Bab 32

1.9K 355 45
                                    


Prilly duduk sendirian di taman belakang rumah Ali menatap riak air di dalam kolam renang membuat perasaannya sedikit membaik.

Prilly merasa hidupnya semakin hari semakin berat dan penuh tekanan saja selain tekanan karena rasa rindunya pada Mama dan Papanya Prilly juga mulai tertekan tinggal di bawah satu atap dengan pria yang sudah menghinanya.

Prilly tidak marah karena Ali mengatainya pembantu tapi Prilly tidak bisa menerima tatapan meremehkan yang Ali layangkan padanya seolah dirinya adalah manusia paling hina dibumi ini.

Menghela nafasnya Prilly mulai mengurut kembali perasaannya dan pikirannya semakin kacau saat dirinya sadar jika Ali memang sudah menyusup ke hatinya menggantikan Genta yang pernah berada di sana.

Ya Tuhan kenapa secepat itu hatinya berlabuh pada Ali?

Mengusap wajahnya dengan kasar Prilly kembali menadahkan kepalanya ke langit menatap cerahnya langit yang sayangnya sama sekali tidak membuat hatinya tenang. Apa Prilly harus kembali ke orang tuanya lalu menceritakan semuanya dan menyetujui perjodohan dengan Ali?

Lalu bagaimana tanggapan Ali? Pria itu pasti akan semakin menilai rendah dirinya. Ali sudah menolaknya terang-terangan dengan sikap pria itu tadi pagi.

Prilly masih ingat bagaimana tangan besar Ali menggenggam tangan Laras tepat didepan matanya. Prilly menghembuskan nafasnya secara perlahan berusaha mengurangi rasa sesak yang mendera dadanya.

"Nak."

Prilly menoleh ketika mendengar suara Ratna memanggil namanya, dengan memaksakan senyumannya Prilly menyambut kedatangan Ratna yang langsung mengambil tempat di sampingnya.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Ratna sambil mengusap lembut kepala Prilly.

"Lihat langit Ma." Kata Prilly sambil menadah menatap langit sebentar sebelum kembali memfokuskan dirinya pada Ratna. "Mama sudah pulang?" Ratna memang pamit ke rumah tetangga sebelah sebentar karena arisan ibu-ibu komplek ini.

"Sudah Mama kepikiran kamu sendirian di rumah Mama ajak nggak mau ikut." Ratna menggerutu pelan yang dibalas tawa oleh Prilly.

Sejak mengetahui Prilly adalah putri Julia sahabatnya Ratna tak segan-segan lagi memamerkan Prilly sebagai calon menantunya tapi sayangnya gadis cantik ini menolak untuk itu. Ratna mengerti bagaimana perasaan Prilly saat ini terlebih setelah apa yang putranya lakukan tadi pagi.

Mengingat kelakuan Ali tanpa sadar Ratna mendengus pelan, dia benar-benar kesal pada sikap Ali meskipun Ali putra kesayangannya tapi tetap saja dia tidak suka dengan sikap kekanakan Ali.

"Ma sepertinya aku harus kembali ke rumah." Prilly sudah memikirkan semuanya, dia rasa tempatnya sudah bukan di sini lagi, dia merasa tidak lagi cocok tinggal di rumah Ali.

Ratna jelas terkejut. "Loh kenapa sih Nak? Kamu nggak betah karena Ali atau Laras? Biar Mama usir mereka semua nanti." Ucap Ratna dengan menggebu-gebu membuat tawa Prilly terdengar.

Menggenggam lembut tangan Ratna, Prilly tersenyum geli sebelum menatap lembut wanita yang sudah dia anggap sebagai Ibunya sendiri.

"Bukan karena Ali atau siapapun Mama." Prilly mengeratkan genggamannya ketika melihat mata Ratna mulai berkaca-kaca. "Sepertinya aku tidak akan memiliki ketenangan sebelum pulang dan memohon maaf pada Mama dan Papa." Mata Prilly ikut berkaca-kaca.

Prilly sadar mungkin semua kesialan yang menimpa dirinya adalah dosa yang harus dia tebus karena sudah menyakiti hati orang tuanya. Katakan Prilly lemah karena menyerah sebelum berjuang tapi berjuang juga harus ada tingkat keberhasilan bahkan 1 persen sekalipun sedangkan di kasusnya dengan Ali, pria itu tidak memberikan peluang apapun bahkan di angka 1 persen sekalipun.

Ali benar-benar menutup hatinya untuk Prilly, lalu apa yang harus Prilly lakukan selain menyerah bukan?

***

Siang itu juga Prilly mengepakkan barang-barang miliknya yang tidak seberapa banyak ditemani Ratna yang tidak henti-hentinya berusaha membujuk Prilly supaya membatalkan niatnya.

Bukannya Ratna menghalangi langkah Prilly menemui orang tuanya hanya saja Ratna takut keluar dari rumahnya Prilly memilih melupakan Ali dan keinginan nya untuk memiliki menantu secantik dan sebaik Prilly buyar.

Ratna tidak rela ada wanita lain yang menjadikan Prilly sebagai menantunya, karena Prilly hanya ditakdirkan untuk menjadi menantunya saja. Amin kan dong tolong!

"Ini Ma." Ratna mengernyit ketika Prilly menyodorkan sebuah Atm padanya.

"Apa ini?" Tanyanya dengan wajah bingung. Prilly tersenyum lembut sambil meletakkan atm di tangannya pada telapak tangan Ratna.

"Ini Atm gaji aku rasanya aku nggak berhak nerima itu kan aku kerjanya cuma beberapa hari doang." Kata Prilly dengan senyum gelinya. Dia tidak menyangka jika waktunya dirumah Ali akan secepat ini.

"Enggak. Mama nggak mau!" Ratna jelas menolak atm itu. "Itu hak kamu ngapain kasih ke Mama."

"Aku nggak mungkin makan gaji buta Ma. Lagian ini isinya 100 juta loh Ma."

"Lah kenapa kalau 100 juta? 10 milyar pun Mama nggak mau. Bila perlu nanti Mama curi semua uang Ali terus Mama kirim ke rekening kamu ini biar miskin sekalian tuh anak bebal!" Ujar Ratna menggebu-gebu.

"Mama." Prilly tidak tahan untuk memeluk Ratna dengan tawa renyah yang terdengar memenuhi kamar tidurnya selama dirumah Ali.

Ratna ikut tertawa meskipun satu persatu air matanya menetes dari sudut matanya. Sebenarnya dia tidak rela Prilly keluar dari rumahnya tapi mengingat sebuah rencana yang sudah dia susun mau tidak mau Ratna harus melepaskan Prilly.

Dan semoga saja tidak perlu waktu lama untuk membawa Prilly kembali ke rumahnya tentu saja dengan status baru yaitu menantu kesayangannya.

"Aku pamit ya Ma." Prilly sudah berdiri didepan pintu utama istana Ali dengan Ratna yang masih belum melepaskan tangannya.

"Kamu beneran mau pulang ninggalin Mama sendirian di sini?" Ratna berusaha mengiba siapa tahu Prilly iba dan membatalkan niatnya bukan?

Prilly tersenyum lembut mengusap pelan tangan Ratna yang masih belum bersedia melepaskan tangannya. "Aku janji bakalan sering hubungin Mama kalau Mama kangen nanti kita bisa buat janji untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama Ma."

"Intinya kamu nggak mau ke sini lagi kan? Kamu nggak mau nginjak kaki dirumah ini lagi."

Prilly diam, karena apa yang Ratna katakan tidak sepenuhnya salah setidaknya sampai luka dihatinya akibat penghinaan Ali tadi pagi sembuh maka Prilly tidak akan menginjakkan kakinya di rumah ini lagi.

"Maaf Ma." Ujarnya dengan ekspresi wajah tidak enak.

Ratna menghela nafasnya sebelum mengangsurkan senyuman lembutnya pada Prilly. "Tidak apa-apa Nak, biarkan Mama yang membuat Ali datang dan meminta kamu tinggal di sini bukan sebagai asisten rumah tangga tapi sebagai istrinya."

Haruskah Prilly mengamini perkataan Ibunya Ali ini?

*****
Nah untuk pdf cerita ini udah OPEN PO mulai besok yaaa tgl 19-21 Agustus harga Po 55k + 1pdf gratis.

Pengiriman serentak tanggal 30-31 agustus atau akhir bulan.

Siapa yang berminat silahkan list ke wa ya 081321817808

Dan untuk hari aku terima pembayaran melalui pulsa 55k tanpa pdf gratis ya hanya untuk 3 orang lagi ya..

Terima kasih..

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang