Pertemuan 20

591 43 1
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Bismillahirrohmaanirrohiim...
_______________________________

Sakit ketika hanya mencintai...
Lebih sakit ketika orang yang dicintai memberikan pilihan cinta yang lain padaku.

* R P P *

POV DAFFA

Tak terasa hari perayaan kelulusan tiba. Aku merasa senang mengingat hari-hari yang telah terlewati begitu menentramkan hati. Tak ada kata gelisah tentang perasaan pada perempuanku, tapi kata rindu begitu membelenggu di hatiku.

Semenjak percakapan lewat maya, entah mengapa pikiranku berharap terus padanya. Ketika pengumuman kelulusan, aku kira rasa rindu bisa terobati dengan pertemuan hanya dengan menatapnya di hari itu. Tapi apa daya aku tak berjodoh dengannya hari itu. Inginku bertanya langsung padanya tetapi ada rasa tak enak menghampiriku.

Kini, aku berjanji pada diriku untuk segera bertemu dengannya. Rasa rindu itu sudah begitu menggunung di hatiku. Rindu itu bisa terobati sementara dengan melihat fotoku dengannya ketika ulang tahunku yang lalu. Sungguh senyum itu tak pernah berhenti terlukis di bibirku setiap melihat foto itu.

Hari ini, aku hanya didampingi oleh paman kesayanganku. Siapa lagi kalau bukan, Paman Akmal. Ayahku begitu sibuk dengan pasiennya. Tapi ketika aku menghubungi pamanku ini, tanpa pikir panjang dia langsung mengiyakan. Walau terlintas di pikiranku bahwa paman Akmal ingin mencuri pandang pada perempuanku.

Rupanya doaku terkabul juga. Begitu aku dan pamanku sampai gedung aula sekolah, aku melihat perempuanku yang berjalan menuju kami.

Ku siapkan senyum terbaikku untuk menyambutnya tanpa menghiraukan pamanku yang masih sibuk menulis di buku tamu. Aku mulai menatapnya intents.

Entah perasaanku yang sedang kasmaran atau tidak, ku lihat perempuanku kali ini begitu cantik dengan gamis brukat berwarna biru navy dengan khimar yang senada. Tak lupa riasan tipis di wajahnya. Sungguh aku sesaat lupa untuk menundukkan pandanganku.

"Assalamualaikum Bu Jihan!" Aku begitu bahagia bertemu dengannya hingga senyumku terasa begitu bertambah lebar dengan binar mataku yang sepertinya bercahaya.

Dengan senyuman yang menurutku begitu menawan, perempuanku menatap kaget kepadaku.

"Eh, Daffa! Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!"

"Bu Jihan bagaimana kabarnya?" Aku mencoba basa-basi menahan getaran di dada dan nafsu yang begitu ingin memeluknya.

"Alhamdulillah baik. Kamu sendiri bagaimana?"

"Sa-saya juga Alhamdulillah baik!" Aku berusaha menelan salivaku dan memasang senyum gugup yang tiba-tiba menyerangku.

"Eh, ada Bu Jihan!" Paman Akmal tiba-tiba memotong percakapanku dengan perempuanku.

Ku lihat senyum dilemparkan perempuanku untuk pamanku, membuat rasa cemburu mulai menyapa hatiku. Mataku pun mendelik pada pamanku yang seperti bersikap menebar pesonanya pada perempuanku.

Walau mereka hanya saling menangkup tangan untuk bersalaman, tetap saja kekesalan itu begitu menghinggapi hati ini.

"Senang bertemu dengan anda, Bu Jihan!"

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang