Selamat membaca!!!🌻
Bismillahirrohmaanirrohiim...
_______________________________Maaf itu begitu mudah diucapkan tetapi hati tak bisa ikhlas memaafkan
* R P P *
Jihan begitu sibuk di dapurnya menyiapkan makan malam untuk anak-anaknya dan juga Hanin yang belum juga pulang dari bimbingan skripsinya. Awalnya suasana begitu tenang ketika dia memasak, tetapi terdengar suara keributan dari kamar Haura.
Pikir Jihan keributan itu akan segera berakhir tapi rupanya Jihan salah mengira. Hingga kini keributan itu masih berlangsung dan semakin keras saja lontaran kata-kata yang diucapkan Haura dan Attar.
Segera Jihan menghentikan kegiatan memasaknya dengan mematikan kompor. Usai mencuci tangannya, dia pun mulai berjalan menuju sumber suara.
Ternyata memang benar, keributan itu terjadi di dalam kamar Haura. Nampak wajah Haura yang begitu marah dan Attar yang begitu senang menjahili kakaknya itu. Sedangkan keadaan kamar seperti kapal pecah, begitu berantakan.
"Ini ada apa? Mengapa kamarnya sampai berantakan seperti ini sih?" Jihan kesal dengan kedua tangannya bertolak pinggang.
Haura dan Attar hanya terdiam ketika Jihan menunjukkan kekesalannya. Mereka pun serempak menundukkan kepalanya karena merasa takut dimarahi oleh ibu mereka.
"Ayo jawab!" Kembali Jihan berseru dengan nada yang masih tinggi dan menatap tajam kepada kedua anaknya.
"I...ini Attar yang buat ummi! Tadi teteh sudah ngeberesin kamar. Pas pulang dari mengaji tahu-tahu kamar sudah berantakan," Haura masih menunduk takut.
"Ini pasti ulahnya Attar!" Haura mulai menoleh ke arah Attar yang mulai menegakkan kepalanya setelah merasa dituduh.
"Ih teteh mah su'udzon saja sama Attar! Memangnya ada bukti gitu kalau Attar yang berantakin kamar teteh?" Attar masih mengelak.
"Kalau bukan kamu siapa lagi? Bibi Hanin dari pagi belum pulang, mana mungkin ummi? Pasti kamu lah!"
"Enak saja! Teteh tega ya nuduh adik sendiri!" Attar membuang wajahnya.
"Sudah! Cukup! Dari tadi berantem terus! Enggak baik sesama saudara saling bertengkar! Sekarang Haura beresin kamar kamu! Untuk Attar, kamu ikut bantu Teh Haura beres-beres!"
"Tapi um..."
"Tak ada tapi-tapian! SEKARANG!"
Tok...tok....
"Assalamualaikum!"
Belum beres Jihan berbicara pada anak-anaknya, sudah ada tamu yang sepertinya sedang menunggu. Dengan mata tajam mengarah pada kedua anaknya, Jihan mulai beranjak dan hilang di balik pintu kamar Haura lalu berpesan kepada keduanya untuk segera membereskan kamar Haura.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!" Jihan mulai memegang knop pintu lalu memutarnya sehingga terbukalah pintu itu.
Sosok seorang laki-laki yang tengah tersenyum berdiri dengan tangan bersiap mengetuk pintu. Tapi tangannya kembali dia tarik ketika pintu itu menampakkan sosok sang tuang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]
SpiritualBu Jihan berbeda dari perempuan yang lainnya. Dia seperti almarhumah ibuku yang begitu lemah lembut dan perhatian kepadaku. Dia sabar dalam menghadapiku. Entahlah rasa cinta itu serasa mulai tumbuh kepadanya. Perbedaan usia yang cukup jauh dengannya...