Who? (one)

7.6K 468 44
                                    

Gadis dengan rambut hitam terikat satu itu, tengah duduk di meja makan, manik cokelat pekat itu fokus pada sepucuk surat berwarna putih dengan tinta emas.

Setelah setidaknya dua menit menghabiskan waktu menatap surat tersebut, ia menaruh nya begitu saja, membuat orang di sekitarnya menatap penasaran.

"Apa itu benar?" tanya seorang gadis dengan rambut terurai dengan poni yang menutupi sedikit matanya, Fiona H. Wongso. Kakak dari gadis tersebut.

"Yah, undangan dari Hogwarts."

Sang kakak terkejut tetapi segera berganti rasa bahagia, juga dengan sosok di sebelah nya.

Wanita paruh baya, yang telah merawat mereka dengan kasih sayang yang begitu melimpah.

"Kau berhasil sayang," kecupan manis mendarat di kening gadis itu.

"Lalu kapan kau pergi?" tanya Fiona.

"Tiga hari lagi."

*

Tiga hari terasa begitu singkat, bagi Lyra H. Wongso. Gadis Indonesia yang mendapatkan surat dari sekolah sihir paling terkenal, Hogwarts.

Menjadi murid di tahun ke delapan, adalah hal yang sudah dirinya tunggu-tunggu. Dan pada akhirnya, dia benar-benar mendapatkan kesempatan itu.

Rok putih polos, berbalut sweater mini, membalut tubuh ramping gadis itu. Simpel, tetapi begitu cocok dengan nya.

Saat ini dirinya tengah menerima banyak petuah dari sang Nenek, juga kakaknya.

"Kau asing di sana, Lyra. Jangan membuat atau mencari masalah, itu lebih baik untuk mu." ujar Fiona, yang di balas anggukan oleh Lyra.

"Nak, Nenek hanya akan mengatakan jaga dirimu baik-baik di sana. Juga, carilah banyak teman. Itu akan sangat bagus untuk mu,"

Lyra memeluk Nenek nya erat, jauh di lubuk hatinya, ia enggan meninggalkan keluarga nya. Tetapi ini adalah hal yang sudah dirinya impikan.

Hingga seorang pria, dengan rambut putih sebahu berdiri di antara mereka.

"Ms.bWongso, maaf bila mengganggu. Tapi kita harus segera pergi."

Pelukan kembali dirinya dapatkan, setelah itu Lyra mulai berjalan mengikuti pria tersebut.

"Jangan lupa kirimi kami surat!" Pekik Fiona, tak kala tubuh sang adik sudah semakin menjauh, tapi dirinya masih bisa melihat anggukan Lyra.

*00*

Pria itu menuntun Lyra untuk masuk kedalam sebuah mobil, dan saat mobil berjalan, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya.

Lima belas menit hanya ada suara deru napas, juga mesin mobil, keduanya kini berhenti di depan sebuah rumah dengan desain Eropa kuno.

Lyra untuk sepersekian detik, merasa begitu kagum dengan desain yang di miliki rumah tersebut.

Pria itu kembali menuntun Lyra untuk masuk ke dalam, dan berhenti di depan perapian.

"Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan dengan cara apa kita ke sana, saya berharap Miss. Wongso, telah siap untuk ini."

Lyra diam seolah tidak tertarik dengan penjelasan itu, membuat Luvi Young. Pria yang menjadi pendamping nya merasa sedikit canggung.

Lyra tersentak, saat tanpa aba-aba Luvi menggenggam lengan nya.

"Saya hanya berjaga-jaga, untuk tidak membuat anda terjatuh Miss. Wongso," jelas nya. Lyra hanya mengalihkan tatapan nya, melihat lurus ke depan.

Dan secepat kilat, Lyra merasa dunia berputar dengan begitu cepat. Hingga saat kaki nya menginjak tanah, dengan cepat Lyra melepaskan genggaman Luvi di lengan nya. Menetralkan rasa mual yang ia terima akibat apparate, dari satu negara ke negara lainnya.

Who? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang