Selamat membaca!!!🌻
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
________________________________Dekati penciptanya maka kau akan dapatkan ciptaannya.
* R P P *
Daffa begitu lelah hari ini. Waktu sudah malam, dia baru saja datang ke rumahnya. Hari-harinya sungguh sibuk. Awal kuliah sudah penuh dengan segala kesibukan. Tapi di sisi lain dia sangat menikmati kesibukannya.
Sudah jadi kebiasaan Daffa, setiap masuk rumah dia langsung menuju kamarnya. Mandi menjadi obat untuk kesegaran tubuh, pikiran dan hatinya. Usai shalat Isya, dia pun kembali turun untuk mengisi kekosongan perutnya.
Belum selesai menuruni tangga, dia terlebih dahulu melihat ada pamannya sedang berbicara dengan ayahnya. Seperti anak yang merasakan rindu pada ayahnya, Daffa begitu tergesa-gesa menuruni anak tangga.
Daffa berhambur mendekati pamannya dan mencium tangan pamannya itu. Perlakuannya selalu berbeda pada ayahnya sendiri. Hal itulah yang kini sering Ardi rasakan ketika sang anak lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dirinya.
"Paman apa kabar? Sudah lama kita tak bertemu. Aku sepertinya rindu!" Kekeh Daffa.
"Pamanmu ini memang sering dirindukan banyak orang," ujar Akmal dengan percaya dirinya.
"Oh ya? Ge-er juga nih orang!"
Tawa Daffa meledak begitu juga dengan Akmal. Berbeda dengan Ardi yang seperti tak tergoda untuk tertawa. Dia hanya menyunggingkan senyumannya. Walau hatinya miris, menyadari kedekatan paman dan keponakan.
"Ke kamarku?"
"Mau apa?"
"Biasa kita ngobrol. Sudah lama kita tak ngobrol antar cowok,"
"Kamu sudah makan?" Ardi tiba-tiba memotong pembicaraan Daffa dan Akmal.
"Oh. Itu. Belum," Daffa berkata dengan canggung.
"Makan dulu! Nanti setelah makan kamu boleh ngobrol dengan pamanmu. Jangan telat makan! Nanti kamu bisa sakit!"
Daffa begitu terkejut, apakah dia tidak salah dengar? Kata-kata itu sudah lama dia tak pernah mendengar dari mulut ayahnya. Kekhawatiran ayahnya membuat Daffa tak bergeming untuk beberapa saat.
"Cepat makan dulu! Benar kata ayahmu, kamu harus jaga kesehatan! Kan kalau sehat, kamu bisa sungguh-sungguh dalam belajar,"
Daffa hanya bisa mengiyakan ucapan pamannya. Dia pun beranjak dari duduknya menuju meja makan dengan rasa aneh di dalam hatinya tentang sikap ayahnya.
Sudah menjadi kebiasaan Daffa, dia tak pernah makan malam ataupun sarapan bersama keluarganya. Dia lebih memilih makan di luar atau makan sendirian. Rasanya lebih bebas sendiri. Walau kedekatan dengan adik kandungnya yang seayah dibilang cukup dekat.
Cukup sepuluh menit acara makan malamnya. Daffa pun bergegas menemui pamannya. Maklum dia sudah lama tak saling berbagi cerita dengan pamannya. Sungguh dia sibuk sekali. Kalaupun pamannya datang, Daffa sering tidak ada di rumah. Pamannya memang suka datang tanpa pemberitahuan lebih dulu kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]
EspiritualBu Jihan berbeda dari perempuan yang lainnya. Dia seperti almarhumah ibuku yang begitu lemah lembut dan perhatian kepadaku. Dia sabar dalam menghadapiku. Entahlah rasa cinta itu serasa mulai tumbuh kepadanya. Perbedaan usia yang cukup jauh dengannya...