"Air"

28 4 0
                                    

"Lex!" panggil Micky dari pojok ruang. 

Micky nampak sedang mengamati akuarium di depannya. Pemandangan yang menakutkan sebetulnya. Akuarium diatas meja berukuran 2x1 itu berisi ratusan ikan piranha yang berenang mengitari tengkorak manusia di dalamnya. Airnya dalam akuarium itu terlihat sangat keruh. Membuat tiga tengkorak itu semakin menyeramkan. 

"Lihat itu" tunjuk Micky ke arah tengkorak putih di depannya.

Alex merundukkan bahunya. Tengkuknya bergidik. Entah sudah berapa lama umur ketiga tengkorak itu. Tapi kemudian ia mengernyit. Memikirkan sesuatu.

"Palsu" cetus Alex.

"Kok tau?"

"Ga ada namanya" jawab Alex menegakkan badan.

Memorabilia ini merupakan museum bagi Dajjal. Begitu percaya Alex. Semua harus memiliki nama untuk menimbulkan kedekatan dengan dirinya. Seperti trophy. Sesuatu yang akan membawanya mengingat seluruh kesuksesannya. Mengingat seluruh momen indahnya. Pencapaiannya. Itulah fungsi sebuah nama. 

Memberikan arti.

"Mick" gumam Alex. Micky menoleh ke arahnya. Temannya itu nampak sedang berpikir keras. Wajahnya merenung sambil memperhatikan akuarium itu tanpa berkedip. 

"Apa simbol water?" tanya Alex. 

"Piramida terbalik" cetus Micky.

"Piramida terbalik" cetus Micky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alex memutar tubuhnya. Menghadap langsung ke arah Micky. Lalu ia menunjuk akuarium itu pelan. Micky melihat arah jemari Alex itu. Ia mengernyitkan muka. Berusaha memahami pemikiran Alex.

"Lihat bentuk ketiga tengkorak itu" lirih Alex dengan suara pelan. Mata Micky tiba-tiba membesar. Ketiga tengkorak itu membentuk sebuah pola. Dua diatas. Masing-masing di sisi kanan dan di sisi kiri akuarium. Sementara tengkorak sisanya berada dibawah kedua tengkorak lainya itu. Persis ditengahnya. Membentuk pola segitiga terbalik.

"Jadi gimana sekarang?" erang Micky kebingungan.

"Keluarin semua airnya?" jawab Alex dengan nada tidak pasti.

"Coba lempar daging aja" celetuk Arief polos. 

"Buat apa?" sergah Micky sebal.

"Ya khan entar dia ngumpul. Trus kita ambil aja tengkoraknya"

"Coba geser pake tongkat aja" seru Alex seperti menemukan jawaban.

"Bukan. Bukan itu semua" seloroh Bunga dengan senyum khasnya. 

Dingin.

Psikopat itu sombong. Mereka senang bermain-main dengan hukum. Dengan aparat. Dengan masyarakat. Mereka senang membodohi orang-orang disekitarnya. Senang merasa nyaris ditangkap. Ada rasa menggelitik jika bisa mengelabui mereka. Kepuasan mereka adalah ketika mampu berkelit karena kebingungan para aparat hukum itu sendiri. Padahal yang mereka sembunyikan itu benar-benar didepan mata. Begitu penjelasan Bunga.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang