Selamat membaca!!!🌻
Bismillahirrohmanirrohiim...
_____________________________________Aku sadar aku butuh perlindungan lewat tanganmu....
* R P P *
Hari Minggu yang telah dijanjikan pun tiba. Jihan beserta kedua anaknya, Haura dan Attar bersiap untuk berangkat. Jam dinding menunjukkan angka 08.30, berarti sebentar lagi mereka harus bersiap menunggu jemputan di depan komplek perumahan.
Sang adik ipar, Alfian rupanya bersedia menjemput Jihan dan kedua anaknya. Mengingat Alfian sudah memberitahukan kedatangan Jihan dan kedua anaknya pada ibunya sekaligus ibu mertua Jihan. Sehingga dengan sedikit pemaksaan, ibu mertuanya memaksa Jihan untuk mau dijemput dengan mobil pribadinya dan menyuruh Alfian.
Ada rasa tak enak dalam diri Jihan ketika merasa dia merepotkan Alfian untuk menjemputnya. Padahal dia sendiri bisa mengendarai motornya dan membonceng kedua anaknya di belakang. Tetapi orang tua tetap orang tua yang tak bisa dibantah.
Untuk mengurangi rasa tak enaknya, Jihan pun berpesan kepada Alfian untuk menjemputnya di depan komplek perumahan supaya tak memakan waktu lama untuk masuk ke depan rumahnya di area perumahan. Maka Jihan pun meminta Hanin untuk mengantarkan dia, baru setelahnya mengantarkan Haura dan Attar ke depan komplek dengan motor milik Jihan.
Suasana komplek sedikit sepi mengingat ini hari libur, banyak orang yang pergi berlibur atau berolahraga di lain tempat. Begitu juga dengan kondisi di depan komplek yang cukup sepi. Hanya ada satu dua kendaraan yang berlalu lalang tanpa henti.
Kini Jihan mulai menunggu Hanin yang baru saja berbalik menjemput Haura dan Attar di rumahnya. Sambil berdiri tak jauh dari gerbang kompleks, Jihan melihat ke arah jalanan menunggu kedatangan Alfian.
Fokus Jihan hanya pada jalanan dari sebelah kirinya. Dia tidak menengok sekalipun ke arah kanannya. Hingga tanpa disadari tiba-tiba ada sebuah motor yang menghampirinya. Tanpa menunggu waktu yang lama penunggang motor itu meraih tas di tangan kanan Jihan dengan paksa.
Merasa ada yang meraih paksa tas dari tangannya, Jihan berusaha mengeratkan pegangannya. Tetapi terlambat, eratannya kalah cepat dengan tarikan sang penjambret. Bahkan Jihan hanya bisa mundur selangkah setelah tasnya terlepas paksa.
Rasa panik mulai melanda Jihan. Refleks, Jihan pun berteriak meneriakkan 'jambret'. "Jamb....,"
Belum tuntas Jihan berteriak, motor sang penjambret sudah tersungkur tak jauh di hadapannya. Tentu saja Jihan sangat terkejut dibuatnya. Baru saja ingin meminta tolong, malah sudah ada yang menolongnya.
Hanin dan kedua anak Jihan yang baru saja sampai di tempat dimana Jihan menunggu, hanya bisa menonton kejadian yang ada di hadapan mereka. Tontonan dua orang yang tadi terjatuh mulai mendekati seorang lelaki penunggang motor lainnya dengan amarah.
"Kenapa lo nabrak motor kita?" Tanya salah seorang penjambret yang bertugas membawa motor.
"Berikan tas itu kepada pemiliknya!" Suruh lelaki itu turun dari motornya.
"Bukan urusan lo!" Sang penjambret yang membawa tas Jihan pun mulai meluncurkan pukulan ke arah wajah lelaki tadi.
Perkelahian pun tersaji di hadapan Jihan, Hanin dan kedua anak Jihan. Mereka berempat hanya bisa terdiam dan ikut meringis melihat pelaku penjambretan itu dipukul dan tersungkur oleh jurus-jurus yang dikeluarkan oleh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]
EspiritualBu Jihan berbeda dari perempuan yang lainnya. Dia seperti almarhumah ibuku yang begitu lemah lembut dan perhatian kepadaku. Dia sabar dalam menghadapiku. Entahlah rasa cinta itu serasa mulai tumbuh kepadanya. Perbedaan usia yang cukup jauh dengannya...