35

618 39 35
                                    

🍁🍁🍁
👆👆BACANYA SAMBIL DENGERIN LAGU MY DADDY TOLD ME😙😙
"Hai guyss kembali lagi dengan Ita di Cerita Fateh Ceritak.Ita...

Kalian mau ngapain?

Ya bacalah- you all ngegas

Ngegas😕 sans bro😞

Oh good Ita bingung coy... eh kok manggil bang Alfath ya?

Ita tu disini kesepian😢 Hetaf ga ada disini lagi kerja di book sebelah😭

Kan ada gw Ta- Fateh.

Siapa anda? Maaf saya tak kenal sorry ya😏

Minta di tabok jamaah ni guys😑... bantuin Ateh nabok Ita yuk😄- Fateh

HETAF KEMBARAN KAMU JAHAT HIKS😭

I coming Taaa- Hetaf.

Mampus lo pada😝

Oke drama indosiar maaf🙏

Ku menangissss... membayangkan...betapa kejamnya diri mu...

Ga tau kesananya Ita. Ga hafal.

Udah ya dramanya nantikan seson dua nya besok😉

Happy reading guyss...

....


Obat penenang? Ia selalu mengkonsumsi itu? Tidak semua itu tidak benar, bahkan Fateh baru tau obat itu dan kenapa obat itu bisa berada dikamar?

Masih banyak lagi pertanyaan yang ada di benak Fateh membuat kepalanya pening luar biasa.

"Bang Fateh?!"

"Muntaz? Masuk aja," ucap Fateh. Ia menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Muntaz duduk. Muntaz naik kekasur duduk disebelah Fateh yang menyender dikepala kasur. Au namanya apa.

"Jangan pikirin yang dikatakan bang Saaih ya bang," ucap Muntaz.

"Iya abang tau tenang aja," ucap Fateh.

"Kok bang Saaih berpikir nya jauh banget ya bang? Bang Ateh kan ga bakal mungkin melakukan hal seperti itu," ucap Muntaz sambil bersandar dibahu Fateh.

"Ga tau abang juga. Udah kan katanya jangan dipikirin," ujar Fateh seraya mengusap lembut kepala Muntaz.

Hening melanda mereka berdua hanya suara jam yang terdengarnya ring berbunyi.

"Abng ngusapin kepala Muntaz, Muntaz jadi ngantuk," ucap Muntaz memecah hening.

"Sini Muntaz tidur dipangkuan abang, abang elus sampe Muntaz tidur," Fateh menuntun Muntaz menjadi posisi tidur dengan kepanya yang berada dilahunan Fateh. Ia mengusap lembut kepala Muntaz dengan tangan kirinya karna tangn kanannya digenggam oleh Muntaz.

"Abang harus inget janji abang," lirih Muntaz.

"Janji?"

"Untuk tetap bersama Muntaz," jawab Muntaz.

Ah itu, tapi sungguh Fateh tak bisa berjanji karna ia takut mengikarinya. Jadi ia hanya berdehem untuk membalas ucapan Muntaz.

"Kita belum melakukan hari kids gh loh bang. Pasti seru, nanti kita ber empat pergi jalan-jalan, main permainan yang seru naik wahana belanja, Muntaz ga sabar lagi bang ingin melakukannya. Tapi abang harus sembuh dulu baru kita bisa main sepuas nya," ucap Muntaz.

Sembuh? Apa ia bisa sembuh? Rasanya mustahil bagi Fateh yang menderita penyakit Thalasemia dan gagal ginjal.

"Iya pasti seru. Kalian harus tetap akur ya jangan berantem. Saling menjaga satu sama lain. Abang ga mau nanti liat kalian berantem, kalo kalian berantem kan abang ga bisa lerain nya," ucap Fateh.

"Kok abang ngomong gitu sihk?!"

"Emang salah ya? Kan abang cuman pengen adik-adik abang itu saling menyayangi," kata Fateh.

"Ya abang ngomongnya seakan mau pergi. Muntaz ga suka,"kesal Muntaz.

"Iya iya maafin abang. Udah katanya mau tidur udah jam sembilan ini," ucap Fateh.

"Hmm.. selamat malam abang. Muntaz sayang abang," lirih Muntaz lalu memeluk Fateh dari samping. Fateh hanya tersenyum melihat Muntaz yang manis ini lalu membalas pelukan Muntaz.

"Selamat malam juga Muntaz. Abang sayang Muntaz," lirih Fateh lalu memejamkan kedua matanya menyusul Muntaz kealam mimpi yang indah dimana ia tak merasa kesakitan.

Tanpa mereka sadari dibalik celah pintu yang sedikit terbuka banyak mata yang melihat kehangatan keduanya.

"Muntaz selalu bisa membuat Fateh tenang," ucap Sohwa.

"Mereka kan solmate belahan jiwa tak heran jika Muntaz bisa membuat Fateh luluh," timpal Jidah.

Umi perlahan melangkah masuk dikuti abi, wanita sebelas anak itu meraih selimut ia bentangkan lalu menyelimuti kedua anaknya itu. Umi mengelus rambut Fateh lalu mengecup keningnya lama bergantian dengan Muntaz.

"Umi sayang kalian," lirih umi.

"Maafkan abi Teh. Abi bukan abi yang baik sehingga tak bisa menjagamu," batin abi sambil mengelus rambut Fateh.

"Tidur yang nyeyak sayang, mimpi indah," ucap Umi seraya pergi diikuti abi. Perlahan abi menutup pintu kamar tak lupa tadi mematikan lampu agar Fateh dan Muntaz nyenyak.

"Ada yang akan abi bicarakan," ucap abi lalu diangguki yang lain.

"Fatim Iyyah kalian temani Solehah dan Qahtan tidur ya sayang," ujar umi.

"Iya Mi, ayo," ucap Iyyah.

Yg lain kecuali Fatim Iyyah Solehah dan Qahtan menuju ruang kerja abi.

Setelah semua pergi, Fateh mengeratkan pelukannya pada Muntaz diiringi air mata yang menetes.




Diruang kerja abi suasana begitu tegang. Semua diam membisu menunggu abi membuka suara.

"Ekhem,"

Semua menoleh kearah abi.

"Kita to the poin aja. Abi rasa diantara tim kita ada orang yang berniat buruk pada keluarga kita, kalian harus berhati-hati. Jidah, setiap kamu memasak makan pastikan tak ada yg mencampurkan sesuatu kedalam makanan yang kau buat. Paham?!" Tanya Abi.

"Iya bi Paham," jawab Jidah.

"Dan untuk masalah tadi mengenai Fateh yang mengkonsumsi obat penenang abi rasa emang Fateh tidak mengonsumsinya karna kita sendiri bukan yang mendidiknya supaya menjauhi hal-hal aneh. Pasti itu ulah orang itu, kita harus menyelidikinya tapi ingat jangan membuat curiga. Bersikap lah seperti biasa," kata abi panjang lebar.

"Ya Allah lindungilah keluarga hamba," lirih umi, Sohwa yang berada didekat umi langsung memeluk umi.

"Maafin Saaih karna tadi membentak Fateh," sesal Saaih.

"Tak apa abi mengerti. Kamu seperti ini juga kamu sangat khawatir dengan Fateh," ucap abi mengusap punggung Saaih.

"Bqiklah kalian bisa kekamar masing-masing. Tidur istirahat," perintah abi yang langsung diangguki oleh semuanya.

Mereka kembali kekamar masing-masing dengan perasaa  campur aduk antara takut khawatir marah.












Dorrr

Hayooo

Malem lagi

Maaf

Heheheh...

Ita pamit ya dadah

Sampai jumpa besok malam...

Oya Ita masih menunggu kalian yg mau join ke grup FPC😘

Stay cool

Cerita Fateh (Gen Halilintar)✔tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang