Selamat membaca!!!🌻
Bismillahirrohmaanirrohiim...
_______________________________Jika Allah SWT sudah berkehendak, seberapa keras engkau menolak tetap engkau akan jadi jodohku.
* R P P *
Jihan membuka pesan yang baru saja masuk. Dia begitu terkejut dengan isi pesan dari sang pengirim.
Daffa
Aku sudah buat kenang-kenangan di wajah pamanku untuk kamu. Tolong angkat panggilanku.Untuk kedua kalinya, Jihan membaca seksama pesan itu. Tetapi baru saja dia selesai membaca pesan itu, muncul nama 'Daffa' di layar ponselnya. Ini panggilan keenam bagi Daffa. Jihan yang begitu penasaran pun akhirnya menggeser gambar telepon hijau di ponselnya.
"Hallo! Assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam...! Maaf malam-malam ganggu ibu!"
"Tidak apa-apa! Oh iya, maksud kamu ngirim pesan sama saya itu apa?" Jihan pun langsung bertanya tanpa basa basi.
"Emmm...tak apa! Eh iya saya mau shalat tahajud dulu ya Bu! Nanti saya telepon lagi,"
"Tapi...,"
"Ibu tunggu ya! Jangan galau! Aku pasti kembali!" Daffa menutup panggilannya dengan tersenyum membayangkan wajah Jihan yang sedang merona antara kesal dan malu.
Daffa merasakan kebahagiaan kecilnya. Dia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu sambil bersenandung kecil menyuarakan kebahagiaannya.
Berbeda dengan Jihan yang nampak tertegun dengan ucapan Daffa. Tak lama bibirnya membentuk busur milik cupid. Bahkan tanpa disadari Jihan, kepalanya menggeleng lembut.
Jihan belum beranjak dari posisinya. Mukena masih menempel di tubuhnya, duduk diam di atas sajadahnya. Ponselnya pun sesekali dia tatap di atas kasurnya. Jihan merasa seperti menanti panggilan dari seorang yang dicintainya, penuh harap.
Sekitar sepuluh menit berlalu, ponsel Jihan kembali menyala dan kembali nama 'Daffa' tertera di layar. Tanpa berpikir, Jihan langsung meraih ponselnya dan menggeser ikon berwarna hijau, layaknya perempuan yang baru ditelepon pacarnya.
"Hallo!"
"Aduh Bu Jihan semangat gitu kedengarannya! Rindu ya sama saya?" Kali ini Daffa begitu tertawa senang.
Bibir Jihan hanya mengatup. Tangannya menepuk dahinya. Merasa bahwa dirinya salah tingkah dengan telepon dari Daffa. Bahkan kini Jihan belum berani mengeluarkan sepatah kata pun. Dia masih malu terhadap Daffa.
"Hallo! Bu? Masih hidup kan?"
Jihan mulai tersadar dengan panggilan dari Daffa. Kembali dia salah tingkah dibuatnya. Tangan kirinya tak bisa diam menunjuk ke sana kemari.
"Emmm...emmmm! Iya kenapa Daffa?"
"Daffa mau minta maaf atas nana paman Akmal. Tadi kami sudah bicara. Saya tahu ibu pasti sedang sedih. Sekali lagi saya minta maaf!" Suara Daffa berubah menjadi sedih, berbanding terbalik dengan ekspresi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]
SpiritualitéBu Jihan berbeda dari perempuan yang lainnya. Dia seperti almarhumah ibuku yang begitu lemah lembut dan perhatian kepadaku. Dia sabar dalam menghadapiku. Entahlah rasa cinta itu serasa mulai tumbuh kepadanya. Perbedaan usia yang cukup jauh dengannya...