✎ Kado

2.3K 263 17
                                    

Written by querencianana


Di dalam mobil sedan mewah terdapat sepasang anak adam, yang menyetir terlihat meletakkan satu lengannya di bahu orang yang lebih manis, yang manis terus berbicara sambil menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasih.

"Jadi apa yang aku dapatkan diulang tahunku kali ini?" tanya Jaemin.

"Ah memang kapan kamu berulang tahun?" tanya Jeno jenaka dihadiahi pukulan tepat diperutnya.

"Uh! Baiklah sayang, memang apa yang kamu inginkan?" Jeno mengelus bahu Jaemin.

Jaemin menarik kepalanya dari bahu Jeno lalu menatap Jeno intens, "Hmmm, aku ingin sesuatu yang besar, yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya."

"Aku sudah memberikan semua yang aku punya padamu, rasa cintaku bukannya hal terbesar yang aku berikan padamu, apa yang belum pernah aku berikan padamu?" tanya Jeno lalu melihat jalanan di kaca jendela sampingnya dan mulai berpikir.

"Aku ingin hal itu menjadi kejutan, jadi jangan beri tahu aku, buat aku terkesan, daddy." Jeno menyeringai setelahnya.

"Sepertinya aku tahu apa yang akan aku berikan," ucap Jeno sesekali mencium puncak kepala Jaemin.

Sampai akhirnya mobil itu masuk dalam kawasan halaman mansion milik mereka berdua. Setelah memarkirkannya mereka turun dan masuk ke mansion dengan lengan Jeno melingkar di pinggang Jaemin.

"Oh, kado yang aku berikan adalah hal yang besar, sepertinya aku menginginkan sesuatu untuk kamu balas."

"Kamu tidak ikhlas?" tanya Jaemin menaikkan satu alisnya.

Jeno membuka pintu kamar mereka.

"Tentunya tidak—ouch! Sakit sayang," ucap Jeno sesekali meringis memegangi perutnya yang dicubit.

"Aku ingin tidur, aku tidak sabar dengan hari esok." Jaemin mengedipkan satu matanya.

***


"Kemana saja kamu pergi, tidak tahukah kalau aku bosan terus berada di mansion sendiri? Ini hari ulang tahunku kalau kamu lupa," ucap Jaemin tangannya bersidekap di dadanya—merajuk.

Jeno berjalan mendekat kearah Jaemin lalu mengecup bibir Jaemin sekilas.

"Ga usah cium cium, aku lagi ngambek!"
Ucapan Jaemin membuat Jeno terkekeh,

"Cepat mandi pakai pakaian yang bagus, hadiahmu sudah menunggu."

Walau masih sedikit kesal Jaemin tetap menuruti ucapan Jeno dan bergegas mandi, tidak menunggu lama Jaemin sudah selesai mandi. Jeno mendekat kearah Jaemin lalu memeluk erat kekasihnya itu.

"Selamat ulang tahun, sayang." Ucap Jeno mengelus punggung telanjang Jaemin, dibalas Jaemin memeluk lebih erat dan mengusakkan kepalanya ke dada Jeno.

"Ayo aku tidak sabar dengan kadoku."

"Hahaha, dasar tidak sabaran."

Setelah bersiap-siap Jeno membawa Jaemin pergi dari mansion dan pergi ke pinggir kota dimana banyak lahan kosong dan belum banyak bangunan yang berdiri ditempat itu. Sampai akhirnya mereka sampai ditempat yang lumayan ramai mobil yang terparkir di halamannya.

"Ini aula milikmu bukan?" tanya Jaemin dijawab dehaman oleh Jeno. Lalu mereka turun dan berjalan masuk ke mansion dengan arahan Jeno.

"Oh, bau ini!" bau yang ditangkap hidung Jaemin membuat pemiliknya semangat.
"Ouch, ternyata sangat ramai," Jaemin semakin melebarkan senyumannya.

"Apa yang kamu katakan pada mereka?" tanya Jaemin.

"Sebuah pameran."

"Baiklah, selamat ulang tahun, honey." Ucap Jeno bertepatan dengan dibukanya pintu besar di depan mereka.

Jaemin langsung memeluk Jeno dari belakang, "Terimakasih, aku benar-benar terkesan—"

Terlihat di depan mereka banyak rantai-rantai tergantung dari atap melilit mayat-mayat tanpa kepala dengan posisi terbalik membuat darah mengucur deras dari leher yang buntung. Bau anyir sangat menyengat dan teriakan serta tangisan orang orang yang duduk dengan kondisi tubuh terikat. Beberapa kepala buntung yang penuh darah terdapat di pojok ruangan bertumpuk. Lampu yang sengaja dinyalakan terang agar pemandangan yang ada terekam jelas oleh setiap mata yang memandang.

"—sepertinya dalam menyiapkan kadoku kamu sudah bersenang-senang terlebih dahulu."

Jeno tertawa mendengar ucapan Jaemin.
Jeno melepas pelan lengan yang melingkar diperutnya lalu berjalan ke dekat pintu, mengambil kapak yang sudah bersih dari darah.

"Lalu sekarang saatnya kamu untuk menikmati kado yang telah aku berikan," Jeno memberikan kapaknya pada Jaemin.

"Aih, aku akan mimpi indah malam ini," ucap Jaemin dengan senyum lebar kearah orang-orang yang terus menjerit tangis.

"Selamat bersenang-senang, sayang," ucap Jeno mengecup pipi Jaemin lalu duduk disofa tunggal dekat pintu dengan menumpukan kaki kanannya di kaki kiri dan menumpukan pipi kanannya dikepalan tangan kanan yang ia letakkan di tangan sofa, menyeringai ke arah kekasihnya yang terlihat sangat senang.

✔️Together With NominfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang