Bab 37

1.8K 341 31
                                    


Setelah makan malam bersama dengan orang tuanya Prilly memilih ke kamarnya dengan alasan untuk beristirahat. Padahal setibanya dia di kamar yang Prilly lakukan adalah membuka pintu balkon kamarnya lalu biasa indah pada malam hari ini.

Langit terlihat sangat terang dengan kilauan bintang yang mampu memanjakan mata. Senyum Prilly terbit dengan sendirinya ketika membayangkan seandainya Ali menerima perjodohan mereka lalu mereka menikah dan berdiri disini sambil berpelukan menikmati indahnya malam.

Ah, seandainya saja Ali memiliki perasaan dan pemikiran yang sama dengannya pasti Prilly akan menjadi salah satu wanita yang paling bahagia di dunia ini.

"Jadi kamu bekerja di rumah Ratna Nak?"

Prilly memejamkan matanya ketika mengingat bagaimana ekspresi terkejutnya kedua orang tuanya saat mengetahui bahwa selama satu minggu ini putrinya ada dirumah sahabat mereka.

Dengan pelan Prilly menganggukkan kepalanya. "Iya Ma dan aku juga sudah bertemu dengan Ali." Akui Prilly secara terang-terangan.

Kembali keterkejutan terlihat di wajah Haris dan Julia.

"Lalu bagaimana tanggapanmu Nak?"

"Tentang perjodohan kami?"

Serentak Haris dan Julia menganggukkan kepalanya. "Iya tentang perjodohan kalian bagaimana menurutmu?"

Prilly menghela nafasnya, dia tidak tahu harus memulai dari mana tapi yang pasti Prilly tidak ingin menyembunyikan apapun dari orang tuanya. Jadi Prilly memutuskan untuk menceritakan semuanya termasuk pengkhianatan Genta dan Keira sampai akhirnya dia bekerja di rumah Ali sebagai asisten rumah tangga.

Julia mengusap air matanya dengan perlahan, dia tidak menyangka putrinya selama satu minggu berjauhan dengan mereka melalui masalah cukup pelik. Prilly-nya jelas sangat menderita.

"Aku nggak apa-apa Ma. Seriusan Prilly baik-baik saja selama satu minggu ini hanya saja Prilly selalu dihantui rasa bersalah karena sudah membuat hati Mama dan Papa terluka."

Julia tersenyum lembut pada putrinya begitu juga dengan Haris yang sepertinya sudah tidak mempermasalahkan apapun lagi bagi mereka dengan kembalinya Prilly ke rumah itu sudah lebih dari cukup.

"Mama dan Papa sudah memaafkan kamu Nak. Tidak ada yang salah dan sekarang kita lihat bagaimana kedepannya. Kalau memang kamu dan Ali berjodoh Mama yakin cepat atau lambat kalian akan bersama."

Prilly membuka matanya dengan perlahan pandangannya sedikit buram menatap gelapnya malam. Perkataan Mamanya kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

Jika dia dan Ali berjodoh maka mereka akan bersama cepat atau lambat benarkan? Tapi bagaimana jika pada akhirnya Ali tetap memilih untuk menolak perjodohan mereka sanggupkah Prilly menata hatinya kembali?

Berakhir dengan Genta rasanya tidak sesakit ditolak oleh Ali. Jangan tanyakan kenapa karena Prilly sendiri tidak tahu bagaimana dan kenapa dia bisa sejatuh cinta ini pada Ali.

Pria yang dia kenal tidak lebih dari satu minggu. Lucu kan? Memang cinta terkadang selucu itu.

***

"Lo kenapa belum pulang?" Ali yang baru saja kembali dari taman belakang langsung sewot ketika mendapati Tama duduk berselonjoran dengan satu toples keripik di depan televisi di ruang keluarga rumah Ali.

Tama hanya menoleh menatap Ali sekilas sebelum kembali mengunyah keripik dan tertawa terbahak-bahak ketika ada adegan lucu di sebuah acara talk show yang sedang dia tonton.

Ali mendesis kesal karena Tama sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan dan juga kehadiran dirinya. Sahabat siapa sih Tama ini kurang aja sekali.

Dengan kesal Ali berjalan mendekati Tama lalu menendang kecil paha Tama hingga membuat pria itu mendesis tak suka. "Apaan sih lo gangguin orang aja."

"Lo benar-benar nggak tahu diri ya jadi orang. Udah numpang di rumah gue juga."

"Gue di sini juga karena permintaan Tante Ratna kalau bukan karena beliau gue juga ogah berada di satu atap dengan cowok bego kayak lo! Tar nular ke gue lagi. Ih serem!" Tama berkata sambil memperagakan orang ketakutan seolah apa yang baru saja dia katakan memanglah suatu yang menyeramkan.

"Brengsek!"

"Berhenti mengumpat Ali!"

"Mama?"

"Iya kenapa? Berharap Mama nggak disini supaya kamu bebas memaki Tama iya?" Ratna datang dengan membawa nampan berisi susu coklat hangat untuk Tama.

"Terima kasih Tante Ratna yang cantik." Ujar Tama dengan wajah bahagianya ketika menerima gelas berisi susu hangat buatan Ratna.

Tama yatim piatu sejak kecil dia sudah kehilangan orang tuanya jadi dia benar-benar tidak mendapatkan kasih sayang dari sosok wanita yang sering dipanggil Ibu hanya Ratnalah satu-satunya wanita yang memperlakukan dirinya layaknya anak sendiri.

Dan Tama benar-benar bersyukur akan hal itu.

"Mama kenapa jadi perhatian sama Tama sih?" Akhirnya Ali tidak bisa lagi menahan rajukannya. Dia benar-benar kesal seharian ini tidak ada yang memperdulikan dirinya.

Ratna menoleh menatap Ali dengan tatapan sengaja dia buat bingung. "Loh kamu masih butuh perhatian Mama? Kirain nggak kan omongan Mama juga cuma anggap angin lalu kan?"

"Sindir terus! Sindir! Puasin hati Mama nyindir Ali terus." Ujar Ali dengan wajah pasrahnya sebelum beranjak meninggalkan Ratna dan Tama yang sontak cekikikan.

"Tan apa nggak apa-apa nih Tante ngerjain Ali terus takutnya dia ngambek terus ngikat leher pakek tali sepatu lagi."

"Hush! Mau bunuh diri juga harus mikir cara elegan kali."

Tawa Ratna dan Tama kembali terdengar hingga ke telinga Ali yang masih berada di ujung tangga. Mendengus pelan Ali langsung bergerak menuju kamarnya.

Dadanya panas sekali apalagi tadi dia sempat mendengar percakapan antara Ibu dan sahabatnya yang besok ingin mengunjungi rumah Prilly.

Apa tujuan Ibunya ke sana?

Ali masih belum memikirkan jawaban tentang perjodohan mereka lalu kenapa Ibunya ngebet sekali ingin bertemu dengan Prilly?

Apa jangan-jangan?

Sontak langkah kaki Ali yang sedang menaiki tangga terhenti. Tidak! Tidak mungkin Ibunya berniat menjodohkan Tama dengan Prilly bukan?

Ali menoleh ke bawah di mana suara tawa Ibunya dan Tama kembali terdengar jika di lihat sekarang kenapa justru dirinya yang terlihat menumpang di rumahnya sendiri?

Ibunya lebih memilih tertawa dan bercanda bersama Tama ketimbang dirinya yang notabene adalah putra kandungnya. Apa benar jika Ibunya akan menjodohkan Tama dengan Prilly? Lalu bagaimana dengan dirinya?

Argh! Sialan! Kenapa semua jadi rumit seperti ini sih?

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang