Pertemuan 27

560 34 0
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
________________________________

Lelaki yang lebih dahulu melamar bisa saja mengalahkan lelaki yang masih menggantungkan hubungan

* R P P *


Tak terasa hari ini Jihan harus mengantarkan Attar untuk daftar masuk ke pesantren. Kebetulan minggu itu adalah minggu jadwal kajian rutin bulanan pesantren.

Selain untuk mengkaji ilmu, Jihan pun ingin menjenguk Haura yang memang akan masuk ke tingkat SMA. Urusan pendidikan kedua anaknya, hari ini diurus olehnya. Tentunya Attar ikut dengan Jihan.

Tak ada beban di hati dan pikiran Jihan. Tapi kesedihan berpisah dengan anak-anaknya sungguh memenuhi ruang hatinya. Dia akan begitu merindukan kedua anaknya. Tak terasa anak-anaknya sudah tumbuh menjadi anak remaja yang kini harus berjauhan dengan ibunya.

Jihan masih ingat masa kecil Attar yang harus kehilangan ayahnya diusia tiga tahun tapi dia kini tumbuh menjadi seseorang yang ceria tanpa sempat mengenal bagaimana sosok ayah sebenarnya.

Begitu juga dengan Haura. Usia enam tahun, dia harus kehilangan ayahnya. Berbeda dengan Attar yang belum paham sosok ayah, Haura justru sempat mengerti kasih sayang seorang ayah. Maka pantas dia menjadi sosok pendiam semenjak meninggalnya sang ayah.

Jihan tak memaksa kedua anaknya masuk ke sekolah manapun apalagi pesantren. Justru kedua anaknyalah yang menginginkannya. Sebersit hati ingin sekali mencari sosok kehadiran ayah untuk kedua anaknya, tetapi hatinya merasa masih ingin fokus mengurus kedua anaknya.

Walaupun kedua anaknya tak pernah protes ataupun menolak kehadiran ayah baru untuk mereka, tetapi Jihan tak ingin memilih lelaki yang salah untuk keluarganya. Walau hatinya pernah terisi oleh dua orang lelaki.

"Bu Jihan?"

Suara lelaki tak jauh darinya memanggil namanya. Jihan yang sedang berjalan bersama Attar langsung membalikkan badannya. Dia pun melihat sosok yang mendekat kepadanya.

Jihan mulai mengingat-ingat lelaki itu. Sepertinya dia cukup mengenalnya. Tak lama dia mulai ingat nama lelaki yang kini berdiri di hadapannya.

"Andre? Itu kamu kan?"

Lelaki itu pun tersenyum mengiyakan tebakan Jihan. Andre pun menangkupkan tangan di dadanya untuk menyalami gurunya. Tak lama dia kembali menunduk merasa canggung bertemu gurunya.

"Sudah lama tak bertemu. Kamu apa kabar? Ayah kamu masih mengajar di sini?"

"I-iya, Bu. Alhamdulillah saya baik. Ayah saya juga masih mengajar di sini. Ada yang bisa saya bantu?"

"Kebetulan, anak saya mau masuk pesantren tahun ini. Bukannya ayah kamu yang mengurusi santri ikhwan, ya?"

"Oh, iya. Kamu Attar kan? Baru masuk ya?" Tanya Andre pada Attar yang mengingat sosok Andre.

"Iya, saya Attar. Saya mau SMP nya di sini sekalian pesantren, Kak!" Attar sedikit bercanda.

Tak sengaja Jihan melihat sebuah kotak persegi panjang merah maroon terikat sebuah tali berwarna emas. Tapi di depannya seperti ada kertas yang menempel layaknya surat undangan. Andre cukup erat menggenggam erat benda itu di tangan kanannya.

"Kalau dilihat-lihat itu undangan, ya? Kamu mau menikah?" Jihan rupanya cukup penasaran.

Andre pun melirik sebentar benda yang menjadi pertanyaan Jihan. Dia pun mengangkat benda itu untuk diperlihatkan kepada Jihan.

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang