Sore yang indah menemani kebosanan Shin Zhui, hari ini ia sudah menemui satu persatu orang yang dulu menghinanya tapi dia masih memikirkan cara yang tepat untuk membalas mereka satu persatu. Shin Zhui menikmati keindahan langit sore digazebo kediamannya ditemani secangkir teh racik yang telah disiapkan Mingfen, ia menyesap teh sembari memikirkan bagaimana cara agar ia bisa kembali ke zamannya.
"Apa aku bisa kembali ke zamanku? Dan bagaimana bisa aku ada disini? Arkkh... Memikirkan semua ini membuatku pusing." Batin Shin Zhui sembari menghembuskan nafas kasar. Mingfen yang melihat Shin Zhui merasa bahwa junjungannya itu merasa bosan.
"Nona? Apa anda tidak apa-apa?" Tanya Mingfen ragu. "Huftt... Tidak Mingfen, hanya saja aku tengah memikirkan cara untuk membalas semua orang yang pernah menghinaku dulu." Tukas Shin Zhui sembil memperlihatkan senyum tipisnya yang terlihat sangat manis.
"Nona, menurut saya nona harus membalas mereka secara halus supaya mereka merasakan penderitaan dan sakit hati yang pernah nona rasakan." Usul Mingfen yang kini duduk dibawa kursi gazebo Shin Zhui. "Aishh... Mingfen jangan duduk dibawah seperti itu ketika kita sedang berdua! Kemarilah duduk disebelahku!" Ucap Shin Zhui sembari menepuk-nepuk tempat duduk disampingnya mengisyaratkan agar Mingfen duduk disampingnya. "Ta-tapi nona saya tidak berani, itu melanggar aturan." Tolak Mingfen sembari menunduk dalam dan tak berani menatap Shin Zhui. "Ckhh... Kau ini sudah kukatakan kau sudah kuanggap seperti temanku, jadi saat kita sedang berdua perlakukan aku seperti temanmu!" Jelas Shin Zhui dengan nada hangat, Shin Zhui memang menganggap Mingfen seperti teman karena ia dapat melihat kesetiaan dan ketulusan dimata Mingfen. "Ta-tapi no-" ucap Mingfen terpotong oleh Shin Zhui. "Ini perintah!" Tegas Shin Zhui yang membuat Mingfen mau tak mau menurutinya.
Shin Zhui membenarkan usul dari Mingfen ia harus membuat orang yang menyakitinya dulu menderita dan sakit hati baru setelah itu ia bisa merasa tenang. Sebenarnya Shin Zhui adalah gadis yang pendiam dan penakut sebelum ia bertemu dengan Wei Shul. Kehadiran Wei Shul mampu membuat Shin Zhui merasa bahwa dirinya juga berharga dan pantas bahagia. Meski ia tak diharapkan dan selalu tak dianggap oleh ibu kandungnya, Shin Zhui selalu berusaha belajar dan bekerja keras sampai ia bisa mencapai cita-citanya yaitu menjadi seorang dokter yang baik,sopan,dan perhatian. Setelah ia berhasil mencapai impiannya ia memutuskan untuk bertunangan dengan Wei Shul akan tetapi pertunangan itu ditentang oleh ibu Shin Zhui. Tapi dengan tekat yang kuat Shin Zhui bersikukuh memperjuangkan hubunganya dengan Wei Shul. Ia bekerja keras siang dan malam untuk tabungan masa depannya nanti bersama Wei Shul tapi perjuangannya sia-sia. Orang yang selama ini ia perjuangkan mati-matian mengkhianatinya dan yang lebih tragis lagi ia bermain api dengan sahabat Shin Zhui.
Kini sikap Shin Zhui berubah 100% ia menjadi pribadi yang keras,tegas, dan penuh dendam saat mengetahui nasib permaisuri Lu Shin Zhui tak berbeda jauh dari nasibnya dizamannya.
"Mingfen siapkan air mandiku!" Pinta Shin Zhui yang sudah lelah memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing. "Anda ingin mandi sekarang nona?" Tanya Mingfen. "Ya, aku ingin mandi dan menenangkan pikiranku rasanya kepalaku pusing sekali." Ucap Shin Zhui sembari memegang kepalanya yang mulai berdenyut. "Baik nona, saya akan menambahkan aroma terapi untuk sedikit meredakan sakit kepala anda." Ucap Mingfen dan segera berlalu menyiapkan apa yang diperlukan nonanya.
_____________
Langit berubah menjadi gelap meninggalkan cahaya mentari dan memperlihatkan cahaya rembulan yang dihiasi oleh bintang bertaburan. Shin Zhui kini duduk didepan meja riasnya, melihat pantulannya dicermin yang tak terlalu jelas karena itu adalah cermin tembaga. Wajah dan tubuh permaiuri Lu Shin Zhui memang sama dengannya dizaman modern. Bahkan ia sempat berfikir bahwa dia adalah reinkarnasi dari permaisuri Lu Shin Zhui.
"Wajah permaisuri ini mirip sekali bahkan sama dengan wajahku dizaman modern, bahkan nama kami sama. Apa aku reinkarnasi permaisuri ini? Tapi jika aku reinkarnasinya mengapa aku kembali ditarik kezaman ini?" Batin Shin Zhui.
Shin Zhui hanyut dalam lamunannya tanpa menyadari kedatangan kaisar Liu Xian, bahkan ia tak mendengar teriakan kasim penjaga pintu.
"Apa kau tak memberi hormat padaku permaisuri?" Suara berat dan dingin itu memecahkan lamunan Shin Zhui. Mendengar suara itu Shin Zhui segera berdiri dan membalikkan badan, tepat dihadapannya Liu Xian memandangnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Ya-yang mulia! Maaf saya tidak memperhatikan yang mulia tadi." Ucap Shin Zhui terbata-bata. "Permaisuri ini memberi hormat kepada yang mulia kaisar." Hormat Shin Zhui.
Keheningan, itulah yang terjadi diantara Liu Xian dan Shin Zhui tidak ada yang memulai pembicaraan.
"Apa maksud kedatangan yang mulia malam-malam begini ke kediaman saya?" Tanya Shin Zhui yang merasa canggung dalam keheningan seperti ini. Namun pertanyaan itu tak direspon Liu Xian, ia hanya fokus menyesap teh yang disajikan Mingfen.
"Yang mulia, saya bertanya kepada anda! Dan jika anda tidak mempunyai kepentingan lebik baik anda kembali atau datang ke kediaman selir Wen!" Tegas Shin Zhui, tapi Liu Xian hanya menampakkan wajah datar dan dinginnya tanpa ingin berbicara satu patah katapun. "Yang mulia!" Ucap Shin Zhui dengan suara yang naik dua oktaf.
"Apa kau tidak suka jika aku berkunjung ke kediaman mu permaisuri? Dulu kau bahkan sangat menginginkan aku untuk berkunjun ke kediamanmu." Ucap Liu Xian masih dengan wajah datar yang terkesan dingin itu. "Tapi saat ini sudah malam yang mulia, saya ingin istirahat." Ucap Shin Zhui dengan tatapan dinginnya.
Mendengar jawaban Shin Zhui semakin membuat Liu Xian penasaran dengan perubahan sikap permaisurinya ini. Tapi yang lebih membuat Liu Xian heran, ia malah tertarik dengan sikap baru permaisurinya ini.
"Kalau begitu aku akan bermalam disini." Ucap Liu Xian dengan entengnya tanpa melihat keterkejutan Shin Zhui yang kini melototinya. "Maksud yang mulia?" Tanya Shin Zhui yang masih ragu dengan ucapan Liu Xian barusan. Karena seingatnya Liu Xian tidak pernah mau menghabiskan malam bersama permaisurinya itu bahkan untuk sekedar berkunjung dan saling tatap saja tak pernah. "Aku akan tidur disini permaisuri." Tegas Liu Xian disertai senyum tipis yang hampir tak terlihat. "Ti-tidak bisa yang mulia! Sebaiknya anda bermalam dikediaman bintang bersama selir Wen atau ke kediaman anda sendiri." Ucapan Shin Zhui barusan semakin membuat Liu Xian bingung dengan sikap Shin Zhui sekarang.
"Tidak ada penolakan! Lagi pula aku hanya akan tidur tidak lebih." Putrus Liu Xian final. Shin Zhui mau tak mau harus menerima, lagipula hanya tidur.
Shin Zhui langsung menuju ke peraduannya sedangkan Liu Xian tengah berganti pakaian tidur. Diatas tempat tidur entah kenapa Shin Zhui tersipu malu, pipinya semerah tomat, jantungnya berdegup kencang dan tangannya berkeringat. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini atau jangan-jangan Shin Zhui mulai mencintai Liu Xian? Entahlah.
"Aishh... Ada apa dengan ku? Tidak-tidak aku tidak boleh mencintainya! Mungkin ini hanya efek dari tubuh asli permaisuri Lu Shin Zhui." Shin Zhui menepis semua pemikiran bahwa dia jatuh cinta pada Liu Xian, ia berfikir ini adalah bawaan dari pemilik tubuh asli yang ia tempati.
Tak lama kemudian Liu Xian mulai merebahkan dirinya di samping Shin Zhui dan mulai memejamkan mata untuk menyelami alam mimpi, Shin Zhui pun memutuskan untuk menyelami alam mimpi.
____________
Saling membenci adalah awal saling mencintai. Perbedaan menjadikan alasan untuk saling membenci tapi percayalah lambat laun perasaan cinta itu pasti akan datang.
_____________
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan komen ya;)
Maaf kalau masih banyak typo🙏
Tunggu kelanjutan nya ya:)👋👋🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Lu Shin Zhui
Fantasía[Bukan Novel Terjemahan] [SUDAH TERBIT] Shin Zhui gadis tegas dan ahli bela diri, dia adalah seorang dokter dari zaman modern yang bertransmigrasi ke zaman kuno, yaitu ke dinasti Luxin. Ia terjebak dalam tubuh permaisuri yang wajah dan namanya sam...