Semuanya menghentikan pembicaraan mereka, saat melihat Madan Pomfrey datang dengan ramuan nya.
Harry langsung memandang mual pada ramuan itu.
"Ini yang kau dapatkan, jika kau masuk ke Hospital Wings, Mr. Potter." ujar Madam Pomfrey, saat melihat pandangan tak sukanya Harry, pada ramuan yang ia bawa.
Harry hanya nyengir kuda, membuat Madam Pomfrey geleng-geleng kepala melihat tingkah pemuda itu.
"Habiskan, jika kau ingin segera keluar dari sini," cetus Madam Pomfrey, menyodorkan ramuan nya pada Harry.
Harry benar-benar menatap horor ramuan itu, tapi tidak bisa menolak nya. Pada akhirnya, ramuan itu harus tetap habis juga.
Madam Pomfrey tersenyum melihat nya, lalu undur diri karena dia harus membuat banyak ramuan lagi bersama Prof. Sprout.
Kini Harry kembali melihat ketiga orang yang masih setiap memandangi nya.
"Kalian tidak siap-siap ke ruangan Prof. Slughorn?" Heran Harry, karena ketiga orang itu masih setiap duduk dan memandangi nya.
"Hira bisa pergi, kami akan temani kau," balas Ron, dan Sephira mengangguk mengiyakan.
"Tidak, bagaimanapun Hira butuh kalian. Temani dia, lagi pula nilai tambahan sebelum kelulusan itu sangat bagus kan, Mione?"
Hermione menghela napas pelan, dan mengangguk.
"Kalo begitu, kami akan pergi dan akan datang lagi saat makan siang," kata Hermione, Harry mengangguk.
"Baiklah Harry, kami pergi dulu." ujar Sephira, Harry tersenyum dan ketiganya pergi menuju kelas ramuan.
Sesaat setelah kepergian mereka, Ginevra Weasley masuk dengan wajah sedih nya. Harry yang melihat itu, memberikan senyum terbaik nya sebagai tanda kalo ia baik-baik saja.
"Maaf tidak melihatmu bersama mereka, aku benar-benar shock," ucapnya lirih, Harry menarik tangan gadis itu dan menggenggamnya sembari tetap tersenyum.
"Tidak apa Gin, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir, sekarang pergi lah karena kau juga memiliki kelas ramuan kan?" Ginny mengangguk dan setelah memberikan Harry pelukan kecil ia pergi dari sana.
Harry menghela napas, pikiran nya kembali pada wanita berjubah yang sudah kali kedua melakukan perang mantra dengan dirinya.
Siapa dia?
Apa yang diinginkan nya?
Semua itu memenuhi pikiran Harry, dan sampai saat ini ia belum menemukan jawaban dari semua itu.
Akhirnya Harry memilih untuk memejamkan matanya sejenak, guna melupakan semua hal yang membebani nya saat ini.
♦♦*♦♦
Jubah sehitam iris matanya itu, bergerak kesana-kemari mengikuti setiap langkah nya.
Berjalan dengan pelan di antara koridor-koridor Hogwarts, yang hampir sepi.
"Pria tua menyebalkan, jika aku lupa siapa dia. Ku pastikan, dia sudah menggantung di langit-langit." gerutu nya, penuh kekesalan.
Kakinya terus berjalan, sebelum mendengar suara langkah kaki orang lain. Secepat mungkin, ia bersembunyi, dan sedikit mengintip siapa orang tersebut.
Rambut blonde, kulit putih pucat juga iris abu nya. "Draco Malfoy son of Lucius Malfoy." gumam nya pelan, dan saat pemuda itu melewati nya, ia tau benda yang dirinya cari berada di tangan pemuda itu.
"Sial, dari mulut singa sekarang ke racun ular." ujar nya berdecih kesal. Tapi pada akhirnya, dia harus mengikuti pemuda itu.
Dan kemarahan semakin menyelimuti nya, saat Draco memasuki kelas ramuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanfictionHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...