✎ Until Last Page

2.2K 212 7
                                    

Written by BBUNTAENGI


Sinar matahari mulai memasuki kamar tidurku. Aku mendengar kicauan burung dari balik jendela yang membuatku mulai membuka mata.

"...ah, sudah bangun rupanya? Appa dan eomma sudah menunggu di ruang makan. Ayo kita makan," Aku menoleh ke sumber suara yang kini berjalan mendekatiku yang masih tetap berbaring di kasur.

Aku berusaha dengan sekuat tenaga bangun dari tempat tidur dan tidak lupa mengucapkan selamat pagi kepadanya. "Selamat pagi, apa sarapan hari ini?"

"Eomma membuat roti berisi ham dan sosis. Tidak lupa ada susu hangat kesukaanku," Ia bergegas mengambil kursi roda setelah melihatku siap untuk turun dari kasur. Aku berupaya meraih lengannya dan duduk di kursi roda.

Di bulan Agustus ini memang masih memasuki musik panas, namun suhunya tidak setinggi bulan-bulan lalu. Aku cukup menikmatinya, kadang jika ada waktu, orang-orang di rumah ini akan mengajakku berkeliling kota untuk piknik atau makan di restoran mewah. Setelah menikmati sarapan pagi seperti biasanya, tidak banyak yang aku lakukan. Aku, Lee Jeno yang sudah bertahun-tahun mengandalkan kursi roda ini hanya bisa menikmati waktunya di rumah dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada.

Hari ini bukan hari yang tepat untuk menonton televisi karena acara yang kusukai tidak tayang. Aku mengayuh kursi rodaku mengarah ke taman belakang rumah, seperti biasanya, aku banyak berdiam diri sekedar menikmati angin atau melihat tanaman yang sejak dulu sudah ku rawat bersamanya. Ya, bersamanya.

"...jangan hanya bengong, ini tehnya." Seseorang yang membuyarkan lamunanku kini meletakkan cangkir berisi teh dan duduk disebelahku. "Sudah lama ya?" ucapnya singkat. Aku tersenyum tipis, mendongakkan kepalaku dan melihat betapa birunya langit hari ini. Indah sekali, aku selalu bersyukur hingga saat ini masih bisa menikmati keindahan yang sudah diberikan oleh Tuhan.

"Rasanya aku ingin kembali bercerita..." aku memecahkan keheningan. Seseorang itu menoleh ke arahku dan tersenyum. "Masih ingat dengan kejadian yang lalu? Coba ceritakan padaku, ini akan menjadi ujian untuk ingatanmu," jawabnya.

***

"Se...la...mat..datang untuk mahasiswa baru. Rasanya baru kemarin aku masuk universitas ini tapi hari ini aku melihat banner besar di gerbang kampus. Ya Lee Jeno, bukankah waktu terasa cepat? Kita sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir!" Ujarnya sambil menggoyangkan lenganku.

Laki-laki yang disebelahku ini adalah Na Jaemin, kami adalah sahabat sejak kecil. Dari TK hingga kuliah, siapa sangka kalau aku dan Jaemin selalu di sekolah sama bahkan satu kelas, satu jurusan sampai sekarang! Mungkin, kalau dalam drama Korea, Na Jaemin adalah tokoh utama perempuan dan aku laki-lakinya dengan berujung menikah. Happy ending.

"Eh, kamu sadar gak sih banner yang ini lebih besar dibandingkan penyambutan kita dahulu!" lanjutnya yang semakin kasar menggoyangkan lenganku.

"Daripada kamu sibuk memperhatikan banner, kenapa gak kamu perhatikan tugas akhirmu yang terbengkalai, Jaemin?" Aku kembali bertanya dengan nada mengejek, sementara yang ditanya hanya mengerucutkan bibir. Hahaha, dia kesal rupanya.

"Kamu selalu tahu kelemahanku, Jeno. Jangan ingatkan aku lagi dengan itu, bantulah aku! Kita akan sama-sama lulus kalau kamu mau bantuin aku, oke?" Ia mempercepat langkahnya dan berhenti di depanku. Tatapan itu, tatapan yang selalu dikeluarkan Jaemin untuk membujukku.

"Gak, kalau bantuin kamu bisa-bisa tugasku yang jadinya ketunda."

"Huh pelit! Padahal dulu jaman SD sampai SMP, kamu itu suka banget bantuin aku! Nempel-nempel ke aku, bahkan minta pe--"

✔️Together With NominfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang