Vito menggerutu saat suara bell rumah berbunyi. Ia mulai berjalan gontai, Ahh, siapa yang bertamu sepagi ini? Tidak taukah matanya masih mengantuk. Bahkan jiwanya belum terkumpul sepenuhnya.
Ceklek
Vito sedikit mengucek matanya, kini di hadapannya ada seorang pria muda yang tanpak rapi. Siapa pria ini?
"Cari siapa?" tanya Vito sambil menguap.
Namun, pria muda itu tidak menjawab, ia justru malah memperhatikan penampilan Vito yang masih menggunakan kaos dan celana boxer mickey mouse.
"Siapa Vit?" Mira datang dari lantai dua dengan pakain yang rapi, namun rambutnya masih dililit handuk.
"Gak tau" Vito kembali melirik pria muda yang kini menatapnya aneh. Tunggu.. memangnya ia aneh apa hingga di tatap seperti itu?
"Oh Zahran toh. Masuk dulu, Ran" ajak Mira.
Vito mengkerutkan dahinya saat pria muda bernama Zahran itu melewatinya begitu saja. Aih, Vito merasa tidak dihormati. Lagi pula siapa pria itu? Apakah kekasih Mira? Tidak, tidak. tidak mungkin Mira suka dengan bocah ingusan seperti itu. Ia tahu selera sahabatnya.
"Saya mau keringin rambut dulu ya, Ran"
Mira tersenyum saat mendapati anggukan kecil dari Zahran. Lalu ia menghampiri Vito yang masih berdiri di ambang pintu. "Vit, bikinin minum gih" titah Mira.
"Ih, kenapa harus gue? Males banget harus buatin minuman buat tuh bocah!" tolak Vito sembari melirik Zahran.
"Vit, " Mira sudah mendelikan matanya.
Dengan malas Vito berjalan ke dapur, siapa sih laki-laki itu? spesial sekali harus di buatkan minum. Vito benar-benar sedang malas bergerak sepagi ini. Tega sekali Mira menyuruhnya. Lalu Vito segera mengambil panci untuk ia isi dengan air lalu ia panaskan di kompor.
"Lama banget buat minumnya" itu Mira. Wanita itu baru saja menghampiri Vito di dapur.
"Itu airnya belum mateng" jawab Vito yang tengah duduk di kursi pantry.
"Eh, itu kompornya belum dinyalahin malih. Astaga jelas lah gak mateng-mateng. Bener-bener lu, ye" geram Mira.
Vito menyengir, "Kayaknya udah gue nyalahin deh tadi, Mir. Jangan-jangan rumah lu ada setanya lagi, hiiih"
Mira melempar Vito dengan kotak tissue.
"Sembarangan kalau ngomong. Udah lah gak usah di buatin teh. Gue udah mau jalan. Lo hati-hati ya, Vit, di rumah" Mira sudah meraih tas selempangnya untuk ia kenakan."Enak aja gue main di tinggalin. Kagak ada keluar-keluar. Lagian lo kan janji mau beliin gue Handphone hari ini. Gimana sih?"
"Iya itumah gampang. Gue keluar bentar doang, kok. Bye.. " Mira mencium pipi Vito sekilas. Vito tahu Mira bercanda. Begitupun sebaliknya. Hal ini sudah biasa mereka lakukan dari kecil.
"Ih.. Bener-bener lu ye, Mir" Vito menghapus jejak ciuman Mira di pipinya.
.....
Darah Chika berdesir saat kakinya berjalan di lorong hotel yang dingin ini. Ia memasuki sebuah pintu kaca besar yang bertuliskan Staff only. Tujuannya saat ini bukanlah loker ataupun toilet khusus staff. Melainkan sebuah ruangan besar yang begitu Chika benci untuk ia masuki.
Ceklek
Begitu Chika membuka pintu ruangan itu, hidungnya sudah disambut aroma parfum laki-laki itu. Aromanya begitu semerbak. Bahkan indera penciumannya sudah sangat familiar dengan aroma ini. Jelas ia sudah sangat terbiasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In You
RomanceAku akan mengubah makna sungai kecil yang mengalir itu, Chika. Alvito Fadrin