Pertemuan 26

554 39 3
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
________________________________

Aku mencintaimu karena Allah, maka akupun merelakanmu karena Allah.

* R P P *

Tak terasa hari ini Attar diperbolehkan pulang. Usai dokter yang menangani Attar tadi pagi, aku pun mulai membereskan pakaian dan peralatan lainnya.

Tak hanya Attar, Alfian pun sudah diperbolehkan untuk pulang. Mereka sibuk bersiap dan menunggu surat keterangan untuk kepulangan mereka serta surat agar Attar dan Alfian mengecek kembali kondisinya ke rumah sakit tiga hari ke depan.

Rupanya kepulangan Attar sudah diberitahukan Jihan pada ayahnya. Sehingga ayahnya rela jauh-jauh menjemput Jihan dan Attar. Kebetulan suami Hanin sedang cuti, jadi dia dengan senang hati mengantar ayah Jihan dengan mobilnya. Tentunya ditemani oleh Hanin.

Ketika sampai, Hanin langsung memeluk Jihan. Tangannya pun mengelus kepala Attar, merasa ikut prihatin atas kondisi Attar. Tak lupa dia pun menyalami Zahira.

Begitupun dengan ayah Jihan yang mengecup kepala Attar. Dia tersenyum dan merangkul bahu cucunya. Bahkan dia memuji Attar seorang anak yang kuat.

Perjalanan dua jam lebih tak melunturkan semangat Hanin apalagi dia sedang mengandung anak keduanya. Suaminya setia di samping Hanin. Awalnya suami Hanin melarang Hanin untuk ikut, tetapi Hanin terus meronta untuk ikut. Sehingga dia harus menitipkan anak balitanya bersama ibunya.

Waktu sudah mencapai tengah hari. Suami Hanin dan ayahnya terlebih dahulu pergi menuju masjid rumah sakit untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Hanin masih setia menemani Jihan dan juga Zahira, bergantian menjaga Attar dan Alfian.

Ketika mereka sudah kembali, giliran para perempuan pergi menuju masjid. Ayah Jihan pun dengan sedia menjaga Attar dan Alfian, begitu juga dengan suami Hanin.

"Assalamualaikum, Attar!" Sapa Daffa yang tiba-tiba muncul.

Ayah Jihan dan Attar yang sedang bercanda pun langsung menengok ke arah Daffa. Nampak Attar yang cukup terkejut. Berbeda dengan kakeknya yang wajahnya penuh tanda tanya.

"Kak Daffa? Tumben siang nengoknya? Biasanya tiap malam baru nengok Attar,"

"Kakak dengar kamu pulang hari ini. Jadi kakak mau nengok Attar untuk terakhir kalinya,"

"Anda? Sepertinya saya mengenal anda, tapi dimana ya?" Ayah Jihan mencoba mengingat wajah Daffa.

"Saya muridnya Bu Jihan dulu, kita pernah bertemu ketika paman saya melamar Bu Jihan," ramah Daffa.

"Oh iya. Tapi penampilanmu jauh berbeda. Sudah jadi dokter lagi, hebat!" Puji ayah Jihan yang menepuk-nepuk bahu Daffa.

"Sebenarnya saya belum jadi dokter, Pak! Masih calon," Daffa merendah.

"Kek! Kak Daffa itu baik deh! Setiap malam suka jenguk Attar, bawa makanan pula. Sudah ganteng, baik lagi," kekeh Attar.

"Ah, kamu ini sukanya membesar-besarkan. Padahal cuma makanan saja tidak lebih," Daffa tersipu malu mendapat pujian susulan dari Attar.

Hati Daffa merasa bahagia. Sudah dipuji oleh ayah Jihan, dipuji pula oleh Attar. Pujian itu begitu berarti di hati Daffa. Apalagi bila Jihan ikut memujinya, sepertinya hati Daffa tambah melayang saja.

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang