Part-7: See You!

560 74 27
                                    

NB: disini gue ganti nama Shani jadi Shamy, yaw. Happy reading.

Panci dan piring-piring itu Chika letakan dengan kasar di rack, ia sedang kesal sekarang. Vito, laki-laki itu hanya bergidik melihat sikap dingin Chika saat ini. Vito tau ia yang sudah membuat Chika marah sepagi ini. Sungguh Vito tidak bermaksud untuk membohongi Chika.

"Chika, saya minta maaf, ya. Saya tau saya salah gak ngasih tau kalau kemarin saya udah ketemu Mira. Maaf sekali lagi" Vito terus mengikuti kemana langkah kaki Chika bergerak di ruang sempit ini.

Chika melirik tajam ke arah Vito, "Kamu itu gak ngerti gimana susahnya saya ngatur waktu untuk bisa nemenin kamu cari temen kamu. Kamu tau kan saya ngurus anak dan saya juga kerja. Kok kamu tega bohongin saya sih, Vit?"

"Bukan gitu maksudnya, Chika. Saya bener-bener gak bermaksud kayak gitu."

"Terus maksud kamu kayak gimana? Saya gak ngerti sama jalan pikir kamu ya, Vit.  kamu ke Jepang kan mau ketemu sama temen kamu. Tapi saat kamu udah ketemu sama temen kamu, kamu malah tetep disini. Apa sih tujuan kamu sebenarnya, hah?"

Vito mengacak rambutnya gemas, ia bingung cara menjelaskannya pada Chika.
"Saya cuma-- pingin lebih lama sama kalian disini"

Hening, tidak ada yang bersuara. Vito, laki-laki itu kini tengah memaki dirinya sendiri di dalam hati. Bodoh! Ahh, Kenapa ia harus bilang begitu?   Vito jadi malu sekarang apalagi kini Chika menatapnya dengan tatapan yang Vito sendiri sulit mengartikannya.

"Mama ada orang datang" Kenzo, anak itu baru saja menghampiri Vito dan Chika di dapur.

"Siapa?" tanya Chika.

Kenzo tidak menjawab,kini matanya melirik ke arah Vito. "Om, sepertinya itu temanmu" ujar Kenzo.

Mira, wanita itu ternyata yang datang sepagi ini. Ia nampak rapi dengan setelan blouse dan juga celana kain. Sepertinya nanti ia akan pergi mengajar.

"Chik, kenalin ini Mira, temen saya" ujar Vito memperkenalkan Mira pada Chika.

"Chika"

"Mira"

Mereka saling berjabat tangan dan melempar senyuman tipis. Ya, cukup tipis. Tidak terlalu lebar. Ini pertama kalinya mereka bertemu, tapi, entah kenapa suasana menjadi awkward. Dua orang wanita itu enggan untuk berbasa-basi. Mereka benar-benar begitu datar bagi orang yang baru saja berkenalan.

"Chika, saya mau ngucapin makasih banyak sama kamu. Makasih karena Kamu udah baik dan banyak nolongin saya selama saya disini. Dan yang paling penting terima kasih untuk kehangatan yang sudah kamu dan Kenzo hadirkan ditengah keasingan yang saya rasakan" Vito menarik napasnya beratnya sebelum kembali berbicara. "Sekarang, saya pamit ya, Chik. Maaf kalau saya udah terlalu banyak ngerepotin kamu selama ini"

Chika hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Sementara Kenzo, anak laki-laki itu sedari tadi terus menatap sendu ke arah Vito. Ia seolah tidak rela Vito pergi. Vito yang mengerti tatapan Kenzo lalu berjongkok di depan bocah lelaki itu.

"Jangan sedih, nanti kapan-kapan Om pasti main ke sini kok" ujar Vito sambil mengacak gemas rambut Kenzo.

"Janji?"

Vito terkekeh saat Kenzo menyerahkan kelingkingnya untuk Vito tautkan.
"Janji dong. Kita kan Friend ahaha"

Tanpa Vito duga, Kenzo berhamburan ke pelukannya melilitkan tangan mungilnya di leher Vito. Cukup lama. Iya, cukup lama Kenzo memeluk Vito. Bocah itu seakan tidak membiarkan Vito meninggalkannya saat ini. Ia masih ingin Vito disini. Tetap tinggal bersamanya dan juga ibunya.

River Flows In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang