Bab 35

2K 338 29
                                    


Prilly baru saja menyelesaikan ritual mandinya saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Setelah puas menangis dalam pelukan Ibunya tadi siang Prilly memilih untuk tidur hingga sore menjelang.

Prilly memuaskan tubuhnya untuk berendam hingga tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Prilly menatap sekeliling kamarnya yang difasilitasi lengkap oleh orang tuanya namun kenapa sekarang terasa hampa.

Televisi berukuran 40 inchi yang tertempel di dinding kamarnya sama sekali tidak menarik perhatian Prilly kursi santai bahkan sofa yang harganya puluhan juta sekarang terasa hambar di mata Prilly.

Spring bed berukuran king size miliknya juga tak lagi menarik minat Prilly karena jauh didalam lubuk hatinya diakui atau tidak olehnya Prilly lebih merindukan kamar pembantu di rumah Ali.

Prilly lebih merindukan kamar kecil dengan perabotan seadanya ketimbang kamarnya yang sudah layaknya hotel Bintang lima itu.

Menghela nafas panjangnya Prilly memilih mengabaikan perasaan rindunya dengan mengeringkan rambut panjangnya menggunakan hair dryer.

Prilly memutar musik melalui ponselnya, lagu sendu kecintaannya mengalun merdu memenuhi kamarnya yang luas itu. Sesekali terdengar suara lembut Prilly yang mengikuti setiap bait yang dinyanyikan oleh salah satu penyanyi favoritnya.

Tok!

Tok!

"Prilly sayang."

"Iya Ma. Bentar." Prilly meletakkan hair dryer miliknya lalu bergerak menuju pintu kamar yang sebenarnya tidak dia kunci sama sekali.

"Baru siap mandi ya Nak?" Prilly mengangguk pelan. "Iya Ma kelamaan berendam tadi." Kata Prilly sambil memperlihatkan cengiran lebar khas dirinya.

"Uh dasar princessnya Mama yang satu ini." Julia mengacak pelan rambut Prilly yang masih setengah basah.

Prilly kembali memperdengarkan cekikikan gelinya. "Papa udah pulang tuh." Beritahu Julia yang membuat wajah Prilly mendung seketika.

"Tenang aja Papa pasti senang kamu di sini Nak. Papa selalu mengharapkan kamu pulang seperti hari ini." Julia berkata sambil mengusap lembut lengan putrinya.

Prilly menatap sendu Ibunya. "Papa pasti masih kecewa sama aku kan Ma?"

Julia tersenyum lembut. "Kecewa wajar Sayang tapi kamu ingat satu hal tidak ada orang tua di dunia ini yang betah memendam kekecewaan pada anaknya." Jeda sejenak sebelum Julia kembali menambahkan. "Papa kecewa wajar tapi jauh di dalam hati Papa Mama yakin beliau sangat merindukan kamu putri nakalnya ini." Julia mencubit gemas hidung bangir putrinya.

Senyum Prilly seketika terbit meskipun hatinya masih berdebar dan sedikit takut untuk menemui Ayahnya tapi Prilly yakin sekecewa apapun Ayahnya, beliau tidak akan tega menolak kehadiran dirinya.

Prilly berharap setelah ini dirinya tidak lagi menjadi pembangkang, dia ingin menjadi anak yang penurut berbakti serat bisa membahagiakan orang tuanya.

Dan Prilly yakin satu-satunya kebahagiaan orang tuanya adalah dirinya menerima perjodohan ini dan itu artinya Prilly harus menyiapkan diri untuk hidup bersama pria yang hatinya masih di huni oleh wanita lain.

Kuatkah dia?

***

Ali dan Ibunya masih menjalani perang dingin tepatnya sang Ibu yang sama sekali tidak menghiraukan keberadaan dirinya. Ratna justru mengundang Tama untuk makan malam dan menemani dirinya mengobrol hal yang biasanya dia lakukan bersama Ali.

Ali melahap makanannya yang hanya mampu dia telan 3 sendok nasi tidak lebih. Ali keburu kenyang diabaikan oleh orang-orang yang dia kasihi. Tidak Ibunya tidak juga Tama keduanya serentak menganggap dirinya makhluk tak kasat mata kecuali Laras yang sejak tadi berusaha mencari perhatian Ali yang sayangnya sama sekali tidak mendapat tanggapan dari Ali.

Ali mengabaikan Laras hingga membuat wanita itu pamit kembali ke kamarnya. Ali sudah memikirkan semuanya setelah Laras diterima bekerja di puskesmas tempat temannya bekerja maka Ali memutuskan untuk membantu Laras mencari tempat tinggal lain alias kos.

Ali tahu dia tidak mungkin membiarkan Laras tinggal dirumahnya selain bukan muhrim Ali juga tidak nyaman dengan gaya berpakaian Laras yang sama sekali tidak mencerminkan keanggunan seorang gadis desa yang sangat dihormati oleh Ali.

Laras mulai berani memakai tantop dan celana pendek pada saat mereka berkumpul untuk makan malam bersama. Tidak hanya Ali yang terkejut tapi Tama juga terlebih Ratna yang langsung memperlihatkan ekspresi jijiknya.

"Anak kepala desa pakaian kok kurang bahan begitu."

Sindiran dari Ratna hanya dianggap angin lalu oleh Laras, sepertinya wanita itu sedang berusaha mencuri perhatian Ali dengan menyodorkan tubuhnya.

Namun sayangnya Ali sama sekali tidak menaruh minat pada tubuh Laras yang menurutnya biasa saja standar wanita pada umumnya. Maaf saja ukuran payudara Laras sama sekali tidak mampu membuat pria tidak hanya Ali tapi pria pada umumnya tergoda. Ukurannya terlalu kecil bisa dikatakan datar.

Ujungnya saja bisa dibayangkan sebesar apa ya kira-kira sebesar biji ketumbar lah.

"Besok anterin Tante yok Tam."

"Kemana Tan?" Tanya Tama sambil melahap perkedel jagung yang dibuat oleh Ratna. Tama akui masakan Ibunda Ali ini cita rasanya memang tidak ada duanya. Enak sekali.

"Tante kangen calon mantu."

"Uhuk!"

Ratna hanya menoleh sebentar pada putranya yang tersedak hingga terbatuk-batuk bahkan mata Ali nyaris mengeluarkan air mata. Ratna tidak tega hingga akhirnya dia beranjak dari duduknya untuk menyambangi kursi Ali lalu menyodorkan segelas air minum untuk putranya.

Meskipun mulutnya terus berdecak kesal namun di dalam hati Ratna dia selalu mendoakan yang terbaik untuk putranya. Ratna seperti ini hanya semata-mata untuk menyadarkan Ali supaya Ali membuka matanya.

Ratna tidak ingin Ali menyesali perbuatannya nanti. Ratna yakin cepat atau lambat Ali akan sadar terhadap perasaannya pada Prilly.

Ratna yakin putranya sudah menaruh hati pada Prilly hanya saja Ali masih belum mengakuinya dan semoga saja saat Ali sadar Prilly masih bersedia membuka hatinya untuk menerima Ali kembali.

"Udah Ma." Kata Ali setelah meneguk air dari Ibunya perih di tenggorokan pria sedikit membaik.

"Makanya kalau makan jangan mengkhayal." Sindir Ratna yang membuat tawa Tama terdengar sedangkan yang di sindir mendengus kuat-kuat setelahnya.

Balik lagi ke kursinya di samping Tama, Ratna kembali merancang pertemuannya besok dengan Prilly dan tanpa Ratna ketahui jauh di dalam lubuk hatinya Ali sedang menggumamkan rindunya pada sosok mungil yang entah sedang apa sekarang.

Ah kenapa rasanya hampa sekali rumah ini.

*****

Selamat pagi semuanyaa..

Hari ini terakhir Po ya setelah hari ini kalian masih boleh beli pdf dengan harga tetap 55k cuma nggak dpt 1 pdf gratis lagi.

Nah kesempatan kan beli 1 pdf dpt 1 pdf gratis. Bagi yang berminat silahkan list ke wa 081321817808

Pengiriman pdf akhir bulan yaaa..

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang