"Nasgor Night"

127 7 1
                                    

"Tampilan serem tapi nama bandnya Hot Chocolate" cibir Polisi itu sinis.

Kelima pria itu hanya menunduk. Beberapa nampak memainkan jari jemarinya. Sang vokalis yang terancam menginap di sel tahanan malam ini pun hanya menghela nafas dan membuang pandangannya keluar jendela. Tapi seperti biasa si Micky membuka mulutnya.

"Ya soalnya kita kan suka ngumpul di Dunkin Dago, Pak. Seringnya mesen itu. Ya khan em..."

"Ssshhh!" potong Dana melirik sebal ke arah Micky yang menatapnya tanpa merasa bersalah.

Band mereka terbentuk tiga tahun yang lalu saat para mahasiswa Fakultas Hukum Unpar itu sering berkumpul di kost Rancabentang. Dari keisengan bermain gitar akhirnya mereka memutuskan untuk serius latihan band. Nama band mereka sendiri diambil dari jenis minuman yang sering mereka beli di D3 depan toko kaset Aquarius Dago.

Tempat ideal untuk melepas penat. Begitu kata mereka. Padahal alasan sebetulnya adalah Arum. Seorang gadis manis waitress D3. Kecengan abadi Arief dan Sami.

"Kalian menyalahi izin ketertiban" sebut Polisi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian menyalahi izin ketertiban" sebut Polisi itu.

Mereka hanya diam. Mereka tahu mereka melakukan kesalahan.

"Kalian boleh pulang kecuali yang vokalis. Dia nginap disini untuk jadi pelajaran" lanjut Polisi itu dingin.

Kelima anggota band itu saling memandang. Mereka tidak punya pilihan lain. Ada konsekwensi atas semua tindakan.

"Gapapa" senyum Alex menenangkan. Keempat temannya hanya menatap.

"Tenang aja. Besok khan udah pulang" kekehnya kikuk sambil melirik ke Pak Polisi yang tetap tidak tersenyum. Hanya menatapnya dingin.

Keempat temannya tidak punya pilihan. Dengan enggan mereka pun berdiri lalu keluar ruangan dengan kepala menunduk. Si vokalis sendiri tetap tinggal diruang Kanit. Dari jauh ia tersenyum berusaha menenangkan teman-temannya.

Seenggaknya malam ini gue makan' batin Alex polos.

Ia memang anak kost dan hari ini uangnya sudah habis. Minimal penjara bisa memberinya makan. Begitu pikirnya lugu. Teman-temannya hanya mengangkat bahu. Dengan gontai mereka melangkah keluar dari gedung Polrestabes Bandung itu.

Brrrrrr!

Jalan Jawa terlihat sangat sepi dan gelap. Sudah lewat pukul 12 malam. Udara dingin menerpa wajah keempat pemuda itu. Semilir angin malam membuat mata mereka terasa berat. Tapi anak-anak band itu merasa lapar luar biasa.

"Makan yuk" ujar Micky sedikit merintih.

Lebay! pikir anak-anak sebal. Tapi mereka pun merasakan hal yang sama. Akhirnya mereka menebar pandangan mencari jajanan yang biasanya mangkal depan Gereja Santo Petrus itu. Letaknya persis disamping Polrestabes.

Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang