Who? (seventeen)

805 111 5
                                    

Tubuh Lyra terjatuh, hampir membentur lantai jika Harry tidak menahan nya.

Di saat yang bersamaan, Candice juga terjatuh, tapi Alen segera datang dan membawa Candice ber-apprate. Bersamaan dengan mundurnya pasukan Candice.

Lyra terkena tembakan di pinggang nya, saat seorang Muggle hendak menembak Harry. Dia menghalangi nya, dan Muggle tersebut harus meregang nyawa oleh Avada Kadavra milik Candice.

Napas Lyra tersengal-sengal, dara segar membasahi lengan Harry yang mencoba menutupi luka itu.

"Kau akan baik-baik saja, Madam Pomfrey akan menolong mu, bertahan lah." Harry membawa Lyra menuju Madam Pomfrey segera, semua orang melihat itu.

Tak terkecuali Draco, pemuda itu bagaikan kaca yang pecah, melihat Lyra dengan darah di tubuhnya, juga sorot mata itu yang perlahan memudar.

Madam Pomfrey dibantu Professor Sprout, segera melakukan penyembuhan.

Harry mondar-mandir seperti orang yang kehilangan akal, ia tidak bisa memikirkan apapun lagi kecuali keselamatan Lyra.

"Apa yang terjadi padanya, Potter?!" Tanya Draco dengan dingin, Harry tidak menjawab nya.

"Aku tanya padamu, apa yang terjadi padanya!" Teriak Draco tepat di wajah Harry, tapi Harry tetap diam.

"Potter, kau–"

"Hentikan, Malfoy!" Draco melihat kebelakang, ada Ginny yang menatap nya nyalang.

Gadis itu berdiri di sebelah Harry.

"Kau tidak berhak bicara seperti itu pada Harry." Cetus Ginny, nada nya jelas terdengar tidak. senang.

"Weasley, jangan–"

"Hentikan kalian semua!" Pansy harus menghentikan ucapannya, ketika suara Professor McGonagall terdengar begitu marah.

"Mate, you ok?" Tanya Ron, yang datang bersama para Professor.
Hermione, Sephira juga ada disana. Harry hanya mengangguk pelan, sebagai jawaban.

McGonagall menatap semua orang yang ada disana.

"Kalian semua baru saja mengalami hal sulit. Tapi, tetap saja itu tidak membuat kalian bersikap dewasa." Mereka diam, tak ada yang berani menjawab apa lagi menatap wajah Professor McGonagall.

"Mr. Malfoy, sangat disayangkan bahwa emosi tetap menjadi kelemahan mu." Draco diam, toh semua itu memang benar.  bahkan setelah semua yang terjadi ia masih kesulitan untuk mengontrol emosi nya.

"Aku sangat berharap, kalian bisa bersatu. Karena sangat jelas, ini belum berakhir." Setelah itu  McGonagall mendekati Harry. "Dia, akan baik-baik saja." Kemudian McGonagall  pergi dari sana, disusul Professor yang lainnya, karena ada beberapa hal yang tidak bisa mereka abaikan lebih lama lagi.

Ginny memberikan pelukan untuk menenangkan Harry, tapi itu membuat Harry melihat luka ditangan nya.

"Tanganmu, Gin."

"Tidak, ini hanya luka biasa," balas Ginny, tapi Luna tiba-tiba datang dan menarik gadis itu.

"Luka kecil, akan membesar jika tidak di obati segera." timpal Luna yang entah datang dari mana, ia membawa Ginny untuk duduk di sebuah kursi.

Hermione mendekati Harry, memberikan pemuda itu pelukan, gadis itu terus membisikan kata-kata penenang, karena Harry membutuhkan itu.

♦♦*♦♦

Alen membantu Candice untuk duduk, wajah nya pucat seakan darah tidak mengalir dalam tubuhnya.

"Muggle bodoh! Sudah kubilang jangan lukai di–"

Who? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang