"Putus Cinta Lagi Cintaku"

32 4 0
                                    

"I need space" Alex teringat kata Jana barusan.

"I don't think we should meet anytime soon" kata Jana lagi.

Alex tersenyum kecut. Ia hanya mengangguk tadi. Tidak ada pembelaan sama sekali. Ia tahu ia salah. Ia menyesal. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia pun kemudian pergi bersama Micky mencari Metromini menuju Kampung Rambutan. Hari ini mereka langsung pulang ke Bandung. Dan saat ini mereka sudah berada dikawasan Cibogo. Sebentar lagi Cipanas.

Alex menoleh kearah Micky. Ia nampak sudah tertidur disampingnya. Sementara Arief akan menyusul besok. Alex membuang pandangannya keluar. Jalanan cukup lengang. Beberapa belas kilometer di depannya ada Rindu Alam. 

Sekejap terasa desiran darah dihatinya. Lagu itu kembali mengalun dibenaknya. Wajah cantik itu kembali terbayang. Sosok yang tidak mungkin kumiliki. Lamun Alex. Perasaan itu memang ada. Tapi rasa percaya diri ini sudah kadung lenyap. Gadis itu terlalu tinggi untuk digapai.

 Gadis itu terlalu tinggi untuk digapai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sajak itu mengalir begitu saja. Alex jadi malu sendiri. Sedari awal ia sudah yakin Jana akan pergi. Ia menyesal sempat larut dalam situasi. Sekarang semua sudah berlalu. 

Risih. Tidak punya privacy sedikit pun...

Begitu kata Jana barusan. Alex hanya bisa meringgis malu. Kemampuan ini memang membunuhku. Harusnya gue ga ngomong apa-apa tadi. Sesal Alex.

Ia memang sangat sadar akan semua resiko kekurangannya. Termasuk banyak omong jika terpancing. Mengeluarkan ide-ide konyolnya dan menebak-nebak sok tahu. Padahal semua itu belum tentu benar. 

Alex sangat malu akan kejadian hari ini. Semua dilebih-lebihkan. Padahal semuanya hanya common sense belaka. Anybody could do it. Entah kenapa perhatian orang mengarah ke Alex yang merasa bukan siapa-siapa. Ia hanya terbawa suasana karena pamannya terbunuh. Hari ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Ia harusnya lebih menjaga mulut.

Tapi sudahlah

Semua sudah lewat. Kehilangan Jana memang membuatnya sedih. Tapi dari awal ia sudah yakin hubungan itu tidak akan terjadi. Hanya tinggal tunggu waktu sebelum ia benar-benar ditinggal. Apapun alasannya

Namun yang membuatnya bingung adalah kelanjutan kasus ini. Pembunuh Oom Tony harus ditangkap. Pamannya cuma korban. Tapi sekarang semua serba complicated. Jana menghilang. Bu Rumi juga tidak jelas. Nanti saya hubungi kamu lagi. Cuma begitu katanya. 

What?

"Rasanya bisa baca orang gimana sih?" suara Micky tiba-tiba terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rasanya bisa baca orang gimana sih?" suara Micky tiba-tiba terdengar.

Alex menoleh ke samping. Mata Micky sudah terbuka lebar. Memandangi pemandangan di sebelah kirinya. Terbayang Sophia. Seandainya gue bisa baca tu orang. Batin Micky. Curhat  ditelpon mah demen. Pas disamperin malah ngabur. Keluhnya dalam hati. Lalu ia memutar kepalanya ke Alex. Menunggu jawaban. Siapa tahu ia bisa belajar.

"Kepala mau meledak rasanya" jawab Alex meringgis. 

"Orang bilang gue ignorant..."

"Mereka ga tau kalo gue emang sengaja tutup mata"

"Tapi kan enak bisa tau masa depan?" balas Micky.

"Kata siapa Mick?" sergah Alex. 

"Semua cuma kebeneran aja kok"

"Kalo gue tau masa depan - ngapain gue pake usaha? 

"Tungguin aja khan?" ujar Alex retoris. 

Micky cuma diam.

"Life best teacher is the past..."

"Not the future" gumam Alex sambil melihat Rindu Alam yang terlewat disamping mereka. Seperti tersenyum ke Alex.

My heart will go on and on

My heart will go on and on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sang Pengacara "Sembilan Naga"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang