"Indigo"

28 4 0
                                    

Bu Rumi jadi teringat cerita Bunga yang ingin melarikan diri dari rumahnya. Kalau anak lain yang seumurannya, kemungkinan besar mereka akan lari ke rumah saudaranya. Bude, neneknya atau siapa saja kerabatnya. Ke rumah temannya lalu hidup menggelandang jika sudah remaja.

Tapi tidak dengan Bunga.

Ia tidak mau hidup merana dengan menggelandang. Ia sadar akan potensinya dan butuh tempat untuk mengeksplorasi kemampuannya. Ia butuh dibimbing. Itulah alasannya mengambil langkah ekstrem agar ditahan Polisi. Ia tahu tidak akan masuk penjara. Ia tahu bahwa hukumannya hanya isolasi di tempat rehabilitasi. 

Sekarang anak itu memang berada ditempat yang seharusnya. Lepas dari kekerasan rumah tangga dan bisa mengeksplorasi kemampuannya. Awalnya memang ia sempat depresi. Bingung harus apa. Sering ia hanya berdiam diri mematung seorang diri.

 Sering ia hanya berdiam diri mematung seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang menghindar darinya. Ia benar-benar seorang diri. Dianggap sampah masyarakat dan dianggap berbahaya. 

Tapi Bu Rumi melihat Bunga memiliki potensi. Bu Rumi yakin, Bunga bisa memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat jika diberi kesempatan. Ia adalah aset. Itulah alasannya Bu Rumi meminta persetujuan Kapolri untuk memasukkan Bunga ke dalam tim X Squad. Permohonan yang akhirnya dikabulkan. Bu Rumi sangat bersyukur.

"Tolong jangan hentikan tim ini, Pak. Kami punya keyakinan semua ini belum berakhir" pinta Bu Rumi. 

Pak Jack hanya menggeleng. Ia tahu keresahan Bu Rumi. Tapi instruksi yang ia dapat memang harus dihentikan.

"Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Ini keputusan pusat"

"Perkara sudah selesai. Pelakunya juga sudah ketahuan"

"Kami tidak bisa lanjut..."

Bu Rumi mendesah pasrah. Sudah setengah jam ini ia berusaha merubah pikiran Pak Jack yang nampaknya tidak bisa mundur dari keputusannya. Bu Rumi bukan saja khawatir akan jatuh korban lagi tapi juga Alex. Anak itu sama sekali belum matang.

Bu Rumi khawatir justru Alex yang akan menimbulkan korban lain.

"Ingat Tony?"

Pertanyaan Bu Rumi itu terlontar secara retoris. Pak Soer hanya menatapnya kosong. Ia sudah dijelaskan panjang lebar tentang potensi Alex yang bukan saja berarti baik namun juga bisa berarti buruk jika tidak diawasi.

Bagian otak yang bertanggungjawab pada fungsi berpikir rasional mencapai perkembangan penuh pada usia 16 tahun. Namun kematangannya baru tercapai sekitar 10 tahunan kemudian. Sementara kematangan emosi sendiri terjadi sekitar usia 20 tahunan.

Artinya apa?

Alex yang berusia 20 tahun ini sangat tidak stabil. Ia bisa menjadi bom waktu. Tekan Bu Rumi.

"Bagi orang yang tidak mengerti, anak itu hanyalah rocker yang sok tau. Maksimal mereka akan menuduhnya tukang gosip teori konspirasi murahan" ujar Bu Rumi ke Pak Soer yang juga merasa resah. Seharusnya ia punya kendali terhadap tim ini. Nyatanya tidak. Ia terpaksa menuruti keputusan kepala tim tanpa bisa bernegosiasi sedikit pun.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang