Who? (twenty one)

795 97 3
                                    

Entah berapa banyak lagi nyawa yang harus terenggut, hanya karena dirinya.

Fakta bahwa dirinya bukanlah bagian dari Wongso, telah ia ketahui sejak lama. Sepuluh tahun lalu, sang nenek lah yang menceritakan bahwa dirinya di temukan oleh anak juga menantu nya di dalam mobil mereka, saat tengah melakukan perjalanan bisnis di London. Di sebelah nya, secarik kertas terselip.

Secarik kertas, yang mengatakan bahwa dia memiliki darah seorang penyihir. Lingga dan Admaja Wongso, tidak berpikir dua kali untuk membawa bayi kecil itu. Meski dengan apa yang telah keduanya ketahui lewat secarik kertas tersebut.

Lyra kecil harus mendengar fakta yang bahkan orang dewasa pun mungkin tidak akan sanggup, menerima nya. Tapi, tidak ada kemarahan di dalam dirinya. Nenek hanya mengatakan sebuah fakta, yang memang harus di dengar.

Semua tertulis–kecuali tentang siapa orang tua kandung nya. Orang tua kandung nya menempuh pendidikan mereka
di sebuah sekolah, yang bernama Hogwarts. Sekolah sihir paling terkenal.

Nenek juga kakak nya, tidak pernah merasa takut atau apapun. Bahkan, keduanya sangat mendukung dengan sepenuh hati. Lyra mempelajari mantra-mantra sihir, dari sebuah buku yang ia dapat saat ulang tahun nya ke sebelas.

Hal itu lah yang membuat dirinya, tidak aneh lagi dengan semua ajaran di Hogwarts.

Tidak ada yang tau dari siapa buku-buku itu datang. Yang ia tau, dirinya benar-benar ingin bersekolah di mana kedua orang tuanya bersekolah dulu. Hingga, saat usia nya menginjak lima belas tahun, dia mendapatkan surat yang sudah lama dirinya tinggu. Surat Hogwarts yang menerima dirinya.

Dia hanya ingin melakukan yang terbaik di sana, mencari lebih banyak tentang kedua orang tuanya. Adalah, hal utama yang dia pikirkan saat tiba di sana.

Hingga, topi seleksi membawanya pada Asrama Slytherin. Asmara yang mendapat pemikiran buruk, tapi nyatanya Slytherin tidak seburuk itu.

Kemudian masalah tentang keluarga kandung nya, yang sangat mempengaruhi dirinya.

Lyra tidak pernah berharap, bahwa hal seperti ini akan terjadi. Yang dia pikirkan, hanya belajar dengan giat, kemudian lulus dengan baik.

Tapi sekali lagi, realita tidak akan sepenuhnya sebaik ekpektasi.

Lyra semakin mengeratkan pelukan nya, seakan hanya Harry yang mampu membuat nya tetap berdiri.

Harry menangkup kedua pipi nya, cokelat bertemu hijau.

Lengan punggung nya menghapus sisa-sisa air mata di pipi putih gadis itu. Kemudian, ia menyatukan kening keduanya.

Untuk beberapa saat, keduanya hanya diam seperti itu. Lyra merasa beban nya sedikit berkurang.

"Apapun yang terjadi, percaya lah ini. Kami semua, akan selalu bersama mu," bisik Harry, napas hangat nya menerpa wajah Lyra. Memberi nya rasa nyaman yang luar biasa

Harry kembali membawa Lyra dalam pelukan nya, tidak menyadari adanya orang lain di sana.

"Ya, ku rasa kita harus menunggu di dalam saja," ucap Elis. Dia telah berjalan lebih dulu, kemudian di susul yang lain nya.

♦♦*♦♦

Candice menyeruput teh nya, tapi yang dia nikmati, bukan rasa dari teh nya, tetapi ekspresi wajah yang tertera pada Ginny Weasley.

Ketakutan juga kebimbangan, menghiasi wajah Weasley bungsu tersebut.

"Jadi ... Weasley, duduk dan minum teh mu dulu, agar kau lebih rileks."

Who? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang