16

969 42 32
                                    

🍁🍁🍁

"Hai.. balik lagi dan lagi dengan Ita di cerita Fateh Ceritak Ita. Jan lupa vote and comen nya ya guyss.. so happy reading guys.."

...

Bruk



"FATEH....,"



Umi yang tidak siap ikut terjatuh, umi mengelap mulut Fateh dari sisa muntahan tanpa merasa jijik. Dan untung saja Fateh mimisan hanya sedikit.

"Fateh... denger umi sayang?" Tanya umi dibalas anggukan lemah Fateh.

"Kita kekamar. Kalin juga," ucap abi seraya menggendong Fateh yang lemas.

Fateh langsung dibaringkan dikasur, namun baru saja sati detik, Fateh kembali muntah. Umi menggunakan selimut untuk menanpung muntahan Fateh.

So sorry kalo kalian merasa jijik🙇

"Harus nya kalo masih sakit bilang sayang. Kita bisa batalin traveling nya biar Fateh istirahat," ucap umi sambil mengurut tengkuk Fateh.

"Hoek...hoek... ng..gak..mi.." lirih Fateh.

"Mau kerumah sakit?" Tanya abi dibalas anggukan lrmah oleh Fateh.

"Hoek... ga..mau..bi...hoek,"

"U..dah..,"

"Minum air hangat dulu Teh," ucap abi seraya menyodorkan segelas air hangat.

Fateh menerimanya lalu meminumnya perlahan.

"Hoek...hoek...," Fateh kembali memuntahkan air tersebut. Padahal hanya air tapi kenapa perutnya sama sekali tidak menerima?.

"Ya Allah Fateh...,"

Setelah merasa lebih baik Fateh berbaring, abi dengan cekatan mengganti baju Fateh dengan baju tidur.

"Demamnya naik lagi," ucap umi setelah mengecek suhu tubuh Fateh.

"Di kompres dulu. Abi minta dokter kesini," ucap abi lalu pergi untuk memanggil dokter.

Dengan telaten umi mengompres Fateh yang sudah terlelap.

"Ada apa dengan jagoan umi yang cool ini hum? Biasanya paling kuat sayang," lirih umi seraya mengusap rambut Fateh lembut.




Skip

Semua berkumpul dikamar umi abi untuk melihat kondisi Fateh. Disana juga sudah ada dokter Kang yang akan memeriksa Fateh. Beruntung Dokter Kang menguasai bahasa Indonesia jadi mereka tak terlalu pusing.

"Saran saya, kalian harus membawanya kerumah sakit. Tapi sejauh ini dia baik-baik saja. Hanya kelelahan dan mag nya kambuh. Saya akan menginfusnya karna dia akan kesulitan untuk makan tapia tetap saja dia harus makan walau sedikit," jelas Dokter Kang.

Dokter Kang memasang infus ditangan Fateh yang masih terlelap.

"Kalau begitu saya pamit. Obat sudah saya beri. Permisi," Dokter Kang pun pergi.

"Kalian semua juga istirahat lah, sudah larut malam," perintah abi.

Semua pun hanya bisa menurut protes pun percuma karna mereka tidak boleh melawan orang tua.




Skip

Fateh kembali ceria seperti biasa seakan kejadian kemarin tak pernah terjadi ya walau tubuhnya masih lemah tapi Fateh sudah bisa berdebad dengan saudara/i nya. Seperti sekarang.

"Pokoknya Ateh mau ikut. Titik ga ada koma-komaan," tegas Fateh.

"Ikut kemana sih Teh... kita ga akan kemana-mana," ucap Jidah.

"Ya jalan-jalan lah. Kemarin malem kan ga jalan-jalan karna Ateh. Dan sekarang jangan sampe gitu, Ateh tau kalian ingin jalan-jalan dan Ateh pun ingin," kata Fateh.

"Ni anak masih sakit tapi mulutnya udah bisa debat aja," celetuk Saaih.

"Nggak Fateh. Kita ga akan jalan-jalan, kita mau nemenin kamu Teh," kata Sohwa.

"Kamu tuh masih sakit. Jangan yang aneh aneh, istirahat yang bener," kata Fatim.

"Iya bang. Mending bang Ateh istirahat aja," timpal Muntaz.

"Ya udah. Kalian boleh pergi. Ateh istirahat," ucap Fateh marah seraya kembali berbari menutup diri dengan selimut tidur membelakangi yang lain nya.

"Eh Fateh jangan tidur kaya gitu sayang. Ntar infusan nya ketarik," ucap Umi.

"Biarin,"

"Udah susah. Keras kepalanya kambuh susah dibujuk," kata Thoriq.

"Bodo amat,"

"Hufftt.. ya udah kita jalan-jalan," kata Atta membuat Fateh berbalik lalu duduk tegap. Gerakannya yang cepat membuat infusan ditangannya bergeser.

"Aww..." rintih Fateh.

Tak

"Makanya jangan suka rusuh," omel Saaih.

"Heheh...,"

"Semuanya bersiap-siap," titah abi



Skip

"Kuat?" Tanya Iyyah.

"Kuat," jawab Fateh.

Fateh berdiri perlahan namun baru sebentar kakinya sudah gemetaran membuat Fateh sedikit limbung. Dengan sigap Atta menahan Fateh.

"Tuh kan. Udah lah ga jadi kamu nya lemes gini," ucap Atta.

"Aaaa...," rengek Fateh.

"Tapi dengan satu syarat,"

"Apa?"

"Naik kursi roda," jawab Atta.

"Ga mauuuuu...," tolak Fateh mentah.

"Ya udah ga usah jalan jalan," hardik Thoriq

"Abiiii..." adu Fateh.

"Kalau mau jalan-jalan naik kursi roda," ucap abi.

"Tapi kalo Ateh naik kursi roda.... ngerepotin kalian," lirih Fateh seraya menundukan kepala.

Fatim berjalan maju memegang kedua bahu Fateh.

"Kita keluarga. Kita saudara. Ga ada yang namanya ngerepotin atau direpotin diantara kita semua. Jadi jangan ngerasa Fateh itu ngerepotin, karna sudah kewajiban kita untuk saling membantu dan menjaga," ucap Fatim.

"Yang dikatakan Fatim itu benar Teh. Kita saudara susah senang kita lewati bersama," timpal Jidah.

Fateh melihat satu persatu saudara/i yang tersenyum kearahnya. Senyum itu begitu tulus dan hangat. Fateh suka.





Tapi apa senyum itu masih bisa dilihatnya kelak? Karna sungguh perasaan takut itu masih ada dalam benak Fateh. Fateh takut jika dirinya akan pergi duluan meninggalkan sejuta kasih sayang dan cinta dari keluargannya.

Fateh benar benar takut. Setiap malam ia tak bisa tidur dengan tenang karna ketakutannya ditambah rasa sakit yang belakangan ini sering menimpa tibuhnya.

Fateh takut jika sebuah kenyataan yang akan merubah hidupnya.

Fateh takut meninggalkan yang lain.

Apa dia akan terus bersama keluarganya sampai akhir atau ia akan pergi terlebih dahulu?

Apa gh akan selalu tetap utuh?






















Misi

Air panas... air panas

Cangcimen...cangcimen..

Double up... cieeee...

Senenggak??

Udah ya besok lagi.

Pai pai

"Segini aja dulu cerita fateh malam ini. Terimakasih buat yg udah baca. Saya Fateh Halilintar. Stay cool. Muuaacchh..."

Cerita Fateh (Gen Halilintar)✔tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang