"Psycho Mind"

31 4 0
                                    

Pak Soer merasa hancur.

Tony?

Ia baru saja menutup telepon untuk mengabari Pras tentang kematian adiknya. Pras histeris. Suatu hal yang sangat menyayat hati. Tentu saja.

Pras awalnya tidak percaya. Ia tidak terima. Tony dibesarkan dalam keluarga yang harmonis. Ia mencintai keluarganya. Tidak mungkin ia sanggup membunuh delapan orang untuk tujuan yang tidak jelas.

Untuk apa?

Kemarahan dan kebingungan itu akhirnya berakhir karena Pras pingsan.

Memang benar yang dikatakan Pras. Anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis akan belajar memahami lingkungan sosialnya secara positif. Sebaliknya, anak dari keluarga yang penuh kekerasan, penuh pengabaian atau tidak harmonis, akan mengembangkan perilaku negatif terhadap dirinya ataupun orang lain. Anak itu akan memiliki pola pikir insecure.

Tapi lalu apa pemicunya kalau bukan dari keluarga?

Masyarakat? Lingkungan? Rasanya justru mereka semua mencintai figur Tony.

Jadi apa?

Membingungkan. Tentu saja semua ini menimbulkan pertanyaan besar. Semua ini terlalu muskil untuk terjadi.

Pak Soer kembali memutar ingatannya selama ini. Apa yang salah? Apa yang terlewat?

Penunjukkan Tony sebagai kuasa hukum rasanya tidak ada yang salah. Dia pengacaraku sejak dulu. Dia adik Pak Pras, dosen si Jana. Dia bisa hidup karena aku. Pak Soer kalut.

Tony yang membunuh Gavyn?

Ketidakpercayaan itu kembali menyelimuti pikiran Pak Soer. Tapi mayat itu menjadi buktinya.

Tapi kenapa?

Mayat Tony sudah dibawa oleh Kepolisian. Untuk saat ini perkara dianggap selesai. Pembunuh berantai itu sudah diketahui. Sementara pelaku dianggap pemain tunggal yang motifnya adalah gangguan kejiwaan. Polisi berhasil mengumpulkan beberapa bukti yang menjurus kesana.

Sabit dan Baphomet ada di dalam bajunya. Lalu foto Eko serta Pak Ridwan yang sudah tertusuk benda tajam. Kemungkinan besar untuk keperluan ritual.

"Tony adalah seorang psikopat" kata AKBP Roy Adrian dari Polrestabes Bandung.

Psikopat? pikir Pak Soer bimbang.

Seorang psikopat tidak dapat membentuk hubungan emosional maupun empati dengan orang lain. Walaupun pada prakteknya mereka justru terlihat hangat dan mempesona. Punya keluarga bahkan aktif di organisasi sosial.

Suatu kondisi ironis yang diketahui Pak Soer selama ini tentang ciri-ciri psikopat. Mereka memang jago berbohong dan sama sekali tidak merasa salah.

 Mereka memang jago berbohong dan sama sekali tidak merasa salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatan Pak Soer berputar.

Tony, pada kesan pertama, memang selalu muncul dengan ciri yang sama dengan psikopat. Menawan, senang bersosialisasi bahkan sangat peduli serta ramah pada orang lain. Itulah alasan ia dijuluki Golden Boy. Satu hal lagi yang membuatnya sangat sukses dalam karir adalah kemampuannya mengontrol diri. Ia sangat tenang. Ia bahkan senang akan pressure tinggi dalam pekerjaan. Itulah alasan banyak klien yang menyerahkan segala urusan ribet kepadanya.

He thrives under pressure.

Ciri yang sangat ideal sebagai manusia sebetulnya.

Jadi selama ini dia pintar bohong? 

Atau justru saya yang bodoh? pikir Pak Soer merinding. 

Membayangkan berapa banyak lagi psikopat diluar sana yang bisa menipunya. Saat ini kadar kepercayaan Pak Soer memang berada di titil nol. Apalagi jaman sekarang terlalu banyak tipe golden boy diluar sana.

Lalu apa yang harus saya lakukan?

Bagaimana cara membedakan mereka?

Pikirnya gundah sambil melihat sekelilingnya. Marah. Takut. Bingung. Resah. Semua campur aduk. Pak Soer mendesah lelah.

Kenapa Ton?

Ada apa?

Kenapa?

Bukan itu saja yang memusingkan Pak Soer. Minggu depan ia harus menghadiri pemeriksaan di Krimum Polda Jabar sebagai saksi pembunuhan Tony. Bukan saja sebagai saksi korban karena cucunya terbunuh. Tapi mengkonfirmasi dugaan bahwa Pak Soer ini adalah pemimpin Freemason. Tempat dimana Tony bergabung sebagai anggota. Tempat dimana simbol-simbol serta peralatan yang digunakan Tony untuk membunuh itu dikenal sebagai milik Freemason.

"Masya Allah" gumam Pak Soer mengusap wajah keriputnya itu.

Letih.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang