Bab 24

1.7K 322 29
                                    


Prilly menatap sendu riak air di dalam kolam renang Ali. Mengurut kembali kejadian demi kejadian yang menimpa dirinya sejak dia keluar dari rumahnya.

Prilly sudah memblokir semua akses untuk menemukan dirinya meskipun dia yakin jika Papanya ingin maka akan dengan mudah beliau menemukan keberadaan dirinya.

Mungkin untuk beberapa bulan ke depan dirinya masih aman karena dia tahu orang tuanya tidak akan mencari dirinya dalam waktu dekat karena Prilly yakin hati orang tuanya pasti masih terluka akibat perbuatannya.

Prilly mengalihkan pandangannya pada lengannya yang memerah, luka ditangannya ini pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan luka yang dia torehkan di hati kedua orang tuanya.

Prilly menyesal? Sangat. Dia benar-benar menyesal telah menyakiti hati orang tuanya tapi mengenai perjodohan dia merasa entahlah.

Hati Prilly seperti kebas akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Keira dan Genta. Jika tahu begini mungkin dia akan berfikir ulang untuk angkat kaki dari rumahnya dan mungkin juga dia akan menerima perjodohan itu.

Mungkin saja bukan? Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak.

Seperti keadaannya saat ini, siapa yang akan menyangka putri tunggal Haris Pratama akan menjadi seorang asisten rumah tangga.

Prilly tersenyum miris mengingat nasibnya sekarang namun terlepas dari semua itu dia tetap mensyukuri apa yang sudah terjadi karena jika tidak demikian mungkin dia tidak akan mengenal pria sebaik Ali.

Benarkan?

Mengingat Ali kenapa pria itu tak kunjung datang ya padahal sudah hampir setengah jam Prilly menunggu di sini.

Prilly mengarahkan pandangannya ke  arah pintu belakang berharap Ali ada di sana. Prilly sudah tidak tahan lagi menahan denyutan sakit pada lukanya.

"Jangan sampai infeksi ya Tuhan." Prilly tidak sanggup membayangkan jika luka ditangannya infeksi parah. Bisa saja ada urat ditangannya yang putus kan?

"Ish! Amit-amit jabang bayi." Prilly mengetuk kepalanya dan meja didepannya secara bergantian.

"Kamu ngapain?"

Prilly terlonjak kaget saat suara Ali terdengar di dekatnya. "Ya ampun Pak! Hobi banget sih ngagetin saya!" Marah Prilly sambil mengusap dadanya menggunakan sebelah tangannya yang tidak terluka.

Ali tersenyum lembut sebelum menormalkan kembali ekspresi wajahnya. "Kamu lebih buat kaget saya dengan ini." Ali menunjuk luka Prilly dengan dagunya.

Prilly langsung mengerucutkan bibirnya. "Ya maaf." Ucapnya pelan.

Memilih diam Ali tidak menghiraukan permintaan maaf Prilly. "Sini tangan kamu!" Ali langsung mengulurkan tangannya setelah menempati kursi di samping Prilly.

"Mau ngapain?"

"Mau saya potong ya mau saya obatilah biar nggak infeksi." Jawab Ali dengan nada sewotnya.

"Lah Bapak kok jadi marah-marah ke saya sih seharusnya Bapak terima kasih sama saya." Prilly mulai memperlihatkan kekesalannya selain kesal karena Ali judesi dia juga merasa lukanya semakin sakit saja.

"Memangnya saya minta kamu lakuin hal bodoh ini?"

"Hal bodoh?" Beo Prilly tak percaya.

Gila sekali pria ini! Udah ditolongin juga!

Prilly mulai mendumel di dalam hati.

"Apa? Kamu mau marahin saya iya?" Prilly langsung mendengus kesal ketika Ali kembali memancing emosinya. "Enggak!" Jawabnya ketus namun matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang