Candice melipat kedua tangannya di dada, iris hitam pekat itu menatap sosok Lyra yang tengah berbaring di ranjangnya.
"Berapa usia nya sekarang?" tanya Candice berbalik menatap Alen, pria itu memutar bola matanya malas.
"Lima belas." balas Alen singkat padat dan jelas, Candice mengangguk.
Ia kembali menatap cermin tersebut, seketika seringai menyeramkan terukir di bibirnya, dan Alen tau apa itu.
Alen mencoba tidak peduli dengan apapun yang sedang melewati pikiran Candice.
"Alen!" Seru nya seketika, membuat Alen ingin pergi saja dari tempat itu sekarang.
"Aku tau cara untuk mendapatkan sebagian liontin itu, juga mengetahui titik-titik lemah Hogwarts," katanya. Alen mengernyit bingung.
♦♦*♦♦
Lyra berbaring dengan posisi yang menyamping, dia tidak tau kenapa tubuhnya merasakan panas dan sakit secara bersamaan, padahal tadinya dia baik-baik saja.
Memikirkan itu membuat kepalanya sedikit pusing. Blaise sudah pergi saat pertama mereka sampai di depan pintu kamar Lyra dan Pansy.
Gadis itu mendudukan dirinya, ia memeluk kedua lututnya, manik itu menatap kosong kedepan.
Hingga kesadaran nya kembali, saat mendengar seseorang memasuki kamar nya.
Itu Pansy, yang datang dengan secangkir teh yang sangat diyakini Lyra telah tercampur bahan-bahan herbal.
Pansy meletakkan cangkir itu diatas meja, tempat biasa Lyra menaruh kertas-kertas pelajaran nya.
Lalu Pansy duduk disamping nya, dengan tangan yang memeriksa dahi gadis itu.
"Sedikit hangat, kau tidak perlu mengikuti pelajaran hari ini." kata Pansy, Lyra hanya mengangguk pelan.
"Draco akan keluar nanti sore, dan aku harus pergi ke kelas ramuan. Minum itu untuk membuat mu merasa lebih baik."
Lyra tersenyum, Pansy sudah seperti Kakak baginya.Disaat ia berfikir bahwa Hogwarts tidak akan memberikan nya teman, ternyata itu salah.
Dia mendapatkan sosok teman, bahkan juga sosok keluarga.
Ah, dia jadi merindukan Nenek dan Kakak nya.
"Lyra."
Lyra melihat Pansy, gadis itu kembali memberikan raut khawatir.
"Aku baik, pergilah," balas nya cepat, Pansy mengangguk kecil, ia pergi setelah memberikan ciuman hangat di dahi Lyra.
Ngomong-ngomong hari ini adalah kelas terbang pertama nya, tapi karena tubuhnya yang tiba-tiba terasa sakit, itu menjadi gagal, padahal Lyra sangat ingin bisa terbang.
Akhirnya ia menghabiskan waktunya untuk membaca buku saja.
♦♦*♦♦
Madam Rolanda Hooch
Memasuki lapangan, Guru dengan rambut pendek itu memperhatikan semua murid."Baik, ulurkan tangan kalian ke depan lalu ucapkan up tapi menggunakan perasaan." Terang Madam Hooch.
Semua murid mencoba melakukan nya, ada yang langsung berhasil namun ada juga yang gagal.
Seperti Sephira, gadis itu terlihat begitu sulit melakukan nya.
"Ms. Wagen, gunakan perasaan!"
Sephira mencoba mengikuti apa yang di katakan Madam Hooch, tapi tetap saja itu sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanfictionHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...