Bab 23

1.6K 309 12
                                    


"Ma..maksud Kak Ali apa?" Tanya Sarah tak percaya. Bagaimana mungkin Ali bisa mengusir dia dan Ibunya demi membela pembantu itu.

"Ali."

"Cukup Ma! Aku benar-benar udah muak dengan drama yang mereka mainkan!" Suara Ali kembali menggelegar membuat semua wanita di sana menunduk ketakutan tak terkecuali Prilly yang mulai merasa tidak enak karena menyebabkan kekacauan ini.

Tapi tujuannya baik untuk melindungi Ali dari tipu muslihat Ibu dan anak ini.

"Budhe dari dulu aku coba untuk memaklumi sikap dan tindakan putri Budhe meskipun aku sendiri sangat merasa risih dan tidak nyaman bahkan di setiap kalian berkunjung itu membuat hidup aku begitu tertekan meskipun hanya satu malam." Ali menatap tajam Sarah yang kini tertunduk lesu di samping Ibunya.

Mia memilih bungkam atau memang tidak memiliki pembelaan apapun atas tuduhan yang Ali berikan. Memang selama ini dirinya dan sang putri membuat hidup Ali tidak nyaman.

"Jadi kamu tidak nyaman dengan kehadiran kami?" Akhirnya Mia membuka suara setelah Ali mengeluarkan semua uneg-uneg nya.

Dengan tegas Ali menganggukkan kepalanya. "Sangat tidak nyaman Budhe." Jawab Ali tanpa ragu.

Mia nyaris menganga lebar melihat kesungguhan dimata Ali. Ratna menyentuh lengan putranya. "Jangan kasar begitu Ali." Tegurnya pada sang putra.

Ali menoleh menatap Ibunya. "Bukan masalah kasar Ma. Tapi Ali muak! Aku mulai bosan setiap mereka datang selalu saja membawa masalah ke dalam hidupku. Mama bayangkan jika Prilly tidak memergoki Sarah tadi Mama sudah bisa bayangkan kan apa yang akan terjadi pada Ali?"

Ratna bungkam.

"Ayok Sarah kita pulang!"

"Silahkan! Tapi masalah ini tetap akan berlanjut!"

"Ali."

"Pak."

"Kak."

Ali mengabaikan semua panggilan terhadap dirinya fokusnya hanya tertuju pada Mia yang siap melahap dirinya hidup-hidup.

"Budhe tidak berfikir masalah ini akan selesai begitu saja bukan?" Ali bertanya dengan raut wajah mulai berubah santai. "Perbuatan Sarah sudah masuk ranah hukum Tante selain berniat menjebakku dia juga sudah membuat tangan Prilly terluka."

"Dia terluka karena sengaja menabrak ku!" Bantah Sarah ketika posisinya terus disudutkan oleh Ali.

"Tapi ini sampai parah begini karena kamu siram lagi pakai air panas sisa di gelas itu." Sahut Prilly cepat. Prilly tidak berbohong karena memang Sarah menyiram tangannya lagi setelah Prilly berhasil menghentikan rencana jahat wanita itu.

Sarah mengepalkan tangannya dan bersiap menyerang Prilly. "Pembantu sialan!!" teriaknya sambil berlari kearah Prilly namun dengan sigap Ali melindungi Prilly dibalik tubuhnya.

"BERHENTI BERBUAT ULAH DI RUMAHKU SARAH!!"

Teriakan lantang Ali membuat langkah Sarah seketika berhenti. "Kak Ali."

"JANGAN MEMBENTAK PUTRIKU!"

"Mbak." Ratna berusaha menenangkan Mia, bisa semakin kacau urusannya jika emosi Ali semakin dipancing seperti ini.

"Apa? Kamu mau bela anak kamu ini iya?" Mia balik menghardik Ratna. "Jangan pernah membentak Mamaku Budhe!" Ali jelas akan melindungi Ibunya.

Ratna mengusap pelan lengan putranya meminta Ali untuk tenang dan tidak membesarkan masalah ini.

"Ayo kita pulang Sarah! Kita sudah benar-benar dipermalukan di sini." Mia menyeret lengan putrinya meninggalkan kediaman Ali dengan membawa amarahnya.

Setelah Mia dan Sarah angkat kaki dari rumahnya kini fokus Ali benar-benar tertuju pada Prilly.

"Dan kamu juga punya kewajiban untuk menjelaskan semua ini pada saya!" Ujar Ali yang membuat Prilly menghela nafas panjangnya.

Kenapa rumit sekali sih hidupnya?

***

Prilly masih belum mengeluarkan sepatah katapun saat Ali menyeretnya menuju taman belakang tepatnya kursi santai di samping kolam renang.

"Duduk!" Perintah Ali yang langsung dilakukan oleh Prilly. Setelah itu Ali kembali ke dalam rumahnya meninggalkan Prilly yang langsung mengeluarkan ringisannya.

"Aduh sakit sekali." keluhnya sambil meniup pelan luka ditangannya.

Di dalam rumah Ali sedang mengobrak-abrik lemari disudut dapur untuk mencari kotak obat yang akan digunakan untuk mengobati luka melepuh ditangan Prilly.

Mengingat bagaimana merahnya kulit tangan Prilly membuat emosi Ali kembali tersulut. Dia benar-benar benci tindakan Sarah kali ini dan juga dia tidak suka dengan sikap pemberani nya Prilly yang berujung melukai gadis itu sendiri.

"Nak."

"Ma aku mohon untuk saat ini jangan bahas apapun apalagi tentang Budhe Mia dan Sarah." Ali menoleh menatap Ibunya yang sudah berdiri di sampingnya.

Mengusap wajahnya pelan Ali lupa jika Ibunya baru saja kembali dari rumah sakit, Dokter sudah mewanti-wanti dirinya untuk menjaga kesehatan sang Ibu tapi dia malah melupakan hal itu.

"Maaf Ma seharusnya Mama istirahat bukannya menghadapi masalah seperti ini. Sekarang kita ke kamar ya Ma." Ali menutup kembali lemari itu, dia tidak bisa mengabaikan keberadaan Ibunya meskipun hatinya tetap tidak tenang karena membiarkan Prilly sendirian di taman belakang.

Ratna menahan lengan putranya ketika Ali ingin memapahnya. "Apa kamu memiliki perasaan pada Prilly?" todongnya yang membuat Ali membulatkan matanya seketika.

"Maksud Mama apa sih?" Ali berusaha mengelak karena sejujurnya dia sendiri bingung akan perasaannya masih terlalu dini untuk menyimpulkan semuanya.

Ali memang tidak ingin Prilly terluka dan itu tidak bisa dijadikan patokan sebagai rasa yang Ali miliki pada Prilly bisa saja itu hanya karena nalurinya sebagai seorang laki-laki yang tidak ingin wanita terluka atau nalurinya sebagai seorang bos terhadap anak buahnya.

Prilly bekerja di rumahnya tentu saja Ali tidak ingin pekerja terluka bukan?

Ratna menatap putranya dengan seksama, dia tahu Ali sedang kebingungan menyimpulkan perasaannya sendiri saat ini. Tapi jika memang Prilly bisa membuat hati putranya pulih kembali Ratna tidak akan keberatan.

Apapun akan dia lakukan untuk kebahagiaan putranya. Dan siapapun yang bisa membuat putranya bahagia maka dengan tangan terbuka Ratna akan menerimanya sebagai menantu di rumah ini tak terkecuali termasuk Prilly.

"Sayang dengerin Mama." Ratna menangkup wajah putranya hingga fokus Ali kini tertuju hanya pada Ibunya. "Mama tidak keberatan jika memang Prilly yang kamu pilih sebagai pendamping tapi dengan satu syarat."

Ali mengernyitkan dahinya. "Apa Ma?"

Ratna mengulas senyum lembutnya, diusapnya lembut pipi putranya yang sangat dicintainya itu. "Prilly bisa membahagiakan kamu. Mama akan terima Prilly sebagai menantu Mama jika Prilly mampu mengembalikan senyuman putra kesayangan Mama ini. Itu saja syarat dari Mama." Ujar Ratna dengan mata berkaca-kaca.

Sebagai seorang Ibu jelas kebahagiaan sang anak adalah tujuan utama hidupnya.

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang