"Satanist"

25 3 0
                                    

Dajjal mengasah pisau dapur itu dengan hati-hati. Sudah lama ia tidak menjalani hobinya selama ini. 

Playing God

Menguasai hidup seseorang memang obsesi Dajjal sedari dulu. Karir, keluarga sampai dengan nyawa. Sudah tidak terhitung berapa nyawa manusia yang Dajjal selamatkan. Mulai dari karyawannya sampai dengan para gelandangan di jalan.

Begitu pun dengan nyawa yang hilang.

Masalahnya sekarang. Dajjal tidak suka mengambil nyawa sembarang orang. Melainkan harus orang terdekatnya yang secara pribadi memiliki hubungan erat dengan dirinya. Itulah alasan Dajjal meminta The Dragonz untuk membunuh orang-orang yang tidak penting baginya namun penting bagi strateginya.

Lagipula, membunuh orang lain dengan menggunakan orang lain juga sebuah kenikmatan tersendiri. Sebuah pencapaian tersendiri. Master of Puppets. Persis seperti bermain video game.

The Dragonz memang akhirnya dibunuh Dajjal satu persatu. Setiap minggu, setelah mereka melakukan cash and carry, Dajjal selalu menyambangi kediaman mereka di negaranya masing-masing. Setelah bercengkerama akhirnya Dajjal membunuh mereka dan mengambil lagi uangnya untuk dibagikan ke gelandangan. Semua itu dilakukan Dajjal tanpa merasa bersalah. Justru karena Dajjal sangat mencintai The Dragonz. Ia ingin memiliki mereka untuk selamanya.


"Possessing them physically as one would possess a potted plant, a painting, or a Porsche. Owning, as it were, this individual" (Ted Bundy)

 Owning, as it were, this individual" (Ted Bundy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua ini berawal ketika ibunya meninggal saat ia berumur 15 tahun. Ibu adalah orang yang selalu membela dirinya bahkan saat ayah tidak mau mendekati dirinya yang cacat.

Dajjal memang berbeda dengan Eko, kembarannya, yang terlahir sempurna. Dajjal lahir sumbing dan mata sebelah kirinya buta hingga membuat matanya nampak juling. Mata kirinya juga sering merah dan meradang sehingga membuat Dajjal seperti terus-terusan menangis. 

Hal ini sangat mengganggu ayahnya yang merupakan tokoh panutan dimana-mana. Ia tidak mau dan malu memiliki anak seperti Dajjal. Sudah tidak terhitung operasi untuk menyembunyikan kecacatan Dajjal. 

Ironisnya, sang ayah bahkan senang ketika kepala Dajjal terhantam bola golf. Mungkin berharap anaknya itu lebih baik mati saja. Entah apa yang merasuki ayah. Dajjal tidak meminta dilahirkan dan ia tidak punya kuasa terhadap dirinya saat muncul didunia. Namun ibu selalu ada untuk Dajjal. Merangkul, membimbing dan menemaninya kapan pun itu. Sampai akhirnya ibu meninggal karena kanker.

Peristiwa itulah yang membuatnya bangkit dari dunia yang penuh kepalsuan ini. Dajjal harus bangkit karena pembela nomor satunya pergi. Ia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Namun umurnya yang masih remaja membuatnya masih gamang. Berbekal uang yang tidak berseri, Dajjal menghabiskan waktu dari satu klub malam ke klub malam lainnya.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang