written by Ichisatssuga
Malam ini, merupakan malam yang sama. Seperti halnya malam yang telah kulalui sebelumnya. Ya, aku selalu pulang larut malam setelah melalui hari-hari panjangku sebagai seorang Maahsiswa tingkat akhir, seorang diri. Aku tak memiliki banyak teman. Bukannya pemilih, hanya saja aku tidak memiliki banyak teman yang 'benar-benar' memahami diriku. Aku tidak termasuk sebagai anak yang berkepribadian aneh, tidak menyenangkan atau sejenis itu. Aku hanya memiliki kelebihan, yang mana terkadang membuat orang lain tidak nyaman.
Aku ini salah satu dari sekian banyaknya pemilik indra keenam.
Seperti orang pada umumnya, aku dapat melihat banyak hal, hanya saja Tuhan memberiku anugerah penglihatan yang lebih.
Jika kalian menyebut mereka sebagai hantu, maka aku akan menyebut mereka kawan.
Saat usiaku masih seumur jagung, aku sering kedapatan bermain ataupun asyik dengan duniaku sendiri. Bermain, bercerita, ataupun membicarakan hal-hal random dengan 'mereka', menurutku lebih menyenangkan.
Alasan yang luar biasa menurutku. Mereka pernah hidup lebih lama dan lebih dahulu singgah ke dunia ini. Dari merekalah, aku dapat lebih menghargai nilai dari sebuah kehidupan. "Hidup itu singkat, kawan". Itu yang selalu kudengar dari akhir cerita panjang mereka.
Pertemuan yang mengesankan, tidak selalu berkaitan dengan hal yang menyenangkan bukan?
******
Jeno tampak menyesal telah meninggalkan jas almamaternya di kampus. Kini, ia terlihat sedang menggosok kedua tangannya sembari meniup udara hangat ke belahan tangannya.
"Yak! Sudah tahu udara dingin begini, kau malah tidak mengenakan apapun selain kemeja kotak-kotakmu itu!"
"Aku pun tak menginginkannya, Hyung! Hyung kira aku sengaja membuat tubuhku kedinginan begini?"
Mark Lee, yang merupakan senior Lee Jeno (sekaligus sahabat) itu hanya menggelengkan kepalanya. Sudah terlalu hafal dengan watak sahabatnya yang pelupa itu.
"Nih, pakai saja hoodie cadanganku! Hmmm....kurasa, kau benar-benar beruntung memiliki kawan sepertiku. Sudah tampan, cerdas, perhatian pula. Hahahaha.." ujarnya seraya menyerahkan hoodie hitam itu pada Jeno (yang memandangnya dengan ekspresi datar).
"Ya, ya, ya. Terimakasih atas perhatiannya" balas Jeno sekenanya.
"Untung saja, aku sudah berpacaran dengan Haechan. Jadi aku benar-benar sudah tidak menerima lowongan untuk tambatan hatiku" ucap Mark.
"Sepertinya kita harus segera sampai di flat, Hyung. Udara dingin semakin membuatmu mengatakan hal yang tidak-tidak"
"Okeeeyyyy....., begitu saja kau tanggapi dengan serius, Jen. Pantas saja kau lambat memiliki kekasih"
"Jangan memulai pembicaraan ini, Hyung!!", balas Jeno tak suka.
"Kau sih! Benar-benar tidak asik. Aku merasa seperti berjalan bersama para pria tua yang pulang lembur kantor". Mark semakin berteriak tak terima.
"Kalau begitu, nikmati saja selagi bisa Hyung", ucap Jeno sembari berjalan cepat meninggalkan Mark di belakangnya.
"Aish, benar-benar bocah ini! Apa ini efek dari terlalu banyak berbicara dengan hantu?"
WOOOOSSSSSHHHHH~
"Y-yak, Jeno!!" Mark berlari menghampiri Jeno di depannya. "Kau ini! Jangan tinggalkan aku. Kau tahu bukan, kalau kita ini hampir melewati gedung horor itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Together With Nominfess
Fanfiction☆.。.:* Special Edition .。.:*☆ This book brought to you from the collaboration with a twitter autobase; @nominfess_ Come, and hope you'll find a little things called happiness in these simple love stories about the lover and his dearest. ©2020 withno...