Bab 29

1.6K 320 52
                                    


Prilly tersenyum ramah pada Tama yang dikenalinya sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaan Ali di kantor.

Ngomong-ngomong tentang Ali dimana pria itu sekarang? Kenapa Ali tak menemui dirinya?

"Nak."

"Iya Ma." Prilly refleks menoleh ketika Ratna memanggil dirinya.

Tama yang sedang mengunyah kerupuk seketika menghentikan kunyahan nya. Ma? Prilly baru saja memanggil Tante Ratna dengan sebutan Ma yang berati Mama ya kan?

Tadi Prilly hanya memperkenalkan dirinya sebagai asisten rumah tangga lalu dimana ada asisten yang memanggil majikannya dengan sebutan Mama?

Merasa diperhatikan Prilly menoleh dan tersenyum sopan pada Tama. Ratna mengikuti arah pandang Prilly dan langsung tahu jika Tama sedang menerka-nerka hubungan seperti apa antara Prilly dan dirinya.

Jika saja tidak berjanji pada Prilly mungkin sudah sejak tadi didepan Ali dan wanita bernama Laras itu Ratna umumkan jika menantu yang selama ini dia idamkan kini sudah berada di rumahnya namun Ratna sudah terlanjur berjanji untuk merahasiakan kenyataan bahwa Prilly adalah gadis kecil yang dijodohkan dengan Ali sejak dulu.

"Selamat malam semuanya."

Ratna dan Prilly serempak menoleh kearah seorang wanita berparas cantik yang kini sudah berdiri di samping Tama.

Prilly langsung bertanya siapa wanita ini, apa wanita ini yang bernama Shania? Tapi menurut Ratna cinta pertama Ali itu sudah menikah beberapa tahun lalu dan rasanya tidak mungkin jika yang berdiri didepannya saat ini adalah Shania.

Jadi siapa wanita ini?

"Oh Laras silahkan duduk!" Tama menarik kursi disebelahnya untuk ditempati Laras.

Laras menganggukkan kepalanya, dia merasa sangat kikuk karena tatapan Ratna dan Prilly layangkan padanya terlebih Ratna wanita itu terlihat sekali tidak suka dengan kehadiran Laras.

"Dia Laras putri Kades di mana Mas Ali ingin membangun hotel. Dia mau cari kerja di sini." Ratna berkata pada Prilly, seolah menjelaskan pada Prilly jika Laras ini bukan siapa-siapa dan hanya menumpang di rumah mereka.

Laras menatap Prilly dengan pandangan menelisik, dia tidak tahu jika Ali memiliki seorang Adik perempuan.

Prilly tersenyum lembut pada Ratna, "Nggak apa-apa Ma." Prilly berusaha terlihat santai di depan Ratna meskipun di dalam hatinya dia mulai bertanya kenapa Ali membawa gadis ini ke rumahnya?

Apa Ali benar-benar tidak ingin menerima perjodohan mereka? Apa Laras adalah wanita beruntung karena bisa membuat Ali jatuh hati?

Jika memang iya lalu bagaimana dengan dirinya?

Prilly meringis pelan kenapa sekarang justru dirinya yang terlihat begitu mengharapkan perjodohan ini di setujui oleh Ali.

Apa benar dia sudah jatuh hati pada Ali?

Tanpa sadar Prilly meraba dadanya, mengingat Ali saja jantungnya sudah berdetak kencang tidak salah lagi Prilly memang benar-benar sudah jatuh hati pada Ali.

Prilly tersenyum lebar menyambut kedatangan Ali yang sedang melangkah ke menuju ruang makan namun seketika senyuman Prilly lenyap saat Ali mengacuhkan dirinya bahkan menoleh saja tidak, pria itu memilih melewatkan Prilly dan menyapa Tama juga Laras.

Ekspresi wajah Prilly berubah seketika dan Ratna yang melihat itu jelas sekali geram, wanita itu berniat memarahi Ali namun sentuhan Prilly di lengannya membuat Ratna mengurungkan niatnya.

Awas saja anak itu!

***

Suasana makan malam terasa sedikit tegang terlebih ketika Ali tak kunjung membuka suara bahkan beberapa kali pertanyaan yang Tama ajukan dia lewatkan begitu saja, Ali begitu fokus pada isi piring di depannya.

Prilly memilih makan malam di kamarnya saja, dia benar-benar tidak sanggup melihat wajah Ali yang sepertinya tidak menyukai keberadaan dirinya di sana. Jujur Prilly sakit hati dengan perlakuan Ali padanya sekarang, dia tidak merasa melakukan kesalahan terlebih terakhir kali mereka berkomunikasi semuanya baik-baik saja lalu kenapa tiba-tiba pria itu berubah dingin seperti ini padanya?

"Makan yang banyak Laras." Suara Tama kembali terdengar mengisi keheningan di meja makan.

Ratna memilih abai seperti Ali bahkan dia tidak mau repot-repot membuka mulutnya saat Laras berusaha menarik perhatiannya. Ratna sudah sangat tahu apa tujuan Laras sebenarnya namun dia akan membiarkan Laras melakukan keinginannya karena baginya itu tidak berpengaruh sama sekali.

Ratna sudah memiliki kandidat calon menantu yang jauh lebih segalanya dari sosok Laras yang terlihat seperti penjilat ini. Semua gerak-gerik Laras terlalu dibuat-buat alias tidak tulus termasuk senyum kalemnya yang jelas sekali tidak berasal dari hati.

Ingin rasanya Ratna berteriak pada Ali mempertanyakan kenapa putranya itu membawa perempuan sejenis ini kerumah nya?

"Terima kasih Mas Tama."

Lihat senyum itu jelas sekali terlihat palsu!

Ratna mendumel di dalam hati sambil melahap nasinya yang terasa hambar di mulutnya, dia jelas merasa tidak tenang setelah Prilly memilih pergi dari ruang makan saat Ali tak kunjung menghiraukan keberadaannya.

Lihat saja jika nanti Ali menyesal ingatkan Ratna untuk menendang bokong pria bebal itu!

"Oh ya Tante." Tama meneguk setengah air dari gelasnya sebelum melanjutkan kembali perkataannya tadi. "Prilly kenapa nggak makan di sini aja bareng kita?" Tama sudah akan bertanya itu sejak tadi namun dia lupa karena asyik dengan terasi buatan Prilly yang super enak.

"Nggak ketelan kali makannya kan di sini ada penunggunya."

Ali nyaris tersedak nasi dalam mulutnya, dia tahu Ibunya sedang menyindir dirinya dengan kata lain Ratna sedang menyamakan dirinya dengan setan.

Luar biasa sekali Ibunda tercintanya itu.

Laras memilih diam karena dia tidak tahu bagaimana caranya supaya dia bisa masuk dan ikut mengobrol dengan Ibu Ali supaya mata Ibu Ali terbuka jika dirinya cocok disandingkan dengan Ali.

Laras melirik Ali yang sedang meneguk air digelasnya, rona merah di wajahnya sama sekali tidak terlihat menarik di mata Ali buktinya sejak tadi Ali sama sekali belum menoleh kearahnya, pria itu sibuk dengan makanan di piringnya.

Jika sudah menjadi Nyonya di sini Laras tentu akan protes tindakan Ali itu. Laras tidak mungkin bisa terima jika Ali mengabaikan dirinya. Menyebalkan sekali.

"Maksud Tante hantu?" Suara Tama kembali terdengar layaknya orang ketakutan Tama menoleh ke kiri dan kanan bermaksud mencari penunggu yang dikatakan Ratna. "Mana hantunya Tante? Masa iya di rumah Tante ada hantunya kan tiap malam Jumat kata Ali dia yasinan loh Tan."

Ratna mendengus pelan. "Ya kali hantunya sudah bersatu dengan jiwa Ali sampai-sampai putra Tante sekarang jadi kurang ajar begitu." Sindir Ratna pedas dengan mata tak lepas dari Ali.

Cukup sudah! Ali sudah tidak tahan.

"Maa.."

"Apa? Kamu mau anggap Mama tak kasat juga kayak kamu lakukan ke Prilly iya?"

*****

Permainan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang