung gue hampir berhenti berdetak gara-gara teriakan Pak Ali." Salah seorang karyawan Ali langsung berkomentar begitu keluar dari ruangan Ali.
"Gue juga belun pernah gue liat Pak Ali mengamuk seperti tadi."
"Ngeri ya?"
"Banget nih lutut masih bergetar orgasme aja gue nggak sampe gemetaran begini."
Tawa karyawan itu terdengar riuh sampai Tama datang menegur mereka. "Apa yang kalian tertawakan sepertinya lucu sekali?"
"Maaf Pak kami cuma lagi bahas lelucon tadi malam." Kedua karyawan itu terlihat salah tingkah, bisa gawat jika Tama tahu mereka sedang menertawakan bos besar mereka bisa-bisa mereka langsung ditendang dari kantor ini.
"Pak Ali ada kan?"
"Ada Pak kami baru saja di usir dari ruangan Pak Ali eh anu."
Tama mengernyitkan dahinya menatap kedua karyawan didepannya dengan kening berkerut. "Diusir? Kenapa kalian diusir?"
Kedua karyawan itu tidak dapat berkelit lagi hingga akhirnya mereka menceritakan bagaimana mereka diamuk oleh Bos besar yang hari ini moodnya buruk sekali.
Tama mendengar dengan seksama dan dia langsung mengambil kesimpulan jika mood buruk Ali pasti ada kaitannya dengan kejadian tadi pagi.
Ali dan perjodohannya dengan Prilly. Wah menarik sekali.
"Ya sudah kalian kembali kerja biar saya yang menemui Pak Ali."
Begitu karyawan tadi berlalu dengan langkah mantap Tama berjalan menuju ruangan Ali. Dia ingin melihat sebagaimana buruknya mood Ali hari ini dan seberapa jauh Ali mampu mengelak dari takdirnya bersama Prilly.
Jika ini masih mengenai Shania maka Tama orang pertama yang akan menendang Ali supaya pria itu sadar jika Shania bukan jodohnya, wanita yang sudah tega mencampakkan sahabatnya karena lebih memilih pria yang berkantong tebal dan sahabat bodohnya itu masih saja mengharapkan wanita itu.
Ingin rasanya Tama berkata kasar.
Brengsek!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Hati
RomanceStory terbaru aku setelah Lingkar Cinta jangan lupa dibaca yaa.. Ceritanya juga nggak kalah seru dengan ceritaku yang lainn.. Terima kasih..