Pertemuan 30

752 31 1
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
________________________________

Aku ingin menjadi surat An Naas dalam Al Qur'an, menjadi yang terakhir dalam hidupmu.

* R P P *


Daffa memarkirkan motornya. Dia melihat sejenak rumah di hadapannya. Senyumnya terlukis di bibirnya melihat rumah itu. Dia memikirkan bagaimana reaksi pemilik rumah.

Nafasnya dia atur untuk menenangkan hatinya yang begitu bahagia. Dia harus bersikap biasa saja di hadapan sang pemilik rumah. Dirasa sudah tenang, diapun mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Tak lama terdengar suara perempuan menjawab salamnya. Benar saja perempuannya sedang ada di rumah. Ketika pintu terbuka, terlihatlah sosok bidadarinya yang cukup terkejut dengan kedatangannya.

"Daffa?" Jihan tak percaya dengan kedatangan Daffa.

Ketika namanya disebut, bibir Daffa tak kunjung menebar senyuman bahagianya. Binar matanya sangat terpancar aura rindu dan cintanya pada sosok Jihan.

"Boleh saya masuk?"

"Oh. Emm. Bagaimana, ya?" Jihan sedikit salah tingkah.

"Lagi sendiri?" Daffa berusaha menelisik keadaan setiap ruangan.

"Tidak. Kebetulan lagi ada Hanin," Jihan hanya tertunduk.

"Kebetulan dong! Jadi kita bisa ngobrol. Kan kalau kita cuma berdua takut...," Daffa menjeda ucapannya.

"Ada yang mau kamu bicarakan sama saya?"

"Iya. Boleh aku masuk? Masa kita ngobrol sambil berdiri begini? Pegal lama-lama," kekeh Daffa.

Tanpa berkata, Jihan membuka pintu rumahnya lebih lebar. Dia mundur dan mempersilahkan Daffa untuk masuk hanya dengan isyarat tangannya yang terbuka melambai ke bawah dan menunjukkan kursi tamu.

Daffa pun duduk di sofa dekat pintu. Dia menunggu Jihan untuk duduk. Ternyata Jihan memilih duduk berseberangan dengannya.

"Ada hal apa?"

"Kepo, ya? Enggak nawarin aku minum, nih?" Daffa menebar senyum menggoda Jihan.

Tentu saja Jihan menjadi salah tingkah. Dia merasa tak enak sampai lupa menawarkan minum pada Daffa.

"Kamu mau minum apa?" Jihan tersenyum malu.

"Apa saja,"

"Air kobokan?" Polos Jihan.

Daffa tiba-tiba tergelak mendengar candaan Jihan. Dia tak menyangka perempuannya bisa melontarkan candaan. "Kamu bisa bercanda juga ternyata,".

Tak menunggu waktu lama, Jihan beranjak menuju dapur. Daffa hanya bisa memainkan tangannya sambil melihat isi rumah Jihan. Tak ada sesuatu yang menarik baginya.

"Daffa? Sedang apa kamu di sini?"

Tiba-tiba Hanin keluar sambil menggendong anak balitanya. Dia cukup terkejut dengan hadirnya Daffa yang duduk sendirian. Kepalanya menoleh ke sana kemari mencari Jihan. Dia yakin Daffa datang hanya untuk bertemu dengan kakaknya.

"Teh Jihan mana?"

"Lagi...," Daffa menghentikan ucapannya ketika dia melihat Jihan dengan nampannya.

"Ada apa, Hanin?" Jihan langsung menjawab pertanyaan Hanin.

Kepala Hanin menggeleng. Dia hanya bisa menunjukkan deretan giginya. Jihan pun melewati Hanin, meletakkan segelas teh di hadapan Daffa dan sepiring kue. Tetapi Hanin hanya memandang kaku melihat pergerakan kakaknya. Tapi tak lama dia teringat akan anaknya. Dia mau menyuapi anak pertamanya.

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang