Harry melangkah dengan perasaan sesak, bagaikan batu teramat besar menghimpit paru-paru nya.
Melupakan pertanyaan orang-orang yang terdengar.
Ia terus mengikuti kemana kakinya membawa dirinya pergi.
Menara Astronomi menghentikan langkahnya.
Harry menghela napas, lagi-lagi tempat di mana Dumbledore tewas. Ia ingin kembali, namun manik nya melihat seorang gadis yang tengah berdiri membelakangi nya, tengah memandang langit tanpa awan.
Angin membawa rambutnya kesana-kemari, Harry mendekati gadis itu.
Saat ia sudah dekat, gadis itu menoleh, dan ternyata itu Lyra.
Gadis yang menjadi topik mereka tadi.Mata cokelat pekat itu tidak lagi menampilkan sorot tajam, hanya ada sorot lelah di dalam nya.
Wajah nya pun terlihat lebih pucat, Harry berfikir semua yang terjadi kemarin pastilah membuat nya begitu tertekan.
Jika Lyra mengetahui hal ini ada hubungan nya dengan dia, itu pasti akan membuat nya jauh lebih tertekan lagi.
Untuk saat ini, biarkan Harry menyembunyikan nya.
"Potter, apa yang kau lakukan disini?" Harry menatap gadis itu, bahkan suara nya terlihat lemah.
"Kau masih memikirkan itu?" Lyra terdiam, ia mengalihkan perhatian nya pada Harry.
Kembali menatap pemandangan yang terlihat dari atas Menara Astronomi."Tidak mudah untuk melupakan kejadian yang berhubungan dengan diri kita," jawab nya, hampir seperti sebuah bisikkan. Namun, Harry masih bisa mendengar nya.
Sekarang Harry berfikir, apa Lyra akan menjadi seperti Candice, Jika dia tau apa yang terjadi.
"Lyra, terkadang kau harus melupakan sesuatu yang membuat mu merasa jatuh. Meskipun itu sulit, kau harus. Untuk kehidupan mu sendiri." Lyra kembali menatap Harry, mata itu kini penuh dengan pertanyaan.
"Bagaimana kau bisa melupakan kejadian orang tua mu, Potter?" Harry tersentak, sesaat kemarahan nya muncul namun kembali menghilang.
"Aku tidak melupakan mereka, aku hanya menempatkan mereka dibagian yang tepat," balas Harry, Lyra masih menatap nya.
"Bones, memberikan ku sebuah surat. Surat terakhir Nick, dan itu tentang bagaimana dia mencintaiku, aku bahkan tak pernah melihat ke arah nya, Potter."
Harry terhenyak, suara gadis itu semakin terdengar memilukan.
"Cinta tidak bisa dipaksakan, kurasa kita semua tau itu. Hanya saja, terkadang setidaknya kau harus memberikan sebuah kesempatan, untuk mereka." Helehan napas terdengar dari Lyra, gadis itu tak menjawab apapun lagi.
Untuk sesaat hanya ada keheningan diantara keduanya.
Sampai Harry kembali membuka suaranya.
"Boleh ku tanya sesuatu?" Lyra menggangguk, Harry diam beberapa saat. Entahlah, mungkin ini memang harus dipertanyakan.
"Dimana kau mendapatkan, liontin mu?" Lyra mengeluarkan liontin yang tersimpan dibalik baju nya, liontin dengan warna hitam dan berbentuk bulan sabit.
"Sudah ada sejak aku kecil. kenapa kau terus mempertanyakan nya?" balas gadis itu itu, Harry hanya diam.
♦♦*♦♦
Keterkejutan memenuhi Minerva McGonagall. Tidak pernah terpikir, bahwa gadis itu ada di Hogwarts dan dia tidak mengetahui nya.
"Cukup lama kami tau akan hal tersebut, tapi kami kira tidak ada hubungannya dengan apapun. Jadi, kami biarkan saja." Jelas Hermione, Professor McGonagall hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanfictionHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...