Part-11: Sumida River

611 86 35
                                    

"Chika, kamu cantik!"

"Kamu suka, Sham?"

Shamy, laki-laki itu mengangguk, "Iya. Aku selalu suka apapun itu yang ada dalam diri kamu, Chika" Shamy memeluk pinggang ramping Chika, membelai wajah gadisnya, lalu turun ke leher jenjang Chika dan menghirup aroma tubuh Chika yang sekarang menjadi ciri khas wanita itu.

Chika mendorong pundak Shamy pelan, ia menatap mata teduh Shamy, "Sham, apa kamu mencintaiku?"

Shamy mengerutkan dahinya, "Kenapa kamu selalu bertanya seperti itu, Chika?"

"Bukan gitu, Sham. Tapi--"

"Apa cinta yang aku kasih gak cukup ngebuktiin kalau aku begitu mencintai kamu?" Shamy menangkup wajah Chika  dengan kedua tangannya, "Chika, kamu harus tau tidak ada yang lain selain kamu di hati aku. Aku sangat mencintai kamu"  ujar Shamy diakhiri ciuman manis di tangan mulus Chika. Ia ingin wanita di depannya ini percaya denganya.

"Tapi, kamu punya istri, Sham," 

"Aku tau, Chika. Aku tahu itu. Tapi aku juga sangat mencintai kamu. Kamu punya tempat yang spesial di hati ini. Kamu ataupun Gracia sama-sama punya porsi yang sama di hatiku"

Chika menggelengkan kepalanya. Ahh! tidak, tidak boleh! Ia tidak boleh mengingat laki-laki brengsek itu lagi. Chika sudah melupakannya. bahkan sangat membencinya. Laki-laki itu sudah merusak hidupnya. Bajingan!

Chika merapihkan anak rambutnya yang baru saja di terpa angin. Musim panas telah dimulai dari minggu yang lalu, tapi Chika bersyukur, pagi ini matahari tidak terlalu panas. Setidaknya di jam seperti ini masih cocok untuknya duduk bersantai menatap heningnya sungai sumida. Rasanya sudah lama ia tidak datang kesini hanya sekedar duduk. 

Memori Chika pada tujuh tahun yang lalu sekarang kembali terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memori Chika pada tujuh tahun yang lalu sekarang kembali terbuka. Dulu, disaat musim gugur tujuh tahun yang lalu, disaat semua dedaunan berjatuhan dan angin berhembus kian dingin, laki-laki itu datang dan menghancurkan hidupnya. Chika masih ingat, di tempat ini, di tempat ia duduk saat ini, laki-laki brengsek itu memaksanya untuk membunuh janin yang baru tumbuh di rahimnya. Hatinya sakit. Sungguh sakit mengingat bagaimana kala itu ia bersikeras mempertahankan anaknya. Suara tinggi mereka yang saling bersautan saat itu masih terekam jelas diingatannya. Entah sudah seberapa banyak air mata yang keluar dari mata indahnya saat itu. Sungguh Chika tidak pernah bisa melupakan musim gugur yang paling memilukan dalam hidupnya.

"Om, aku sudah bisa, lihatlah.. "

Perhatian Chika teralih pada suara Kenzo yang tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Senyum dan tawa kini menghiasi wajah putranya. Vito, laki-laki itu dengan senang hati dan sabarnya mengajari Kenzo menaiki sepeda.

"Akhkkk"

Baru saja Chika hendak bangkit dari duduknya, tapi, Vito sudah lebih dulu menghampiri putranya. Laki-laki itu dengan sigapnya membantu Kenzo untuk berdiri.

River Flows In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang