"Sang Pemimpin"

31 6 0
                                    

Rapat ditutup dengan tepuk tangan bernada lamban namun penuh hormat. Tidak ada keriangan seperti pesta atau perayaan lainnya. Walau sebetulnya, pada rapat ini, mereka membicarakan keberhasilan Sembilan Naga menyingkirkan duri dalam daging yang selama ini menjadi momok: Dwi Sulandika alias Dajjal.

 Walau sebetulnya, pada rapat ini, mereka membicarakan keberhasilan Sembilan Naga menyingkirkan duri dalam daging yang selama ini menjadi momok: Dwi Sulandika alias Dajjal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Ridwan menatap satu-satu mata para pengusaha didepannya itu. Perjalanan yang panjang. Mengembalikan sebuah filosofi ke tempat semula memang membutuhkan perjuangan.

Indonesia tidak memperkenankan faham asing milik imperialis masuk kesini. Aturannya sudah ada. Orang-orang macam Soerjadi Juliandra memang harus disingkirkan. Caranya dengan memanfaatkan ambisi anak muda yang kebetulan duri dalam daging bahkan di keluarganya sendiri. Apalagi anak muda ini membawa paham yang sangat berbahaya: 

Satanisme.

Pak Ridwan ingat. Serangkaian keluhan mampir setiap saat ia menghabiskan waktu mengobrol dengan para pengusaha besar Indonesia ini. Mereka mengkhawatirkan sepak terjang anak-anak muda yang terkesan tidak tahu sopan santun hendak menguasai dunia bisnis. Kumpulan para pengusaha itu bisa saja melakukan perang terbuka dengan Dwi. 

"We are the freaking Sembilan Naga for fuck sake!!!"

Begitu teriak Bima Kamilin. Sosok muda yang terkenal tajam dalam berbicara. Seorang lulusan terbaik Taruna Nusantara yang memilih melanjutkan bisnis keluarganya di tambang.

Namun semua itu akan menimbulkan efek berkepanjangan. Belum lagi dengan korban yang berjatuhan.

Pak Ridwan adalah seorang pemikir yang jitu. Ia adalah salah satu pahlawan bangsa yang menggunakan ketajamannya dalam berpikir untuk memenangi pertarungan. Ia punya seribu cara untuk menghabisi musuh tanpa meninggalkan jejak. Akhirnya ia mengambil langkah yang tidak terpikirkan oleh orang manapun.

Menunjuk Letjen Purnawirawan Jaka Sembada sebagai pemimpin X Squad.

Tugas utama Pak Jack adalah menyelidiki Dajjal dan mengumpulkan semua informasi dirinya. Lalu menunggu saat yang paling tepat untuk menangkapnya. 

Waktu itu datang saat Tony Djoeang dibunuh. 

Tidak ada yang menyangka sebetulnya. Tapi justru itu. Kadang sesuatu yang tidak disangka-sangka itu merupakan jalan keluar terbaik. Akhirnya Soerjadi yang memang sudah diincar untuk digulingkan bisa ditangkap dan dibui. Faktor sebagai pemimpin Freemason menjadi alasan kuat Polisi untuk menangkapnya karena Tony terbukti sebagai Grim Reaper. Sosok Tony yang bekerja dengannya dan juga pengikut resmi Freemason menjadikan posisi Soerjadi terpojok. Freemason pun berhasil digadang sebagai aliran yang memupuk satanisme.

Publik terpecah. Perdebatan terjadi dimana-mana. Banyak yang membela Freemason sebagai organisasi pemikir semata. Banyak juga yang menganggap sebagai alat zionis untuk menguasai Indonesia.

Tujuan utama akhirnya tercapai. Pesan untuk publik sudah sampai dengan jelas: Freemason dilarang di Indonesia.

Setelah itu tercapai maka langkah berikutnya cukup mudah. Menangkap begajul jalanan yang menamakan dirinya Dajjal. Pak Ridwan tinggal menginstruksikan seluruh pemegang saham Djaya TV untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan baru milik Soerjadi. Dajjal pun terprovokasi lalu keluar dari sarangnya. Selanjutnya Pak Jack meminta tim untuk menemani kawanan bocah asal Bandung itu untuk mengejar Dajjal. Walau timbul beberapa korban tapi tidak sebanding dengan hasil yang diraih.

"Langkah yang brilian"

Begitu puji Pak Ridwan saat mendengar trik mendirikan perusahaan ISP saingan HPI. Titik itulah yang menjadi penyambung seluruh cerita hingga bisa beres seperti sekarang. 

Connecting the dots. Pikir Pak Ridwan kagum.

Pak Jack hanya tersenyum. Sebagai patriot bangsa, ia memang tidak rela Indonesia disusupi oleh paham asing. Antek zionis. Begitu geramnya saat pertama kali mengobrol dengan Pak Ridwan. Awalnya ia ragu memegang kendali X Squad. Namun mendengar misi Pak Ridwan akhirnya dengan senang hati ia menjalaninya.

TIDIT!

Pak Jack segera memeriksa pager-nya yang berbunyi. Tak lama ia tersenyum. Ia melirik Pak Ridwan disampingnya.

"Soerjadi sudah kembali ke rumah" bisiknya. Laporan terhadapnya sudah dicabut.

Pak Ridwan mengangguk sambil tersenyum. Ia kawan baik Soerjadi. Namun tidak dengan paham orang itu.

Footnote:

1. Presiden Sukarno dulu melarang segala paham asing melalui Keppres RI No. 264/1962. Keppres yang mana saat ini telah dicabut dan digantikan dengan Keppres No. 69/2000 tentang Pencabutan Keppres No. 264/1962.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang