Pertemuan 22

500 40 1
                                    

Selamat membaca!!🌻

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
________________________________

Kenangan tak bisa dihapus
Tapi kenangan bisa terlupa.

* R P P *

Selama hitungan bulan, Daffa tak lagi bertemu ataupun menghubungi Jihan. Ternyata Daffa benar-benar pamit dari kehidupan Jihan. Walau hatinya pada Jihan masih belum pamit.

Begitu juga dengan Jihan. Dia masih tak bisa melupakan bagaimana sosok Daffa di hati dan pikirannya. Sosok yang mampu mengalihkan dunianya. Dulu ketika Jihan tak memiliki rasa, bayangan Daffa hanya layaknya iklan yang sementara lewat di pikirannya. Tapi kini sungguh berbeda.

Ada rasa bersalah dan cinta yang belum tersampaikan pada sosok Daffa. Tapi dia berusaha pendam sendiri. Buat apa Jihan mengungkapkan isi hatinya, bila nanti hal itu malah membuat Daffa kembali berpaling padanya.

Jihan merasa dia tak pantas untuk Daffa. Biarlah rasa itu tenggelam di dasar sanubarinya yang paling dalam. Hanya dengan fokus ke depan mengurus kedua buah hatinya, Jihan akan bangkit. Mungkin tak perlu lagi berurusan dengan lelaki untuk kesekian kalinya.

Dua orang laki-laki yang membuat cintanya berakhir duka. Akmal dan Daffa, paman dan keponakan yang membuatnya seolah berada dalam drama cinta segitiga hingga akhirnya Jihan tak mendapatkan keduanya.

Bulan ini Hanin sang adik merayakan hari wisudanya. Suka cita Jihan terselip di hari itu untuk sang adik tercinta. Orang tuanya pun ikut hadir dalam acara itu tentunya, menambah rasa bahagia pada diri Jihan.

Satu hal lagi yang membuat Jihan bahagia adalah di bulan sebelumnya, dia untuk pertama kali lulus ikut tes CPNS. Tetapi bukan ikut di wilayah kota yang selama ini dia diami, tetapi justru dia mendapat keberhasilan itu di kota kelahirannya.

Sungguh benar janji Allah SWT, beserta ada kesempitan maka ada kelapangan. Ketika dia harus diberikan cobaan kegagalan akan kisah cintanya pada dua orang pria, dia pun mendapat kesuksesan dalam tes CPNS.

Tapi yang membuat dia sedih adalah dia harus meninggalkan rumah yang selama ini dia tempati. Rumah kenangan bersama almarhum suaminya. Sungguh berat untuk pindah dari rumah itu.

Inilah yang menjadi pikirannya ketika tanpa dia duga, dia lulus dari tes CPNS itu. Awalnya Jihan hanya mencoba, karena sudah beberapa kali dia mencoba tes di kota dia sekarang, selalu saja gagal. Tes pertama lolos, tes selanjutnya dia gagal.

"Teteh serius mau pindah ke kota asal teteh?"

Alfian yang sedang berkunjung beserta keluarganya sengaja memastikan rencana kakak iparnya itu.

"Iya, kan teteh sudah lolos tes jadi mau tidak mau teteh harus pindah,"

"Terus Haura sama Attar dibawa juga?" Zahira pun ikut mengeluarkan suaranya.

"Ya mau bagaimana lagi, mereka juga akan segera teteh urus surat kepindahan sekolahnya,"

"Rumah ini bagaimana, Teh?"

"Menurut Fian, kalau rumah ini dikontrakkan sama orang lain bagaimana? Jujur kalau dijual, teteh tidak mau,"

"Itu sih bagaimana teteh saja, Fian sama ibu tak akan ikut campur. Tapi ada baiknya begitu. Siapa tahu nanti Attar atau Haura mau tinggal di kota ini, mereka bisa menempati rumah ini. Bagaimana pun juga rumah ini adalah peninggalan ayahnya, begitu juga bengkel,"

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang