written by Jiey7_
Jeno-ya!" seorang pria manis berteriak lantang saat dia melihat pemuda lain tengah memberi makan seekor kucing.
"Eoh, Jaemin-ah, akhirnya kau datang," pemuda bernama Jeno itu bangkit dan menunjukan senyuman manis untuk seseorang yang dia panggil Jaemin itu.
"Maaf aku terlambat, tadi ada sedikit masalah di tempat lesku, kau menunggu lama?" Jaemin mengeluarkan wajah penuh sesalnya saat menyadari wajah Jeno terlihat sedikit memerah dan tubuhnya sedikit bergetar karena hawa dingin sehabis hujan.
"Tidak apa-apa, tidak terlalu lama, ini masih pukul enam aku masih ada waktu untuk menunggumu," Jeno mencoba mengeluarkan wajah baik-baik sajanya agar Jaemin tidak terlalu khawatir.
"Ah tentu saja, kau selalu harus pulang pukul setengah tujuh, kita hanya punya waktu sebentar," Jaemin malah menundukan wajahnya dan menunjukan wajah sedih.
"Hari ini aku meminta izin untuk pulang pukul tujuh," Jeno tertawa di akhir kalimatnya.
"Mengapa orang tuamu sangat ketat, itu sungguh mengganggu."
...
"Sudah menentukan jurusan yang ingin kau tuju?" tanya Jeno sambil menatap Jaemin yang sedang menggoyangkan kakinya. Saat ini mereka sedang duduk di sebuah ayunan di taman yang selalu menjadi tempat mereka menghabiskan waktu bersama.
"Tentu, aku berencana mengambil jurusan seni, guruku juga merekomendasikannya, katanya nilai di rapotku bisa membuatku diterima di sekolah seni unggulan," Jaemin menjawabnya dengan penuh antusias.
"Syukurlah kau sudah menentukan tujuanmu dari awal, itu bagus," ujar Jeno sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau benar-benar hanya akan mengikuti keinginan ayahmu untuk bersekolah bisnis, tidak ingin mencoba meyakinkan mereka untuk membiarkanmu mengambil jurusan olahraga?"
Jeno hanya membalas pertanyaanya Jaemin itu dengan senyuman kecil dan gelengan kepalanya.
"Lee Jeno, ini masa depanmu, jangan biarkan orang lain yang menentukannya," ujar Jaemin sambil bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Jeno yang masih berada di atas ayunan.
Jeno mengangkat wajahnya dan mendongak menatap wajah Jaemin yang sekarang berada tepat di hadapannya, Jeno tersenyum lagi dan berkata, "Jaemin-ah, dari awal bahkan mereka yang menentukan aku berhak hidup atau tidak."
Jaemin berdecih dan mencoba menarik lengan Jeno agar bangkit, namun dia langsung melepaskannya saat melihat Jeno meringis kesakitan, "Kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, tidak perlu khawatir."
Jaemin yang merasa Jeno berbohong segera menarik lengan pria itu lagi dan kali ini menggulung lengan kemeja yang dia pakai, dan Jaemin cukup kaget dengan beberapa luka memar serta luka robek di sana.
"Itu-"
"Apa? Kau ingin mengatakan bahwa ini karna kau terjatuh lagi? Atau berkelahi dengan preman sekolahmu? Jeno aku tau selama ini kau berbohong, katakan padaku apa saja yang sudah orang tuamu lakukan selain mengatur hidupmu dan mengekangmu?!" Jaemin mengucapkan rentetan kata tersebut dengan mata yang dipenuhi genangan air, dia tau teman yang dia kenal enam bulan lalu karena seekor kucing liar itu mengalami penderitaan yang sangat menyedihkan.
Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin Jeno malah mengeluarkan tawanya dan berdiri untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Berhenti bersikap bahwa kau baik-baik saja saat kau tidak pernah merasa baik, berhenti tersenyum saat kau sedang terluka, kenapa kau menjadi manusia seperti ini, kau sungguh menyedihkan Lee Jeno!" Jaemin tidak bisa membendung air matanya lagi, dia sudah lama tau semua penderitaan yang Jeno alami namun dia berusaha diam untuk menghargai temannya itu. Namun kali ini dia sudah berada pada batasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Together With Nominfess
Fanfiction☆.。.:* Special Edition .。.:*☆ This book brought to you from the collaboration with a twitter autobase; @nominfess_ Come, and hope you'll find a little things called happiness in these simple love stories about the lover and his dearest. ©2020 withno...