Pertemuan 18

499 42 1
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Bismillahirrohmaanirrohiim...
_______________________________

Marahlah ketika orang lain melanggar aturan-Nya...
Marahlah karena Allah SWT bukan karena hawa nafsu belaka.

* R P P *

Akmal mulai memasuki pekarangan rumah kakaknya, Ardi. Usai dia singgah di rumah Jihan, Akmal berniat memberitahukan pembatalan nikahnya dengan Jihan. Mengingat Jihan sudah menerima pembatalan pernikahan yang diajukannya.

Baru saja dia turun dari motor matic besarnya, suara adzan Magrib berkumandang. Dia pun mengubah niatnya untuk masuk rumah Ardi. Dia pun berjalan ke arah masjid yang tak begitu jauh dari rumah Ardi untuk ikut shalat berjamaah di masjid.

Rupanya dia bertemu dengan kakaknya itu di masjid. Akmal belum mau bercerita tentang niatnya itu. Walau Ardi bertanya maksud kedatangan Akmal. Hanya senyuman yang menjawab pertanyaan Ardi. Bahkan ketika di perjalanan pulang pun, Akmal berusaha bertanya yang lain berusaha menghindar dari pertanyaan Ardi tentang pernikahannya.

Ardi dan Akmal pun akhirnya sampai di rumah. Rupanya, istri Ardi sudah menunggunya lalu mengajak Akmal untuk ikut makan malam bersama. Walau tak enak hati, Akmal pun ikut makan malam dengan keluarga kakaknya.

Di meja makan seperti biasa sudah berkumpul Ardi sang kepala rumah tangga duduk sendiri. Istrinya, Maya yang duduk di samping anak perempuannya. Akmal sendiri duduk tak jauh dari Ardi di samping anak bungsu Ardi dan Maya. Sedangkan satu anak perempuan mereka duduk berseberangan dengan Ardi.

"Makan yang banyak Akmal! Sebentar lagi kamu kan mau menikah! Butuh tenaga untuk ijab kabul," goda Maya.

Akmal yang baru saja menyuapkan makanan ke dalam mulutnya hanya bisa tersenyum palsu. Takut pertanyaannya melebar dia pun melontarkan pertanyaan baru.

"A! Kemana Daffa? Dia tak ikut makan malam?" Akmal menoleh ke setiap penjuru ruangan menanti kedatangam keponakannya.

"Dia jarang ikut makan bareng. Paling sebentar lagi dia pulang. Tahulah anak itu kerjaannya main melulu sampai tak ingat waktu," ucap Ardi dingin.

Akmal tak berani bertanya lagi, dia hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya sambil meneruskan suapan demi suapan mengisi perutnya. Hingga acara makan malam itu pun selesai. Ardi dan Akmal langsung pergi menuju ruang keluarga diikuti anak bungsu Ardi sedangkan para anak gadis ikut membantu ibunya membereskan meja makan.

Ada rasa ragu dalam diri Akmal untuk memberitahukan kakaknya. Tetapi rasa itu segera dia tepis mengingat kakaknya itu sudah menjadi figur ayah baginya. Dia pun mulai mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"A! Ada yang ingin saya bicarakan dengan aa!" Akmal mulai unjuk bicara.

Tangannya tak bisa diam untuk saling meremas. Bahkan tangannya begitu dingin. Seharusnya rasa gugupnya ini lebih besar saat berhadapan dengan Jihan, tetapi rupanya rasa gugup itu lebih besar ketika berhadapan dengan kakaknya sendiri.

"Ada apa? Tentang pernikahanmu? Apa ada masalah?" Ardi masih sibuk melihat ponselnya.

"I...iya!"

"Dari nada bicaramu sepertinya ada yang serius," Ardi menyimpan ponselnya.

Baru saja Akmal mau berbicara, Maya datang membawa nampan dengan dua cangkir berisi teh berdiri di atasnya. Maya sebenarnya ingin ikut bergabung dengan Akmal dan Ardi tetapi anak bungsunya sedang menantinya untuk diajari mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang